Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Demi Cinta

"Mas, kamu akan pergi?" tanyaku cemas
"Iya, aku harus pergi." Katamu lagi
"Lalu? Sampai berapa lama?" 
"Aku tidak tahu. Semoga tak akan lama, Aku janji."
"Boleh Aku ikut bersamamu?" 
"Andaikan aku bisa mengajakmu. Tak perlu kau meminta pun akan aku ajak kamu bersamaku, dik"
            Percakapan terakhir dengannya masing kuingat jelas dalam pikiranku. Bagaimana suara lembutnya masuk kedalam telingaku. Suara yang selalu aku rindukan. Sudah tiga tahun lamanya dia pergi meninggalkan surabaya. Meninggalkanku dan membiarkanku mendekap kerinduan seorang diri tanpanya. Aku sudah mesti tahu resiko yang akan kuhadapi jika menjalani kehidupan bersama seorang Kapten. Bahkan ketakutan akan kehilangannya menghinggapiku sepanjang waktu. Tetapi karena cintalah yang menguatkanku. Menguatkan kami satu sama lainnya. Mas Bhiwara ku berjanji akan rajin mengirimi ku surat untuk sekedar melepas rindu agar jarak yang memisahkan kami tak terlalu menyakitiku katanya.
        Dik Narti tersayang
Mas baik-baik saja disini, Bagaimana dengan keadaanmu? Mas rindu sekali kepadamu. Mas akan pulang, dik. Agar segera bertemu denganmu. Agar kita dapat berkumpul bersama lagi seperti dahulu. Agar mas dapat mendekapmu hangat seperti dahulu. Jaga diri kamu baik-baik, dik. 

                  Salam sayang dan rindu selalu untukmu

                    Bhiwara

                Surat Cinta itu yang dia tulis kepadaku kala itu berisakan kabar bahwa dia baik-baik saja dalam menjalani tugasnya dan betapa dia merindukanku dan ingin segera pulang mendekapku hangat seperti dahulu. Surat yang ternyata terakhir kalinya dia tulis untuk-ku. Kapten Bhiwara-ku telah tiada, meninggalkan dunia ini. Meninggalkanku, Meninggalkan janjinya untuk kembali, dan meninggalkan jagoan cilik kami yang masih dalam kandunganku. Bahkan dia tak sempat mengetahui kabar bahagia ini. Seketika duniaku terasa hancur, kehilangannya adalah hal terpahit dalam hidupku. Merelakannya untuk pergi dan nyatanya untuk tak kembali lagi. Rasanya Aku ingin sekali menyusulnya agar bisa bersama dengannya. Agar Aku bisa bersatu kembali dengannya, tapi aku menyadari bahwa ada alasan yang membuatku harus  tegar melanjutkan hidupku kedepannya, walau tanpanya disisiku lagi.

 Aku melepaskanmu dengan senyum dan uraian air mata. Demi Bhiwara kecil yang akan menjadi penerus cita-citamu kelak. Aku mencintaimu, Mas..



Cerita  ini diikutsertakan pada Flash Fiction Writing Contest:Senandung Cinta

Mita Oktavia
Mita Oktavia Lifestyle Blogger yang suka menulis, melukis, bermain game, dan bertualang | Penawaran kerja sama, silakan hubungi ke hello.mitaoktaviacom@gmail.com

5 komentar untuk "Demi Cinta"

  1. kaget tiba-tiba udh selesai aja, kirain masih ada lanjutannya trnyata flash fiction yak (-_-") bkin sambungannya doong hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Si kakak bisa aja, ini juga aku baru pertama kali bikin flash fiction.. :3

      nanti deh kapan2 aku bikin :p ahahaha

      Hapus
  2. Keren, smoga sukses kontesnya kak ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, Aamiin.. semoga sukses kembali untukmu, kak :)

      Hapus
  3. iya pakde, terima kasih kembali :)

    salam hangat kembali dari Bogor ^^

    BalasHapus