Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belajar dari "KEHILANGAN"

Hai semua apa kabar? Puasa udah setengah perjalanan nih dikit lagi mau sampe garis finish aja enggak kerasa ya? Alhamdulillah, masih banyak hal yang bisa kita ambil dalam bulan yang penuh berkah ini salah satunya adalah kesehatan. Iya, kesehatan adalah nikmat yang paling paling tiada duanya. Sehat juga menjadi salah satu rejeki yang terindah yang Allah berikan kepada kita, tumben waras ya postingannya ahaha itu juga kata-kata yang saya denger di ceramah :D

Jadi gini, membicarakan soal "Kehilangan" enggak akan pernah ada habisnya. Jujur saya adalah orang yang paling belum bisa menerima sepenuhnya soal kehilangan. Mungkin, diri dan hati saya masih diliputi sama perasaan yang tidak semestinya. Perasaan sedih, marah dan kecewa yang terlalu. Enggak munafik sih ya kita kehilangan pasti sedih, marah dan kecewa plus nyesek. apalagi itu barang kesayangan atau (amit-amit) orang yang kita sayang.
Kemarin, ada kejadian unik yang terjadi pada keluarga saya. Saya ingin berbagi sedikit sama kalian karena insyaallah sesuatu hikmah postif dapat kita ambil dan pelajari bersama. Maghrib kemarin, adik saya sedang dalam perjalanan pulang dari rumah nenek saya menuju Bogor, tanpa di duga adik saya jadi sasaran empuk para komplotan penipu atau penghipnotis lebih tepatnya dan akhirnya barang berharga yang di bawa adik saya raib di ambil sama mereka. Mendengar cerita kejadian itu saya langsung nyeletuk, "Kok bisa sih adik saya yang notabennya udah dewasa, kelas 2 SMA gitu mau-mauannya aja di bego-begoin sama mereka? Lawan kek atau apa kek toh dia kan laki-laki. Atau apa kek." Saya ingat sekali kejadian itu menjelang adzan maghrib. Sontak ibu, bapak dan saya kaget luar biasa saat adik saya menelepon dan bilang tentang hal yang dialami olehnya. Kami semua panik bukan main. Satu yang saya lihat di wajah kedua orang tua saya adalah kekahwatiran. Bukan kekhawatiran tentang 'barang yang telah hilang itu' tapi lebih khawatir dengan keadaan adik saya yang di ketahui dia berada disana seorang diri dengan keadaan jalanan yang sepi karena menjelang saat adzan maghrib. Bapak saya kemudian membatalkan puasanya hanya dengan segelas air putih lalu beliau menelepon teman kantor-nya meminta bantuan. Setelah shalat maghrib berangkatlah bapak saya. Pun di rumah, kepanikan itu tidak berhenti sampai disitu saja. Ibu saya tak henti-hentinya menelepon adik saya dan juga nenek saya meminta adakah sanak saudara yang bisa menjemput adik saya. Akhirnya Bapak saya berangkat dari bogor untuk menjemput adik saya dan saudara saya yang berangkat dari depok untuk menjemput adiknya juga dan siapa yang duluan cepat, maka dia yang menjemput adik saya. Kepanikan juga terjadi di rumah nenek saya, sesungguhnya bukan hal pertama kalinya adik saya 'berulah' tapi kali ini adik saya yang sedang tertimpa musibah. Saya tahu sekali, kami panik dan khawatir karena adik saya seorang diri. Kami takut jika adik saya kenapa-napa. 
Singkat cerita, saudara saya-lah yang lebih dahulu datang kemudian menjemput adik saya dan membawanya ke rumah nenek saya. Dan dari cerita yang kita semua dapet dari adik saya bahwa adik saya telah menjadi korban kejahatan penipuan plus hipnotis!

Ada satu hal yang menjadi pertanyaan menggelitik dalam benak saya adalah tentang kehilangan itu. Bukan mau pamer atau bagaimana tapi saya lihat kedua orang tua saya seperti tidak terjadi sesuatu, biasa aja. Saya tahu mungkin mereka telah mengikhlaskannya atau justru harus terpaksa mengikhlaskan dan pasrah? Entahlah saya bukan seorang ahli yang bisa baca pikiran dan kata hati manusia ._.
Akhirnya pertanyaan menggelitik saya lontarkan kepada ibu saya, "Ma, kok mama sama bapak gak keliatan sedih atau gimana gitu kehilangan barang? Emangnya gak sedih apalagi kecewa, gitu?"
Emang agak sedikit konyol sih saya bertanya itu, tapi penasaran. 

Lalu Ibu saya pun menjawab, "Ya mau gimana lagi? Emang udah ilang terus mau diapain lagi?" 
"Seenggaknya sedih atau apa gitu?"
"Kehilangan terus jadi sedih terus kepikiran gitu?"
Bapak saya pun menimpali, "Di bilang sedih mah sedih, teh. Karena Bapak ngerasain susahnya cari uang. terus ngumpulin uang itu dan kebeli lah 'itu' dan terus ilang? Ya tapi mau gimana lagi, Masa iya kita harus terus-terusan mikiran hal itu aja gitu? Terpaku sama satu hal aja. Hidup kita terus berjalan dan kita gak mungkin hanya diem aja di satu titik." 
"Apalagi mama, tiap bangun tidur terus keluar kamar yang di liat 'itu'"
Saya pun hanya ngangguk-ngangguk aja tanda setuju. Saya tahu perasaan bapak, saya tahu perasaan mama. Saya juga tahu bagaimana susahnya cari 'sesuap nasi' dan mungkin itu yang adik saya enggak tau dan adik saya enggak ngerti, wajar jiwa dia masih jiwa muda. Masih ngerasa bahwa apa-apa masih di topang sama orang tua.

 Dan kemudian jadi timbul semacam rasa malu dari dalam diri saya bahwa, "Selama ini saya pernah kehilangan dan tapi apa? Saya selalu merasa bahwa dunia seakan-akan mau runtuh dan banyak yang saya lupakan bahwa saya masih punya Allah. Saya masih bisa mengambil hikmah dan pelajaran untuk kedepannya, dan lainnya." Iya, mungkin saya lupa dan khilaf :'(

Waktu itu saya pernah juga denger atau baca dimana gitu lupa, bahwa Jika kita kehilangan sesuatu tandanya Allah sedang mempersiapkan untuk memberikan gantinya yang lebih baik. Saya sih enggak tau itu bener atau enggak, tapi saya hanya bisa meng-Aamiin-i saja, toh itu do'a yang baik kan? :D
Mungkin, ramdhan tahun ini adalah ramdhan yang cukup berat bagi keluarga saya. Ya, karena itu tadi kami sedang mendapatkan cobaan dari Allah Swt. 

Tapi satu yang saya pelajari dari kejadian yang masih hangat-hangatnya saya alami adalah "bahwa apapun itu yang bersifat duniawi dan kemudian kita kehilangan dan itu sesuatu yang berharga sekali untuk kita janganlah kita menjadi manusia yang seolah-olah hidup kita putus hanya karena kehilangan sesuatu dan melupakan nikmat-nikmat lainnya yang tanpa kita sadari jauh lebih bernilai, lebih berharga. Terpuruk dan jatuh lalu hanya berdiam diri dalam satu keadaan tidak akan merubah waktu ataupun  kejadian yang telah terjadi. Namun bergerak, ikhlas dan yakin bahwa semua itu adalah salah satu hal yang memang harus kita hadapi dan kita syukuri kemudian.
Kenapa? Alasan pertama dan paling kuat adalah Allah masih melindungi adik saya dari marabahaya, bisa saja kan orang-orang jahat itu bertindak kalap dan~ nyawa yang jadi taruhannya. 
Simplenya adalah jika barang toh masih bisa di usahakan untuk di cari/ di beli kembali tapi nyawa? tidak bisa dibeli apalagi di cari. Alasab kedua adalah mungkin ini semua menjadi semacam 'teguran' bagi kami terutama adik saya untuk selalu berhati-hati  dan selalu inget sama Allah SWT dimanapun kami berada"

Semoga saja keluarga saya selalu diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi setiap cobaan yang ada. Dan semoga saya, keluarga, teman-teman dan semua orang selalu di lindungi dan di jauhkan dari setiap marabahaya dan segala bentuk macam kejahatan. Aamiin
Mohon maaf saya haturkan bukan maksud saya pamer atau bangga dengan semua ini, enggak.. enggak sama sekali. Tapi saya rasa ini akan sangat bermanfaat bagi kita semua, ambil pelajaran dan hikmahnya buang hal-hal yang jeleknya. Makasih udah menyempatkan baca postingan saya yang super panjang ini. 

Dan untuk teman-teman semua, ingat untuk selalu berhati-hati ya.. Menjelang Lebaran akan semakin marak kasus kejahatan yang terjadi. Kewaspadaan perlu dan penting sekali untuk membentengi diri dan jangan lupa selalu berdo'a dan Inget sama Yang Maha Kuasa. 


Mita Oktavia
Mita Oktavia Lifestyle Blogger yang suka menulis, melukis, bermain game, dan bertualang | Penawaran kerja sama, silakan hubungi ke hello.mitaoktaviacom@gmail.com

9 komentar untuk "Belajar dari "KEHILANGAN""

  1. ingat satu hal bhw semua hanya titipan, jadi saat Allah mengambilnya kembali kita harus merelakannya :)

    nice, inspiring cantik :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak betul sekali itu.. Semoga dapat bermanfaat ^^

      Hapus
  2. saya juga pernah enah terhipnotis atau seperti apa,dompet hilang sama uang ratusan plus hp,sedih banget,,sedih karena takut dimarahi sama suami hehe,,tp lagi2 suami santai dan bilang,,besok lagi hati2,gpp nanti ada gantinya..mak JLEBB rasanya..
    pengalaman berharga ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya pasti jleb banget ya mbak >_< iya semoga dapat menjadi pembelajaran yang berharga biar kita lebih bisa hati-hati lagi.. ^^

      Hapus
  3. iya mbak pasti jleb banget ya :(
    pengalaman berharga sekali mbak, semoga tidak akan terulang kembali karena telah belajar dari pengalaman yg ada. dan tentunya kita harus selalu berhati-hati ^^

    BalasHapus
  4. Syukurlah kalau sudah bisa mengikhlaskan dan mengambil hikmah dari rasa kehilangan. Semoga Allah menggantinya dengan rizki yang lebih baik.

    BalasHapus
  5. Aamiin Ya robbal 'alamin, makasih bunda ^^

    BalasHapus
  6. Semoga di setiap kejadian yang dialami, kita selalu diberi kekuatan dan hikmah terbaik...Allah pasti punya rencana terindah untuk umatnya, deh Mba Mita. Jangan kuatir ;)

    BalasHapus