Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terpikat Eksotisnya Negeri Laskar Pelangi

terpikat eksotisnya negeri laskar pelangi











Perjalanan ke Belitung pada 31 Juli-2 Agustus lalu itu bermula dari gue yang sangat sibuk ngurusin perihal skripsi, menjalani jatuh-bangunnya skripsi, kemudian mengejar waktu sidang sampai rasanya penat sekali. Gara-gara sibuk itu, gue enggak bisa atau serasa enggak ada waktu untuk main sebentar merasakan kembali apa yang dinamakan liburan itu. Sejak terakhir gue curi-curi waktu memutuskan untuk ‘kabur’ sebentar dari penatnya skripsi dan pergi ke Malang bersama Juya dan Enur.
Sebenernya perjalanan ke Belitung ini sempet dua kali re-schedule tiket berangkat pesawatnya. Awalnya tuh ngerencanain berangkat kamis terus ketunda jadi Jum’at, 28 Juli 2017 terus tetep enggak jadi dan alhamdulillah fix jadi berangkat pada Senin, 31 Juli 2017 dan dapet penerbangan pagi sekitar jam 08.00 WIB. Dari beberapa orang yang rencana pingin ikut, pada hari menuju keberangkatan yang fix bisa ikutan jadi cuman berempat doang. Juya, Ucup, Gilang, dan gue—sebagai satu-satunya cewek yang ikut.


Hari yang dinantikan pun tiba juga. Awalnya masih bingung kan tuh ke Bandaranya mau naik apa dan berangkat jam berapa, setelah melewati berbagai diskusi panjang akhirnya kami pun sepakat janjian di Poll Damri sebelah Botani Square dan memutuskan untuk naik Damri ke Bandaranya. Lumayan menghemat biaya kan. Waktu janjian jam 03.00 WIB, tapi yang namanya Indonesia ya hahaha berlakunya masih (dan selalu) jam karet. Gue dan Juya sampai di sana sangat tepat waktu, sesuai jam janjian. Setelah sekitar setengah jam menunggu akhirnya Ucup dateng, dan kita nunggu Gilang. Beberapa kali Bis Damri udah berjalan pergi. Beruntungnya bis ini tuh kayaknya selalu ada hampir tiap menit deh, jadi rasanya enggak akan takut buat kehabisan bis. Semuanya udah kumpul, tanpa banyak basa-basi kita pun langsung naik ke dalam bis dan menuju ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK).


Perjalanan dari Bogor menuju Cengkareng bisa dibilang lancar. Alhasil kita sampai di Terminal keberangkatan kita pun sesuai prediksi. Setelah foto-foto bentar di luar bandara, kita pun langsung masuk ke dalam Bandara untuk check-in, saat itu sekitar jam 6.00 WIB. Selanjutnya kita menghabiskan waktu menunggu informasi pesawatnya sampai atau siap di bandara di ruang tunggu sambil makan, ngobrol-ngobrol, ngeliatin orang-orang yang lalu lalang.


Pengalaman pertama naik pesawat udara

           Perjalanan ke Belitung kemarin selain pertama kalinya buat gue untuk menginjakan kaki ke sana juga jadi pengalaman pertama kalinya gue buat naik pesawat udara. Iya, perjalanan darat udah sering gue lakuin lah ya, perjalanan laut pernah sih meski hampir dibilang jarang banget. Dan akhirnya gue bisa juga merasakan gimana rasanya naik pesawat. Bahagia banget sih, tapi ternyata sempet bikin gue enggak tenang juga.

Awalnya gue biasa-biasa aja sih, meski agak deg-deg-an, tapi semakin mendekati waktu keberangkatan. Gue makin gusar rasanya. Jantung gue makin kencang berdegup. Jujur gue khawatir banget karena hari itu untuk pertama kalinya gue akan merasakan pengalaman naik pesawat udara! Memang ada rasa excitednya juga sih. Ya pokoknya nyampur aduk jadi satu lah. Akhirnya jam 7.00 WIB kita udah dipersilakan nunggu di ruang tunggu yang disediakan sama maskapai penerbangannya. Sekitar setengah jam kemudian, para penumpang dipersilakan untuk naik ke dalam pesawat dan gue semakin deg-deg-an!

Masuk ke dalam pesawat disambut sama para pramugari, lalu kita nyari-nyari kursi, dan pas banget ternyata gue dapet nomer kursi di bagian sayap pesawat. Saat itu rasanya gue kayak lagi mimpi loh hahahaha tiba-tiba gue udah ada di dalam pesawat dan mau naik pesawat. Ke Belitung pula!

Waaaaah!
Alhamdulillah gue dapet kursi yang di pinggir jendela persis. Sesuai apa yang gue harapkan. Sebelum berangkat pramugari memberikan arah-arahan kepada para penumpang tentang prosedur keamanan dan keselamatan. Dan gue baru tau kalau misalnya yang duduk di bagian sayap pesawat itu ‘diminta’ kesediannya sama pihak awak pesawat untuk membuka pintu darurat ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Makanya yang duduk di pintu itu biasanya harus cowok yang badannya gede, enggak boleh anak kecil. Makanya si ucup dipindah tempat duduknya dia hahahaha.
Setelah itu waktu take off pun semakin dekat. Jadwal keberangkatannya jam 8.30 WIB. Himbauan untuk memasang sabuk pengaman juga sudah terdengar dari speaker yang ada di dalam pesawat. Gue pun udah pake sabuk pengaman. Dan saat inilah gue semakin merasa deg-deg-an. Pesawat baru jalan dikit-dikit aja di landasan gue udah komat-kamit merapalkan dzikir. Momen paling tak bisa tergambarkan oleh gue adalah ketika bener-bener tiba waktunya pesawat untuk take off.


***



               Pesawat yang tadinya jalannya pelan karena menunggu antrian dengan pesawat yang lain di landasan pacu mendadak berjalan kenceng dan di landasannya itu kan juga dibikin semacam polisi tidurnya gitu lah ya dan itu berasa banget, terdengar juga suara tubrukan ban pesawat dan polisi tidur itu. Pesawat terus melaju dengan cepat tanpa berhenti dan tau-tauuuuuuuuuu swiiiiiiiing~ pesawat mulai terbang naik melawan gravitasi. Itu momen perkenalan awal yang bikin gue agak deg-deg-an, karena rasanya tuh kayak naik wahana roller coaster gitu ya kan.
              
              Enggak berhenti di situ saja, hal yang paling bikin gue agak takut adalah saat pesawat serasa berada sekitar 45-50 derajat naik gituuu ke atas melawan gravitasi, dan posisi gue pun serasa tiduran gitu jadinya. Asli, itu kerasa  menakutkan banget, dan gue sempet beberapa saat merasa kayak eungap enggak bisa napas gitu. Mata juga gue tutup terus sambil terus dzikir. Dan tangan gue menggenggam erat tangan Juya yang ada di sebelah gue.Keadaan itu alhamdulillahnya enggak berlangsung lama, hanya beberapa menit aja. Gue masih terus nutup mata, sampai akhirnya Juya bilang “udah normal kok. Udah aman”. Pelan-pelan gue membuka mata dan merasa agak lega. Alhamdulillah, pas gue nengok ke arah jendela yang terlihat hamparan lautan awan yang keren banget. Meski cuaca saat itu agak kurang bagus karena keadaan langit yang awannya tebel banget, tapi tetep aja indah.
     
          “Ya Allah, gue bisa terbang! Begini ya rasanya terbang.”—seperti itulah kira-kira kalimat yang gue ucapkan dalam hati. Gue menyadari banget kalau mungkin gue norak, tapi serius deh rasanya tuh luar biasa banget. Hati gue rasanya menghangat karena merasa bersyukur dan bahagia banget. Allahuakbar, begitu indah ciptaan Allah. Begitu menakjubkannya kekuasaan Allah.

Selagi mengisi waktu selama perjalanan di udara itu, enggak banyak yang bisa gue lakukan memang. Gue cuma bisa memandang ke luar jendela, melihat-lihat brosur tentang prosedur keselamatan, dan sesekali melihat sekeliling gue. Tak terasa, kurang lebih 45 menit perjalanan itu gue lakukan. Di speaker terdengar pengumuman untuk memakai sabuk pengaman karena sebentar lagi pesawat akan landing. Pas gue cek ke luar jendela, iya sih pesawat udah terbang agak rendah sehingga pemandangan pulau belitung yang dikelilingi sama lautan gitu dan pulaunya yang warna putih entah itu bebatuannya atau malah pasir? Enggak terlalu yakin gue saat itu.

Gue kembali mempersiapkan diri, mental, dan hati gue untuk prosesi landing. Iya, gue emang pernah denger cerita pengalaman orang yang udah pernah naik pesawat bahwa saat-saat yang krusial pas naik pesawat udara adalah saat take off dan landing yang disebut critical eleven (Bener enggak sih istilahnya? Koreksi gue ya kalau gue salah). Berdasarkan hasil mencari ke sana sini di gugel, gue menemukan informasi bahwa itu tuh waktu yang paling krusial dalam penerbangan. Dilansir dari berbagai sumber, 11 menit itu terbagi jadi dua: 3 menit setelah take off dan 8 menit sebelum landing.  

Gue pun kembali merasa deg-deg-an menyambut pesawat gue yang akan landing. Mulut gue kembali komat-kamit merapalkan dzikir, dan pesawat pun turun dengan mulus. Gue lega, alhamdulillah. Rasanya ternyata enggak semenakutkan ketika berangkat.
Gue tiba di Bandar Udara Internasional H.A.S Hanandjoeddin, Tanjung Pandan (TJQ) sekitar jam 09.30 WIB. Gue dan penumpang lain antri untuk bergiliran ke luar dari pesawat. Setelah menginjak daratan, gue menyempatkan foto dengan latar belakang pesawat gitu hahahaha dan sesekali langsung pada bikin video gitu. Biasalah ya, anak eksis jaman now, tapi tenang gue sih masih mode pesawat dan maafkan atas kenorak-an gue XD

Setelah itu Gue, Juya, Ucup, dan Gilang ke luar bandara dan menghampiri loket resmi untuk memesan taksi. Setelah itu kami langsung cuuus naik dan menuju ke hotel. Alhamdulillah saat itu kami dapet bapak supir taksi yang baik banget dan ramah. Duh, tapi lupa namanya siapa. Akhirnya kami sempet minta nomer bapak itu biar gampang aja misalnya pas pulang nanti kita langsung mesennya ke dia.

Saat itu kami menginap di Hotel Surya yang letaknya di dekat pusat kotanya, daerah pecinan gitu. Persis mirip kayak di Suryakencana, Bogor. Hahaha makanya saat kami di sana rasanya kayak pulang ke rumah deh. Hotel murah yang cukup lah. Dua malem menginap di sana betah-betah aja gue. Bersih juga, meski agak-agak sepi saat kami datang. Nah, untuk kamar hotel sendiri gue udah bawel banget dari sebelum berangkat. Saat gue tau menjadi satu-satunya cewek yang ikut ke Belitung, Gue udah minta buat gue minta buat pisah kamar, karena sebagai perempuan, gue juga butuh ruang privasi sendiri hahahaha. Kami memilih kamar AC yang tidak pakai kamar mandi di dalamnya. 

Awalnya gini kan, Ucup sama Gilang sekamar. Gue kamar terpisah, dan Juya juga di kamar terpisah. Terus gue ngusulin kenapa enggak mereka bertiga aja sekamar ya kan biar bisa hemat budget gitu kan. Lagian ternyata ada dua tempat tidur terpisah gitu di setiap kamarnya. Alhasil gue bilang angkut aja itu kasur yang ada di kamar gue dan pindahin ke tempat mereka.

Jujur awalnya gue emang agak-agak takut sih sendiri. Di tempat baru dan asing, sendirian pula ya kan. Apalagi gue tuh apa ya agak-agak kurang bisa ke tempat baru. Agak sensitif gitu anaknya. Alhamdulillah pas ke Belitung kemarin sih aman-aman aja, malahan betah gue. Mungkin karena gue selalu bawa positif kali ya. Beberapa kali kalo gue lagi iseng  di kamar karena sendirian dan daripada bengong enggak ada kerjaan ya kan gue selalu menyelipkan kegiatan membaca beberapa ayat dari aplikasi al-qur’aan digital di HP gue, selain nontonin video drama korea atau acara korea yang udah gue persiapkan ataupun video call sama orangtua di rumah. Alhamdulillah itu sangat ampuh melawan kesepian gue karena di kamar sendirian hahaha. Berbanding terbalik dengan kamar sebelah gue yang rame terus soalnya mereka bertiga dan cowok semua pula. Yaudah kan tuh pada bisa ngobrol-ngobrol. Dan lagi kadang juga gue suka kumpul sama mereka di kamar sebelah sehabis pulang dari seharian eksplor dan sebelum tidur. Andaikan gue cowok, gue pasti emang pengin tidur di situ ramean sih hahahaha soalnya keadaannya beda banget. Di kamar gue mah hening bangeeeeeet, di kamar mereka mah rameee.


***

Jatuh Cinta Pandangan Pertama pada Belitung


Oh iya di hari pertama di Belitung gue sempet jet lag cenderung kayak orang pelongo. Hahahaha. Kenapa coba? Kan gini ya sampe di hotel kan tuh. Gue merasanya udah siang banget kan semacam udah tengah hari karena terik banget. Kirain gue sudah masuk waktu dzuhur, dengan pedenya ngeloyor lah gue ke kamar mandi ambil wudhu dan mau solat. Saat itu gue enggak ngecek hape juga sih salahnya. Eh, pas gue sadar, dan ngecek hp taunya masih jam 11.00 WIB. Hahahaha pantesan Juya, Ucup, dan Gilang pada agak aneh gitu liat gue, cuman enggak ada yang nanya atau negor, pada lempeng aja. Ditambah gue juga udah pede banget lagi enggak pake nanya-nanya. Jadi keliru deh hahahaha. Sama-sama masih di waktu indonesia bagian barat, tapi gue merasa jet lag masa hahahaha kan kocag (iya pake g saking kocaknya hahahaha).

Nah setelah beberes dan bebersih, akhirnya kita nyewa motor ke pihak hotel dan langsung ngeluyur ke luar buat main. Pantai pertama yang kita tuju adalah Pantai Tanjung Tinggi. Berbekal dua motor, dua helm, dan google maps, kita pun menuju ke Pantai itu. Awalnya gue kira tuh deket ya, taunya jauuuuuuuuuuuuuuuuuuuh banget. Ternyata tuh dari pusat kota, kita ke pinggirannya banget. Ada kali puluhan Kilometer perjalanan kemarin (berlebihan, tapi emang jauh sih hahaha). 

Jalanannya itu panjang banget naik turun berliku. Mungkin perjalanna kemarin sejauh gimana juga enggak kerasa karena jalanan yang lancar banget, malahan sepi. Jadi waktu tempuh menggunakan motor juga jadi sangat cepat. Suasanya tuh bener-bener enak deh. Rasanya tuh nyaman banget menghadapi suasana sesepi itu. Ada sih beberapa warga sekitar yang juga jadi pengguna jalan saat itu, tapi jarang gitu. Hanya saja di sini kalau kalian kayak kami gini, harus ekstra hati-hati ya. Warga di sana tuh entah karena terbiasa atau gimana bawa kendaraannya tuh kenceng banget. Jangan ngebayangin kencengnya di perkotaan ya, hahhaaha karena kencengnya di sana tuh rasanya beda hahaha. Oh iya di sana enggak ada angkutan kota (angkot) kayak di Bogor atau di beberapa kota lain, apalagi transportasi online jadi gue sarankan kalau kalian ke sana, ada baiknya sewa kendaraan gitu deh biar gampang aja mobilitas buat liburannya.


Pantai tanjung tinggi belitung tempat syuting film laskar pelangi















Akhirnya kami pun sampai ke pantai itu dan yang bikin kami agak tercengang tuh pantai itu ternyata gratis. Saat itu, gue enggak menemukan ada loket atau pungutan liar dengan dalih retribusi gitu di sana. Nah, enggak tau ya ada atau enggak aslinya tuh. Kita menikmati Pantai Tanjung Tinggi yang merupakan salah satu lokasi syuting film laskar pelangi. Gue inget banget di pantai itu pernah ada scene yang Mahar dan temen-temennya lari-larian gitu di antara bebatuan besar di sana. Setelah bertahun-tahun kemudian, akhirnya gue bisa menyaksikan langsung lokasi syuting itu.  Gue suka di sana sih karena seterik apapun cuacanya, tapi semilir anginnya enak banget bikin adem. Enggak banyak yang bisa kami lakukan di sana selain menikmati suasana dan foto-foto. Setelah itu, kami pun langsung cuuus lagi ke tempat selanjutnya.

Pantai tanjung tinggi belitung indah

Kita ke Pantai Tanjung Kelayang, tapi ternyata itu pantai yang biasa dinikmati untuk wisata pulau. Ketika itu, kami datang terlalu sore sehingga kami hanya menikmati suasana di pinggir pantai dan memutuskan untuk kembali lagi ke pantai itu keesokan harinya untuk berwisata pulau.  Ini juga kami ketemu sama seorang ibu yang menawarkan sewa perahu, pelampung dan alat snorkelling. Akhirnya kami janjian untuk datang besok pagi.

Waktu sudah semakin sore, saat itu ada satu destinasi yang searah dua pantai yang telah kami kunjungi. Yap, tujuan kita selanjutnya adalah ke Pantai Bukit Berahu. Akhirnya kami memutuskan untuk ke situ dan menikmati senja di sana. Ternyata pantai itu ada di sebuah resort gitu, hahahaha. Pantes pantainya tuh kayak private. Jadi pas kami ke sana, emang lebih kayak liburan pribadi gitu. Ada beberapa orang penghuni resort di sana kayaknya sih, tapi enggak merasa terganggu juga. Keadaan pantainya pun enggak terlalu rame. Makanya gue bersyukur banget saat itu kami memilih tempat untuk menikmati senja yang tepat. 

Pas kita ke sana juga enggak mahal-mahal banget, kena biaya retribusi sebesar Rp10.000 atau Rp15.000 gitu, maaf, agak lupa hahaha. Untuk sampai ke pantainya sih lumayan olahraga ya karena harus menuruni tangga karena letaknya yang di bawah. Gue dan Juya menikmati suasana di pinggir pantai, duduk di pasir putih dan memandang laut di hadapan. Sesekali gue mengabadikan pemandangan indah itu lewat kamera hape, dan beberapa kali kami pun berfoto bersama. Sementara, Ucup dan Gilang ‘punya dunia mereka sendiri’ juga. Hahaha mereka memilih untuk berenang di pantainya sambil sesekali berfoto. Saking menikmatinya suasana tak terasa maghrib pun datang.

Setelah itu, kami pun memutuskan untuk pulang kembali ke Hotel. Di sinilah drama dimulai. Kami pulang tepat pas maghrib yang artinya sangat kesorean. Awalnya mah pede-pede aja ya kan, taunya keadaan jalan sangat tidak memungkinkan. Enggak ada lampu jalanan, jalanan pun gelap dan sepi banget, dan kita pun kesasar! Mungkin pelajaran juga bagi kami sih, kalau main jangan sampai maghrib. Kalau bisa ya maghrib sudah sampai di tujuan dan enggak kelayapan di jalan.
Beruntungnya warga di sana tuh baik dan ramahnya kebangetan deh. Selama di sana sering banget kami bertanya jalan, dan mereka pun dengan sabar memberikan arahan dan menunjukan jalan yang benar. Saat itu, kesasarnya kami juga enggak drama-drama banget sih, soalnya merasa se-nyasar-nyasarnya di sana kan wilayahnya kecil ya, jadi pasti ketemu-ketemu juga hahahaha dasar XD

Badan udah lelah rasanya karena menempuh perjalanan panjang dan sempet kesasar pula hahaha. Alhamdulillah, sampai juga di hotel. Kami pun langsung istirahat-istirahat lucu, bebersih, dan langsung cuuuuuuuuuus buat cari makan.  Sekitar jam 19.30 WIB kami keluar hotel dan menelusuri pusat kota Belitung. Nah, yang menarik di sini tuh ya. Di daerah hotel kami menginap tuh jam 7 malem aja tuh udah sepiiiiiiiiiiiii banget! asli, bener-bener beda banget sama Bogor yang mana jam 7 malem tuh masih rame-rame aja. Makanya gue agak shock sih sama keadaan itu. Di daerah itu aja, tapi kalau di pusat kotanya mah masih rame banget. Padahal jarak dari tempat kami menginap ke pusat kota juga enggak jauh.

Dari siang kami memang belum pada makan. Kami memutuskan untuk jalan ke pusat kota yang enggak terlalu jauh dari hotel. Setelah mencari ini itu, pilihan kami pun jatuh ke rencana awal yang kami ingin makan makanan khas Belitung yaitu Mie Atep dan ternyata enak bangeeeeeeeeet. Cocok lah di lidah gue. Sayang sekali enggak gue dokumentasikan karena enggak bawa hp. Hp gue lagi dicharge di hotel  jadi mie atep itu, menurut gue ya semacam kayak mie dipadukan sama asinan karena rasanya seger. Mi kuning, tauge, kentang rebus, udang, potongan timun, emping, dan kuahnya yang seger karena agak asem. Beuuuuuuh, MANTAP! Asli ya, itu mie atep nagih banget! Jadi kangen mie atep kan gue jadinya

Setelah kenyang, kami pun memutuskan untuk belanja kebutuhan untuk di hotel, khususnya stock makanna dan cemilan. Hahahaha. Hal berbeda yang enggak gue temui selama di Belitung lainnya adalah tidak adanya satupun supermarket! Di sana masih mengedepankan toko-toko kelontong. Mungkin itu dilakukan untuk lebih mensejahterakan dan mendukung usaha-usaha rumahan. Beda lah sama di Bogor yang hampir tiap beberapa meter tuh pabalatak supermarket yang belakangnya mart mart ituloooh hahaha.

***


Terpikat Eksotisme Belitung


Selasa, 1 Agustus 2017. Pagi-pagi sekali Gue, Juya, Ucup, dan Gilang udah bangun dan bersiap karena tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang terbatas untuk menimati indahnya Belitung. Berbekal dua buah motor hasil menyewa ke hotel tempat menginap, motor kami pun melaju menyusuri jalan raya Belitung. Sebelum pergi, kamipun mengisi amunisi motor dan perut kami. Akhirnya kami bertemu dengan nasi juga, setelah kemarin sama sekali enggak makan nasi. ☹ 
icip jajan di belitung nasi di daun sebagai alasnya. ayamnya enak
Seporsi makanan yang kami pesan seharga Rp20.000 saja. Ada nasi, lauknya ayam goreng berbumbu khas, sayur, dan sambal. Tak lupa, piringnya diberi alas daun khas sana yang menambah keunikaan makanan yang sebenarnya biasa aja, tapi rasanyaaaa juara! Apalagi ayamnya ini khas. Menurut ibu penjualnya sih ayamnya ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan selalu jadi favorit karena rasanya yang khas apa ya biasanya kan ayam goreng tuh gurih aja kan. Lah ini agak-agak manis, tapi juga masih gurih. Udah gitu rasanya meresap ampe ke daging dalamnya. Enak banget lah hahahaha. Sambelnya juga enak, padahal diulek kasar sehingga teskturnya masih kerasa banget.



pantai tanjung klayang belitung















Selesai makan, kami pun bersiap menyurusi jalanan Belitung yang mana panjang dan jauh berkilo-kilo meter, tapi enggak kerasa karena saking lancarnya tanpa macet, minim lampu merah juga. Sesampainya di Tanjung Kelayang, kami pun langsung bersiap memakai pelampung dan naik ke atas salah satu perahu nelayan untuk jelajah pulau. Kalau enggak salah, sewanya itu satu perahu. Semakin banyak orangnya, semakin murah harga sewa per-orangnya. Berhubung cuma berempat saja, harga sewa perahunya lumayan kerasa hahaha satu orang kena sekitar Rp75.000, sewa pelampung+alat snorkelling kena sekitar Rp50.000.


Kami pun wisata pulau menaiki perahu untuk wisata pulau. Pulau pertama yang kami singgahi adalah Pulau Pasir (nah, ini lah kenapa wisata pulau mesti pagi-pagi karena kalau udah siang tuh pulau pasirnya udah enggak ada. Udah tenggelam dan bersatu dengan lautan gitu), Pulau Burung atau Pulau Garuda (sayangnya itu pulau hanya bisa dinikmati dari atas kapal saja. Pulaunya sendiri itu ada kayak batu besar dan mirip seperti burung) hingga ke Pulau Lengkuas untuk naik ke atas mercusuar yang terkenalnya itu. Keadaan pulau saat itu cukup ramai, tapi tidak terlalu. Kami pun berfoto-foto dan duduk di pinggir pantai. Gue menemukan ada satu spot bersantai yang ajib banget. Biasa saja sih, di pinggir pohon, di sebuah kursi kayu sederhana, tapi viewnya itu bagus, mana semilir anginnya juga berasa banget yang berhasil bikin gue ngantuuuuuuuuuk parah. 

Cuaca terik Belitung siang itu jadi enggak terlalu berasa. Hal yang mengecewakan di sini buat gue adalah harapan untuk naik ke atas mercusuar untuk melihat dan menikmati eksostisme alam Belitung dari atas pupus sudah. Ternyata mersucuarnya tengah dalam masa perbaikan. Menurut informasi yang berhasil dikumpulkan oleh Ucup dari penjaga di sana adalah mercusuarnya itu baru aja selesai di cat dan masih basah yang menyebabkan harus ditutup untuk sementara. Jujur aja gue sangat kecewa, ya tapi apa boleh buat. Gue hanya harus berpuas hati foto-foto di depan mercusuar aja. Gue menghibur diri dengan berkata pada diri gue sendiri, “oh mungkin itu jadi pertanda kalau gue harus balik lagi ke Belitung suatu saat nanti. Kembali menikmati nyamannya suasana di sini, plus MASUK DAN NAIK KE ATAS MERCUSUAR”.

Setelah keadaan udah lebih adem, kami pun memutuskan untuk melanjutkan ke destinasi selanjutnya. Agenda yang akan kami lakukan adalah Snorkelling di lokasi yang tak jauh dari Pulau Lengkuas, tepatnya di belakangnya. Menurut abang-abang perahunya, itu merupakan spot yang paling bagus buat snorkelling. Gue makin gusar, entah kenapa gue merasa ngeri, tapi penasaran perihal snorkelling. Begitu perahu kami memecah kencangnya ombak, dan perahu kami bergoyang-goyang di situ gue merasa pusing banget. Mendadak gue bener-bener takut sama laut dan ombak. Gue pun memutuskan enggak jadi nyebur buat snorkelling. Ucup udah paling pertama nyebur dan kayaknya dia menikmati banget hahaha. 

Gue pun semakin ragu, tapi pada mendesak gue, “coba aja dulu sebentar, sayang banget kalau udah nyewa peratalannya, tapi enggak dipake. Kalau misal enggak bisa, ya langsung naik.”
Gue nolak, “enggak apa-apa kok udah bayar juga, enggak mau snorkelling,”
Atas desakan banyak orang, termasuk pacar gue sendiri yang mana dia ternyata enggak ikut snorkelling (dan itu salah satu alasan yang bikin gue jadi ragu buat snorkelling. Gue bener-bener takut, dan gue merasa gue enggak akan aman karena enggak ada yang jagain).

Dengan ragu dan sangat takut gue pun nyebur, duh, mana gue eneg banget pula, baru kali itu gue nyoba kacamata snorkelling dan asli enggak nyaman banget. begitu turun, gue masih megang tangga kayu perahu. Perahu pun goyang-goyang kena angin dan ombak.
Nah, juya minta tolong ucup buat jagain gue, ya emang sih dia jagain, tapi tetep aja rasa takut gue lebih besar.

            “mit ayo coba, jangan takut, ke sebelah situ," kata Ucup masih berusaha meyakinkan.
            Gue pun megangin ucup dan berenang (lebih tepatnya mengapung sih hahaha) ke arah agak jauh dari perahu. “cup, jangan jauh-jauh ih.”

            Dan ucup pun memasukan kepalanya ke dalam air. Enggak lama, “mit, coba liat deh ke bawah, bagus banget kayak di akuarium.”

            Gue pun berusaha mencoba dan emang bagus banget, tapi malahan bikin gue makin panik karena ituuuu dalem bangeeeeeeeeeeet, gue enggak bisa liat dasarnya, eh maksud gue kaki gue enggak bisa napak ke bawah, beda sama di kolam renang. Gue pun panik, dan ngegeleper-geleper saking takutnya. Ombak juga makin kenceng. Saking takutnya, gue emang sampe nangis.

            “Ah, udahan….” Cuma itu, gue pun kembali berpengangan sama tangga perahu dan ombak makin kenceng menggoyangkan perahu dan…. “BUKKK!” dahi gue jadi sasaran perahu itu. Gue kepentok tangga perahu yang mana kayunya itu keras banget. 

“Sakit….” Gue cuma bisa mengaduh pelan. Dengan seluruh tenaga yang masih tersisa, gue pun naik ke atas perahu dan emang nyaris jatoh karena kepeleset. Iya, gue emang sampe nangis. Dan gue baru tau ternyata gue setakut itu sama air, terutama lautan yang berombak. Gue takut karena gue enggak bisa berenang, gue takut tenggelam. Dan gue baru tau itu jadi salah satu ketakutan terbesar yang baru gue ketahui….

            Juya pun berusaha menenangkan gue. Dia keliatan khawatir banget sekaligus merasa bersalah. Dan jujur aja ya, saat itu gue emang agak sebel sama orang-orang di sekeliling gue karena memaksa gue, padahal gue udah nolak. Kalau dipikir-pikir lagi ya sekarang, gue kalau enggak begitu enggak akan punya pengalaman snorkelling. Ya meskipun emang jadi pengalaman pertama dan menakutkan banget akhirnya. Gue enggak tau sih bakalan mau snorkelling lagi atau enggak ☹ pengalaman menakutkan itu masih membayangi banget soalnya.

            Beberapa saat kemudian, gue cuma bisa menikmati lautan dari atas perahu dan melihat dua lumba-lumba temen gue snorkelling. Ada sih satu hiburan banget pas saat si Gilang mulai nyebur dan snorkelling hahahaha soalnya dia lebih parah dari gue ternyata. Hahahaha. Dia enggak bisa pake kacamata snorkelling itu, dan bilang kalau dia enggak bisa napas. Hahaha terus, dia juga ternyata enggak bisa berenang juga (atau takut?) dan ngedadah-dadah minta tolongin dia. Dan ucup pun nolongin. Jujur aja ya, bukannya gue ngetawain penderitaan orang lain, tapi itu hal konyol banget dan patut ditertawakan sih. Terlebih melihat tingkah mereka berdua  yang seperti berduet kekonyolan hahahaha.

            Selesai snorkelling, kita menuju pulau selanjutnya, dan lumayan jauh juga. Entah karena efek masih shock atas kejadian tadi, atau emang karena kena angin kenceng banget+baju basah abis snorkelling, ombak juga kenceng yang bikin perahu goyang-goyang parah. Gue pun merasa sangaaaaaaaaaaat pusing dan mual. Hanya saja enggak sampai jackpot sih. Soalnya memang gue enggak pernah punya penyakit mabok kendaraan gitu. Sampai di pulau selanjutnya  Pulau Batu Berlayar, gue pun udah merasa lebih baik karena berhasil sedikit melupakan kejadian menakutkan yang telah menimpa gue. Setelah istirahat, nikmatin suasana, dan foto-foto kita pun lanjut ke destinasi terakhir, yaitu Pulau Kepayang (Pulau Babi). Enggak banyak yang bisa dilakukan memang untuk wisata pulau itu selain menikmati suasana, snorkelling, dan foto-foto.

            Tak terasa, sore pun datang. Kami pun selesai untuk berwisata pulau. Sebenernya cukup puas sih ya, dengan harga segitu emang bener-bener bisa sewa perahu hampir seharian. Terlebih, satu perahu segede itu cuma diisi kami berempat. Bener-bener kayak private trip hahaha. Setelah  berlabuh di pantai, kami pun turun dari perahu dan berniat untuk pulang kembali ke hotel. Baju yang basah kuyup sehabis snorkelling bisa kering lagi dengan sendirinya gitu hahaha thanks to angin laut!

 Perjalanan hari itu melelahkan dan sangat produktif hahaha karena bisa jelajah berbagai pulau menarik dan eksotik di Belitung. Kami pun bersiap pulang kembali ke hotel. Rencana malamnya sih kami ingin mampir ke pusat kota dan membeli beberapa buah tangan untuk keluarga ataupun teman di Bogor, sekaligus mencari makan. Enggak banyak oleh-oleh yang bisa gue beli, hahaha maklum keadaan dana terbatas. Gue hanya beli sebungkus kopi khas belitung (gue lupa namanya apa, tapi itu kopi ada kafenya gitu, dan ternyata enak banget kopinya. Harum, enak, dan bagi gue penderita maag itu enggak bikin nyiksa lambung sih), keripik apa gitu rasa rumput laut, cokelat, sama satu biji notes kecil yang covernya pantai tanjung tinggi (ini sih buat gue sendiri hahaha soalnya lucu, dan biar bisa mengenang belitung aja tiap gue nulis atau nyatet-nyatet sesuatu di notes itu), dan keripik pisang! Hahaha (jauh-jauh ke sana ujung-ujungnya beli itu, aduh keripik pisang is maaaa laaaffff XD). 

Sementara Juya beli beberapa bungkus kopi untuk temen-temen kantornya, dan orang di rumah. Ucup dan Gilang juga enggak beda jauh sih, rata-rata pada beli kopi dan makanan gitu. Bedanya Ucup juga minat buat beli gantungan kunci yang isinya pasir warna-warni di botol kecil gitu, dan gue enggak ikutan beli itu kayak ucup, padahal itu lucu paraaaaaaaaah. Gue dan Juya pun menyesal hahaha.
Setelah selesai kami pun kembali ke kamar masing-masing. Iya, gue balik ke kamar gue sendirian, sedangkan mereka ke kamar yang isinya mereka bertiga. Hahaha. Sengaja, kami untuk tidur lebih awal karena besok harus bangun pagi-pagi mengejar jadwal penerbangan pagi sekitar jam 07.00 WIB.

***

Terima kasih Kenangan Indahnya, Belitung. Sampai Jumpa lagi!


Gue bangun subuh, lebih dahulu kebanding alarm yang gue pasang. Sebenernya ada satu alasannya sih hahahaha setelah itu gue pun mandi dan bersiap-siap. Gue jadi yang paling pertama dan paling niat dengan udah rapi, wangi, dan kece duluan. Kamar juga udah rapi seperti ketika gue datang. Sementara kamar sebelah masih pada berantakan dan sibuk nyiapin ini itu. Sebenernya kami udah janjian sama bapak supir taksi yang waktu kedatangan nganterin kami dari Bandara ke Hotel untuk dijemput jam 06.00 WIB, dengan pertimbangan menurut bapak itu jarak dari hotel ke bandara hanya memakan waktu setengah jam. Bapaknya itu pun sudah tepat waktu dan menunggu di depan hotel, sementara kami belum siap. Lebih parahnya sih ya si Gilang yang belum siap karena masih mandi. Mana pake acara nyanyi-nyanyiian dulu lagi. omaygaaaaat… serasa di rumah sendiri yes…. 😐 akhirnya dengan digedar gedor dan dibilangin suruh cepetan soalnya nanti ketinggalan pesawat, kami pun memutuskan untuk menunggu di dalam taksi. Setelah semua lengkap, kami pun langsung meluncur ke Bandara…. 

Benar saja, suasana jalanan Belitung memang sepiiiiiii banget, sekalipun di kotanya dan pagi hari. Benar-benar lancar jaya dan aman terkendali. Setengah jam perjalanan kami habiskan untuk mengobrol santai dengan bapak supir taksinya yang sayangnya namanya gue lupa, maafkan pak ☹ banyak hal sih yang jadi bahan obrolan kami, tapi sebagian besar ya tentang Belitung. Tentu saja, yang bikin kami penasaran adalah tentang budayanya, keadaan masyarakatnya, dan lain-lain yang diceritakan dari perspektif bapak itu sebagai warga lokal di sana. 

Tak terasa, kami pun tiba di Bandara dan alhamdulillah tepat waktu. Setelah check in, lalu kami menunggu di ruang tunggu dan ternyataaa pesawat kami delay, hahaha soalnya dari monitor yang memasang informasi bahwa pesawat kami belum juga tiba. Hampir setengah jam kemudian pesawat kami tiba, dan beberapa menit kemudian kami pun bersiap naik ke pesawat untuk pulang kembali ke “dunia nyata” kami. Benar-benar memang, Belitung rasanya seperti surga kecil yang ada di dunia. Indah banget, bikin betah, dan bikin berat untuk pulang. Gue bahkan merasa seperti ingin tinggal di sana deh rasanya. Hahaha. “Sampai jumpa lagi, Belitung! Terima kasih!.”


Perjalanan pulang di pesawat tak semenegangkan ketika berangkat. Gue melalui take off pun dengan aman terkendali, tidak sekhawatir ketika berangkat, namun tetap hati dan mulut gue enggak berhenti merapal doa. Pemandangan dari kaca jendela pesawat memang cerah, tidak seberawan sewaktu berangkat, bahkan silau karena posisi matahari yang kayak dekat dengan mata hahaha. Enggak banyak yang bisa dilihat memang. Lagi-lagi hamparan lautan awan, dan tetap saja membuat gue terus bersyukur. Lama-lama gue pun merasa ngantuk dan memejamkan mata, tapi bukan tidur. Gue pun mendengar pengumuman dari speaker pesawat bahwa sebentar lagi pesawat akan tiba di Bandara Soetta. 

Mata gue pun kembali terjaga, dan begitu gue melihat ke kaca jendela pesawat tampak pemandangan di luar sana itu masyaallah indaaaaaaaaaah bangeeeeeet! Pemandangan city view yang pertama kali gue liat secara langsung dengan mata kepala gue sendiri. Kayak mimpi, serius. Biasanya kan gue melihat pemandangan itu hanya via game membangun kota atau GTA, itupun kalau karakter yang gue mainkan itu lagi naik pesawat. Terus yang gue liat ini beneran. Nyata. Bukan game! Takjub bener deh gue hahaha emang norak sih ya, maklumlah pengalaman pertama bagi gue, makanya gue sangaaaaaaaaaaat excited.


Pesawat pun landing mulus, dan alhamdulillah, Hai, Jakarta! Hai, realitas! Kita bertemu kembali. Setelah ke luar Bandara kami pun ke shelter Damri untuk pulang kembali ke Bogor. Setelah kurang lebih dua jam perjalanan, akhirnya kami pun tiba di Bogor. “HAI TUGU KUJANG! HAI MACETNYA BOGOR! AKU KEMBALI…”

Setelah tiba di Terminal Damri Bogor, kami pun berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing. Gue dan Juya menuju parkiran motor untuk pulang ke rumah dengan riweuh-nya karena barang bawaan banyak banget! hahaha. Tak lupa mampir sebentar ke Bakso Malang dekat kampus langganan gue. Karena kurinduuuu bakso malang dan pengin makan yang seger-seger gitu. Nyampe rumah pun agak-agak jetleg. Gue jalan kayak melayang gitu. Pandangan mata gue juga jadi agak kabur, dan gue merasa kok ya Bogor sepanas itu sih. Bener-bener mesti menyesuaikan lagi. hahaha. Padahal di Belitung juga terik banget, tapi enggak tau kenapa malah merasa panas banget di Bogor, mungkin karena di sana semilir anginya lebih kencang jadi enggak terlalu kerasa-kerasa panas amat.

Kenangan Belitung itu terlalu indah dilupakan…. Dan maafkan kalau postingan ini jadi panjaaaaaaaaang banget dan jadi lamaaaa banget buat gue selesaikan dan posting. Gue terlalu bersemangat untuk menceritakan pengalaman seru ini, dan gue juga memang tipikal orang yang detail sekali kalau cerita. hehehe....

Oh iya, gue mau berterima kasih banget buat Juya, yang udah mewujudkan impian gue buat ke Belitung yang udah ada sejak dahulu kala. Kata dia, "Ke Belitung itu jadi hadiah karena udah beres sidang ya." Terbaik lah memang, laki-laki satu itu :) 

Gue juga mau makasih sama Ucup dan Gilang karena udah jadi teman seperjalanan yang bodor lah. Ada aja kelakuan mereka berdua yang 'ajaib' dan bikin ngakak dan bikin rame. Jadi pergi cuma berempat pun enggak berasa sepi.

Total pengeluaran selama gue di sana sekitar  lebih dari Rp500.000, tapi masih kurang dari Rp1juta. Itu terdiri dari ongkos, sewa perahu+alat snorkelling, makanan, jajan, oleh-oleh. Itu belum termasuk tiket pesawat PP, penginapan, sewa motor+bensin yang ini semua disponsorin sama Juya.
Pssttt…. Gue ngetik cerita ini di word, dan tau enggak kena berapa halaman? 14 halaman (Spasi 1,15) dong! *penting banget buat diceritain juga, hahaha!*


Bonus:
Foto narsis kita berdua hahaha

Pantai tanjung tinggi belitung mita dan lazu

Muka-muka bahagia! yang satu bahagia dapet liburan gratis, yang satu bahagia bisa kasih hadiah ke "yang tersayang"nya *ciyee gitu* 


Terima kasih sudah bersedia membaca! Semoga ada ya manfaatnya meskipun mungkin sedikit banget, ehehehe…. Dan kalaupun Belitung juga jadi salah satu destinasi impian yang pengin kalian kunjungi semoga segera terwujud ya! 😊

***


P.S : [Pertanyaan yang enggak penting-penting amat] by the way, ada yang bisa jelasin ke gue enggak kenapa setiap pesawat mau jalan, para kru-kru bandaranya tuh selalu melambaikan tangan gitu ke arah pesawat? Entah kenapa kok gue malahan merasa horor ya ngeliatnya. Semacam ngasih salam perpisahan gitu masa sih kesannya. Gue enggak tau sih itu maksudnya apa, makanya penasaran. Hahahaha. Apa cuman sekedar buat ngasih tanda doang, memang begitu prosedurnya, atau gimana? Tolong jelaskan padakuuuuuh. Hahaha sampai gue membuat postingan ini pun, gue masih didera rasa penasaran. Itu gue menyadarinya pas pulang sih, di Bandara H.A.S Hanandjoeddin.


Mita Oktavia
Mita Oktavia Lifestyle Blogger yang suka menulis, melukis, bermain game, dan bertualang | Penawaran kerja sama, silakan hubungi ke hello.mitaoktaviacom@gmail.com

28 komentar untuk "Terpikat Eksotisnya Negeri Laskar Pelangi"

  1. Balasan
    1. Nunggu diajak lagi aja dulu sih kita mah 😋😜

      Hapus
  2. wah so sweet. jadi pingin ke belitung euy. Untuk PS nya belum bisa jawab nih, jadi penasaran juga. Anyawy iya bener istilahnya critical eleven, soalnya ada novel nya. hehe

    BalasHapus
  3. ahhahahahaa...hahahhahaaaaa

    Mbak nih, ada-ada saja. Malah kepikiran horornya ahhahahaaa

    kayaknya mereka itu sebenarnya mau kasi ucapan selamat jalan, gitu aja mbak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, aku tuh suka gitu emang hahahaha ada aja pikiran anti mainstreamnya wkwkwk

      Hapus
  4. Cerita tentang take off pesawat bikin aku mual berasa ada dipesawat rasanya aku mabok jadi nggak berani naik pesawat, padahal ingin btw belitungnya emang cantik banget yaa jadi mupeng ingin kesana juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayuuuk ke sana juga, Mbak. Aku waktu itu enggak mikir mual sih, cuma ngeri aja hahaha
      taunya emang penuh drama, tapi ternyata enggak seseram yang aku bayangkan

      Hapus
  5. Ternyata ada banyak spot wisata di Belitung ya. Bisa nih cerita perjalannya mbak Mita saya contek sebagai itinerary jika nanti ke sana. Lengkap banget kayaknya wisata yang dijelajah dalam waktu yang lumayan singkat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayuuuuk Mbak ke sana. Itu juga sebenernya enggak semuanya aku eksplor. Terbatas waktu dan biaya wkwkwk

      Hapus
  6. Aku malah jadi pengin nyebur ke air bacanya, kayanya seger XD eh aku jadi penasaran kalau pertama naik pesawat, soalnya tuh aku phobia ketinggian, naik kora2 atau rollercoaster aja takutnya gimana gitu, kalo di pesawat kayak apa yak XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya segeer nih, Mbak. Wah, bingung juga ya kalau phobia ketinggian. Mungkin bisa diakalin dengan jangan liat ke luar jendela pesawat, dan tidur selama perjalanan hahahah

      aslinya sih enggak kerasa, Mbak. Cuma pas take off sama landing dan kalau kena awan sensasinya berasa

      Hapus
  7. Ah.. belitung. Aku ingin sekali-kali ke sana. Sempat ada kesempatan tapi waktu itu, aku lagu ada kewajiban juga jadinya gak bisa. Sediih.

    Itu cerita soal kepanikanmu naik pesawat itu wajar juga. Apalagi baru pertama kali. Jangankan kamu, aku aja yang berkali-kali naik pesawat, sering panik kalo ada turbulensi. Mungkin, ini karena efek nonton dokumenter soal peristiwa kecelakaan pesawat kali ya. Lagian paniknya sejak tabrakan Air Asia itu.

    Ohya, mungkin akan lebih joss jika dibagi per bagian gitu kak. Panjang banget tulisannya. Jujur.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walah, aku malah enggak berani nonton kayak begitu. Asli hahahaha makin horor kali ya?

      Aku dulu begitu, Kak. Bikin berpart-part, tapi akhirnya enggak lanjut dan mentok di tengah jalan hahaha akhirnya aku bikin jadi satu part dan ternyata panjang banget ya :(

      Hapus
  8. aku pernah sepesawat ama orang yang takut ketinggian dan lebih parahnya laginpake turbulensi. Orangnya sampe teriak teriak dan bikin panik banyak orang. Untung semua aman terkendali.

    Semoga saya punya kesempatan lagi menikmati belitung yang sekarang. Kabarnya udah lebih rapi dan bersih. Duhhh jadi pengen denger lagu laskar pelangi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walah hahahaha parah juga ya -_-"
      untungnya aku enggak sampai teriak-teriak hahaha

      hayuuuk ke Belitung lagi, Kak

      Hapus
  9. Pantainya cakep mbak, ada batu-batu gede juga gitu... nuansa baru..

    BalasHapus
  10. Ya ampun... Pas ke Bangka kemarin juga gue pertama kalinya naik pesawat Mit. Hahaha...
    Excited + takut, jadi satu. Tapi pas udah sampe di tempat tujuan, rasanya senang banget dan lupa kalo tadi di pesawat sempet ketakutan.
    Liburannya seru ya, walaupun lo cewek satu-satunya. Semoga bisa liburan seru-seruan lagi Mit. Seseru yang di Belitung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah sama ya, Bel. Emang nano-nano yak rasanya wkwkwk
      Aamiin.
      Gue juga enggak sangka kalau tetep seru meski gue cewek satu-satunya hahahaha

      Hapus
  11. aaaaa bacanya T_T jadi pengen ke belitung, tapi tapi belum berburu tiket murah T_T
    hiks semoga tahun ini bisa ikut piknik ke sini ah

    BalasHapus
  12. Belitung emang indah banget..lautan dan bebatuan juga peninggalan sejarah ..angin bikin kepincut..

    Impian kita sama he2

    BalasHapus
  13. Belitung emang terkenal akan keindahannya..laut..pantai..dan bebatuan...

    Juga tentang sekolah laskar pelangi ..

    Semoga kelak bisa kesana

    BalasHapus
  14. Ku merasakan apa yang kamu rasakan mba saat naek pesawat pertama kali. Emang bikin super jantungan hahahha

    Seruu banget liburan gitu sama temen2, ke belitung pula. Duh jadi iri wkwkwkw. Semoga ku bisa ke belitung juga lah ntar hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwk ternyataaaaaaa banyak juga yang merasakan hal yang sama hahaha
      Aamiin, semoga ya kak :)

      Hapus
  15. widih... secara garis besar, pantai dan laut emang ngangenin dan bikin mood booster naik bertubi tubi ya kak. ngga bisa dipungkiri deh keseruannya. selamat berlibur

    BalasHapus