Monolog Kehilangan
08:42
Diluar langit
mendung, udara dingin yang terlalu menyentuh tubuhku. Hujan selalu memberikan
kenangan tersendiri untuk-ku. Rintiknya menyimpan banyak tanya dan cemburu.
Hujan diam-diam selalu cemburu kepadaku saat yang berada disisiku adalah
dirimu, Hujan selalu cemburu saat yang selalu ditatap olehku adalah matamu, dan
Hujan selalu cemburu melihatmu memayungi tubuhku dengan kedua tanganmu. Aku
mencintai Hujan, bahkan lebih mencintai Hujan daripada Kamu, tetapi? Mengapa
Hujan selalu cemburu kepadamu? Mereka selalu berkata bahwa Hujan dan Kehilangan
itu dekat, mereka berdua saling mengikat. Aku tak masalah kalaupun harus
kehilangan Hujan, sebab Aku masih memiliki Kamu yang selalu berada disisiku.
Namun, Hujan terlalu kejam, terlalu egois hingga ia merenggut dirimu dari
sisiku. Saat itu, Hujan terakhir yang Aku lalui bersamamu. Saat itu, tak ada
senyuman hangatmu yang selalu melengkung indah di wajahmu, tak ada sapaan
hangat, tak ada celotehan hangatmu, Kamu hanya terdiam, kita hanya saling
terdiam dan menatap, saling bertanya-tanya di dalam hati kita masing-masing,
saling bertanya apakah masih ada cinta? Apakah masih ada namaku yang bersemayam
di hatimu? Apakah masih ada rindu? Apakah masih ada kenangan yang menyatu
diantara kita? Hingga kamu beranjak pergi, tak pernah kutemui jawaban atas
segala tanda tanya yang selalu bergelayut di dalam hatiku ini.
Hujan mengajarku
tentang kehilangan, tentang bagaimana Aku harus melihatmu untuk yang terakhir
kalinya. Iya, walaupun mungkin suatu saat Tuhan masih mengizinkan kita untuk
bertemu kembali, walaupun Kamu tidak benar-benar pergi dari dunia ini, walaupun
kamu sesungguhnya Ada, tetapi Kamu hanya pergi dari kehidupanku dan entah tak
kembali. Aku merindukanmu seorang diri, bahkan Hujan juga meninggalkan rekam
jejak kenangan kita untuk-ku, katanya, “Biar Kamu tidak kesepian” tetapi Hujan
tidak sadar bahwa Hatiku terlalu terluka bahkan untuk sekedar mengingat
namanya. Apalagi mengingat tentang kenangan yang ditinggalkan olehnya. After Rain, Aku menyadari satu hal bahwa
Hujan tidak mesti berbicara tentang patah, meninggalkan-ditinggalkan dan
kehilangan, bahwa sesungguhnya Hujan memberikan sebuah pembelajaran, tentang
arti daripada bertahan dan ketegaran. Seperti kutipan puisi dari sastrawan yang
juga Aku gilai, “Tak ada yang lebih
tabah dari Hujan Bulan Juni, dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon
berbunga itu.”
Kehilanganmu
adalah hal terburuk di dalam kehidupanku, sungguh. Tetapi kehilanganmu, membawa
banyak pembelajaran untuk-ku, tentang arti rintik hujan yang pernah Aku lalui
bersama denganmu, tentang wangi aroma tanah yang basah yang selalu membuatku
candu, tentang jejak-jejak yang pernah
terekam saat Hujan bersamamu. Hujan yang membuatku merasakan syukur yang tiada
tara bahwa Tuhan itu Mahabaik, karena setelah hujan Aku masih baik-baik saja, Aku masih bisa tersenyum.
Dengan atau tidak adanya Kamu lagi disisiku, semua itu takan masalah lagi.
Sebab, Aku sudah menemukan alasan lain untuk tetap bersinar setelah Hujan
turun.
0 comments
Hallo... Terima kasih sudah bersedia mampir di blog saya dan membaca postingan saya. Sempatkan untuk meninggalkan komentar yang relevan dengan isi postingan saya ya sebagai bentuk apresiasi agar saya tetap semangat menulis.
Sekali lagi terima kasih! ♡
Semoga betah mampir di blog saya :))