Jujur aja ya, menjadi
jurnalis di media cetak harian itu enggak pernah terbayangkan oleh gue
sebelumnya. Gue memang suka banget nulis apalagi curhat dan ada rasa penasaran juga sih pengin
tahu dunia media cetak itu seperti apa. Hanya saja, gue cenderung lebih merasa enggak
percaya diri karena takut enggak sanggup menjalani tenggat waktu yang luar
biasa seperti itu. Mencari berita hari ini dan kudu kelar di hari ini juga untuk dapat diterbitkan keesokan harinya. Sebenarnya bukan masalah tengat waktu sih yang gue khawatirkan, da aku mah pejuang deadline sejati, hahahhaha. Hal yang lebih gue takutkan kalau harus dilepas sendiri gitu aja buat mencari berita. Jadi macem anak ilang entar kan. Mana gue itu orangnya buta arah, suka enggak tau jalan kan. :(
Gue dan Enur memutuskan untuk semakin bergerak cepat. Terasa dikejar-kejar waktu. Kurang dari dua minggu, kami sudah harus mendapatkan tempat untuk magang yang fix. Kamis, 28 Juli 2016
gue dan Enur memutuskan untuk ‘mengirimkan surat cinta’ berupa CV dan lamaran PKL
ke kantor Graha Pena Bogor, tepatnya ke Harian Metropolitan. Setelah sebelumnya
mendapatkan informasi dari dua teman sekelas kami yang lebih dulu diterima di
sana. Selain membawa CV dan lamaran PKL, tak lupa kami pun membawa harap dan doa.
Semoga ini jadi usaha terakhir yang dapat kami lakukan.
Setelah ‘mengirimkan
surat cinta’ itu, gue selalu harap-harap cemas. Ponsel enggak pernah lepas dari
jangkauan gue, takut kalau ada panggilan magang dari perusahaan. Rasanya itu
harap-harap cemas banget. Rasanya greget parah, melebihi nunggu balesan
chatting dari gebetan. Hahahaha.
Keesokan harinya, gue
inget banget itu di hari jumat, sepulang dari kampus, gue lagi santai. Tiba-tiba
ada panggilan dari nomer yang enggak dikenal. Biasanya gue paling anti banget
angkat telepon dari nomer yang enggak dikenal. Hanya saja selama menunggu kabar perihal magang akhirnya nomer enggak dikenal pun bakalan gue angkat. Khawatir itu telepon penting.
Ternyata telepon itu dari Mbak
Dedew, salah satu staf administrasi di Metropolitan. Rasanya spechless banget.
Bener-bener cepat sekali prosesnya. Gue bahkan enggak nyangka kalau jeda
waktunya hanya sehari seperti itu. Iya, kamis kirim eh jumatnya langsung ditelepon pula. Gue enggak bisa banyak ngomong apa-apa, selain selalu menjawab “iya”. Dan yang lebih bikin siyok adalah
gue disuruh dateng ke kantor sore itu juga. Enggak ada perasaan yang gue rasain
selain syukur campur bahagia. Akhirnya gue bakalan magang juga. Alhamdulillah.