Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Fenomena Jilboobs, Terus?

           Ini adalah catatan yang saya tulis pada tanggal 7 Agustus 2014 di catatan facebook saya berhubung saat itu pc saya sedang bermasalah dan di sisi lain sebagai pengamat sekitar saya merasa "gatal" sekali untuk berpendapat. Catatan yang boleh jadi "ngawur" dan "sok tau" tapi bukankah semua orang berhak untuk mengeluarkan pendapatnya masing-masing? Masih ingat tentang fenomena Jilboobs? Buat yang nggak tahu, silahkan googling aja ya :))
Dan hingga sekarang, walaupun nggak booming-booming amat kayak pas pertama kali istilah itu ramai dipakai oleh orang banyak, toh, fenomena itu tetep ada di dalam masyarakat.

***
          Akhir-akhir ini jujur saja saya merasa begitu miris sekali melihat berita yang tak sengaja lewat di beranda fesbuk dan rata-rata isinya sama tentang fenomena jilboobs. Hati saya terasa teriris sekali sebagai perempuan yang melihat saudariku seiman seperti dipermalukan begitu, foto mereka dengan wajah yang bahkan tak di blur bertebaran. Begitukah caranya mengkritik tapi dengan menyebarkan aib orang lain?

            Menurut saya (yang bisa dikatakan masih jauh dari kata sempurna soal agama) etis kah jika orang-orang menjadi  berbondong-bondong menghakimi bahkan tidak sedikit yang menghujat. Terlepas daripada niat awal si pemakai jilbab tersebut yang entah tanpa sengaja atau sengaja mengekspos bagian yang seharusnya tidak nampak itu bukankah ada baiknya kita memberitahunya dengan cara yang halus? Setidaknya mereka sudah ada keinginan untuk menutup aurat walaupun belum sempurna. Yang saya amati rata-rata mereka yang berkomentar selalu berdalih, "biar ada efek jera" tapi apakah dengan mempermalukan seperti itu akan efektif? Saya rasa tidak, disamping kasihan pada mereka yang wajahnya terekspos dan menjadi seperti "ditelanjangi" bersama-sama. Dan tentu saja berimbas juga kepada keluarga dan lingkungan mereka. Saya khawatir akan berdampak pada sisi psikologis mereka, dan bisa saja mereka menjadi krisis kepercayaan diri karena hal tersebut. Saya hanya berharap, kitasama-sama saling belajar dan memperbaiki diri. Nggak usah lah yang namanya menghakimi apalagi menghujat dengan kalimat-kalimat yang bahkan terkesan kasar. Saya malah khawatir bahwa akan muncul stigma baru di kalangan remaja yang tadinya ingin memutuskan untuk berhijab sehingga mengurungkan niatnya karena "takut salah" dan "dihakimi". 

           Bagi para perempuan yang mungkin belum berjilbab secara syar'i (termasuk saya, saya mengakui itu), bukan maksud kami untuk menentang perintah Tuhan kami, Allah SWT namun perlu digarisbawahi yang kami butuhkan hanya proses dan doa dari teman-teman dan lingkungan semoga segera kami bisa memperbaiki diri dengan lebih baik lagi. Sebagai manusia yang 'katanya' gudang segala khilaf, salah dan dosa. Sesekali saling mengingatkan memang tidak ada salahnya. Terlepas daripada niat yang melatarbelakangi seseorang itu membuat fp dan kemudian hingga menyebarkan fenomena jilboobs, saya bersyukur karena menjadi sebuah teguran juga untuk saya pribadi untuk (terus) memperbaiki diri. :) 

        Ini hanya sebuah opini, pemikiran dan keresahan saya, sebagai perempuan, sebagai muslimah. Saya nggak bisa melabeli apa yang saya tulis itu adalah sebuah pembenaran. Tapi lewat catatan ini, saya hanya ingin mencoba merasakan dan melihat dari sisi lainnya. Ya, semoga, sebagai catatan bagi diri saya sendiri juga.
Mita Oktavia
Mita Oktavia Lifestyle Blogger yang suka menulis, melukis, bermain game, dan bertualang | Penawaran kerja sama, silakan hubungi ke hello.mitaoktaviacom@gmail.com

Posting Komentar untuk "Fenomena Jilboobs, Terus?"