Terpikat Eksotisnya Negeri Laskar Pelangi
16:33
Perjalanan ke Belitung pada 31 Juli-2 Agustus lalu itu bermula dari gue
yang sangat sibuk ngurusin perihal skripsi, menjalani jatuh-bangunnya skripsi,
kemudian mengejar waktu sidang sampai rasanya penat sekali. Gara-gara sibuk
itu, gue enggak bisa atau serasa enggak
ada waktu untuk main sebentar merasakan kembali apa yang dinamakan liburan itu.
Sejak terakhir gue curi-curi waktu memutuskan untuk ‘kabur’ sebentar dari
penatnya skripsi dan pergi ke Malang bersama Juya dan Enur.
Sebenernya perjalanan
ke Belitung ini sempet dua kali re-schedule tiket berangkat pesawatnya. Awalnya
tuh ngerencanain berangkat kamis terus ketunda jadi Jum’at, 28 Juli 2017 terus
tetep enggak jadi dan alhamdulillah fix jadi berangkat pada Senin, 31 Juli 2017
dan dapet penerbangan pagi sekitar jam 08.00 WIB. Dari beberapa orang yang
rencana pingin ikut, pada hari menuju keberangkatan yang fix bisa ikutan jadi
cuman berempat doang. Juya, Ucup, Gilang, dan gue—sebagai satu-satunya cewek
yang ikut.
Hari yang dinantikan
pun tiba juga. Awalnya masih bingung kan tuh ke Bandaranya mau naik apa dan
berangkat jam berapa, setelah melewati berbagai diskusi panjang akhirnya kami
pun sepakat janjian di Poll Damri sebelah Botani Square dan memutuskan untuk
naik Damri ke Bandaranya. Lumayan menghemat biaya kan. Waktu janjian jam 03.00
WIB, tapi yang namanya Indonesia ya hahaha berlakunya masih (dan selalu) jam
karet. Gue dan Juya sampai di sana sangat tepat waktu, sesuai jam janjian.
Setelah sekitar setengah jam menunggu akhirnya Ucup dateng, dan kita nunggu
Gilang. Beberapa kali Bis Damri udah berjalan pergi. Beruntungnya bis ini tuh
kayaknya selalu ada hampir tiap menit deh, jadi rasanya enggak akan takut buat
kehabisan bis. Semuanya udah kumpul, tanpa banyak basa-basi kita pun langsung
naik ke dalam bis dan menuju ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK).
Perjalanan dari Bogor
menuju Cengkareng bisa dibilang lancar. Alhasil kita sampai di Terminal
keberangkatan kita pun sesuai prediksi. Setelah foto-foto bentar di luar
bandara, kita pun langsung masuk ke dalam Bandara untuk check-in, saat itu sekitar jam 6.00 WIB. Selanjutnya kita
menghabiskan waktu menunggu informasi pesawatnya sampai atau siap di bandara di
ruang tunggu sambil makan, ngobrol-ngobrol, ngeliatin orang-orang yang lalu
lalang.
Pengalaman pertama naik pesawat udara
Perjalanan ke
Belitung kemarin selain pertama kalinya buat gue untuk menginjakan kaki ke sana
juga jadi pengalaman pertama kalinya gue buat naik pesawat udara. Iya,
perjalanan darat udah sering gue lakuin lah ya, perjalanan laut pernah sih
meski hampir dibilang jarang banget. Dan akhirnya gue bisa juga merasakan
gimana rasanya naik pesawat. Bahagia banget sih, tapi ternyata sempet bikin gue
enggak tenang juga.
Awalnya gue
biasa-biasa aja sih, meski agak deg-deg-an, tapi semakin mendekati waktu
keberangkatan. Gue makin gusar rasanya. Jantung gue makin kencang berdegup.
Jujur gue khawatir banget karena hari itu untuk pertama kalinya gue akan merasakan
pengalaman naik pesawat udara! Memang ada rasa excitednya juga sih. Ya pokoknya nyampur aduk jadi satu lah.
Akhirnya jam 7.00 WIB kita udah dipersilakan nunggu di ruang tunggu yang
disediakan sama maskapai penerbangannya. Sekitar setengah jam kemudian, para
penumpang dipersilakan untuk naik ke dalam pesawat dan gue semakin deg-deg-an!
Masuk ke dalam
pesawat disambut sama para pramugari, lalu kita nyari-nyari kursi, dan pas
banget ternyata gue dapet nomer kursi di bagian sayap pesawat. Saat itu rasanya
gue kayak lagi mimpi loh hahahaha tiba-tiba gue udah ada di dalam pesawat dan
mau naik pesawat. Ke Belitung pula! Waaaaah!
Alhamdulillah gue
dapet kursi yang di pinggir jendela persis. Sesuai apa yang gue harapkan.
Sebelum berangkat pramugari memberikan arah-arahan kepada para penumpang
tentang prosedur keamanan dan keselamatan. Dan gue baru tau kalau misalnya yang
duduk di bagian sayap pesawat itu ‘diminta’ kesediannya sama pihak awak pesawat
untuk membuka pintu darurat ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Makanya yang duduk di pintu itu biasanya harus cowok yang badannya gede, enggak
boleh anak kecil. Makanya si ucup dipindah tempat duduknya dia hahahaha.
Setelah itu waktu take off pun semakin dekat. Jadwal
keberangkatannya jam 8.30 WIB. Himbauan untuk memasang sabuk pengaman juga
sudah terdengar dari speaker yang ada di dalam pesawat. Gue pun udah pake sabuk
pengaman. Dan saat inilah gue semakin merasa deg-deg-an. Pesawat baru jalan
dikit-dikit aja di landasan gue udah komat-kamit merapalkan dzikir. Momen
paling tak bisa tergambarkan oleh gue adalah ketika bener-bener tiba waktunya
pesawat untuk take off.
***
Pesawat yang tadinya jalannya pelan karena
menunggu antrian dengan pesawat yang lain di landasan pacu mendadak berjalan
kenceng dan di landasannya itu kan juga dibikin semacam polisi tidurnya gitu
lah ya dan itu berasa banget, terdengar juga suara tubrukan ban pesawat dan
polisi tidur itu. Pesawat terus melaju dengan cepat tanpa berhenti dan
tau-tauuuuuuuuuu swiiiiiiiing~ pesawat mulai terbang naik melawan gravitasi.
Itu momen perkenalan awal yang bikin gue agak deg-deg-an, karena rasanya tuh
kayak naik wahana roller coaster gitu
ya kan.
Enggak berhenti di
situ saja, hal yang paling bikin gue agak takut adalah saat pesawat serasa
berada sekitar 45-50 derajat naik gituuu ke atas melawan gravitasi, dan posisi
gue pun serasa tiduran gitu jadinya. Asli, itu kerasa menakutkan banget, dan gue sempet beberapa
saat merasa kayak eungap enggak bisa napas gitu. Mata juga gue tutup terus
sambil terus dzikir. Dan tangan gue menggenggam erat tangan Juya yang ada di
sebelah gue.
Keadaan itu
alhamdulillahnya enggak berlangsung lama, hanya beberapa menit aja. Gue masih
terus nutup mata, sampai akhirnya Juya bilang “udah normal kok. Udah aman”. Pelan-pelan
gue membuka mata dan merasa agak lega. Alhamdulillah, pas gue nengok ke arah
jendela yang terlihat hamparan lautan awan yang keren banget. Meski cuaca saat
itu agak kurang bagus karena keadaan langit yang awannya tebel banget, tapi
tetep aja indah.
“Ya Allah, gue bisa terbang! Begini ya rasanya terbang.”—seperti itulah kira-kira kalimat yang gue ucapkan dalam hati. Gue menyadari banget kalau mungkin gue
norak, tapi serius deh rasanya tuh luar biasa banget. Hati gue rasanya
menghangat karena merasa bersyukur dan bahagia banget. Allahuakbar, begitu
indah ciptaan Allah. Begitu menakjubkannya kekuasaan Allah.
Selagi mengisi waktu
selama perjalanan di udara itu, enggak banyak yang bisa gue lakukan memang. Gue
cuma bisa memandang ke luar jendela, melihat-lihat brosur tentang prosedur keselamatan,
dan sesekali melihat sekeliling gue. Tak terasa, kurang lebih 45 menit
perjalanan itu gue lakukan. Di speaker
terdengar pengumuman untuk memakai sabuk pengaman karena sebentar lagi pesawat
akan landing. Pas gue cek ke luar
jendela, iya sih pesawat udah terbang agak rendah sehingga pemandangan pulau
belitung yang dikelilingi sama lautan gitu dan pulaunya yang warna putih entah
itu bebatuannya atau malah pasir? Enggak terlalu yakin gue saat itu.
Gue kembali
mempersiapkan diri, mental, dan hati gue untuk prosesi landing. Iya, gue emang pernah denger cerita pengalaman orang yang
udah pernah naik pesawat bahwa saat-saat yang krusial pas naik pesawat udara
adalah saat take off dan landing yang disebut critical eleven (Bener enggak sih
istilahnya? Koreksi gue ya kalau gue salah). Berdasarkan hasil mencari ke sana
sini di gugel, gue menemukan informasi bahwa itu tuh waktu yang paling krusial dalam
penerbangan. Dilansir dari berbagai sumber, 11 menit itu terbagi jadi dua: 3
menit setelah take off dan 8 menit
sebelum landing. Gue pun kembali merasa deg-deg-an menyambut
pesawat gue yang akan landing. Mulut
gue kembali komat-kamit merapalkan dzikir, dan pesawat pun turun dengan mulus.
Gue lega, alhamdulillah. Rasanya ternyata enggak semenakutkan ketika berangkat.
Gue tiba di Bandar
Udara Internasional H.A.S Hanandjoeddin, Tanjung Pandan (TJQ) sekitar jam 09.30
WIB. Gue dan penumpang lain antri untuk bergiliran ke luar dari pesawat.
Setelah menginjak daratan, gue menyempatkan foto dengan latar belakang pesawat
gitu hahahaha dan sesekali langsung pada bikin video gitu. Biasalah ya, anak
eksis jaman now, tapi tenang gue sih masih mode pesawat dan maafkan atas
kenorak-an gue XD
Setelah itu Gue,
Juya, Ucup, dan Gilang ke luar bandara dan menghampiri loket resmi untuk memesan
taksi. Setelah itu kami langsung cuuus naik dan menuju ke hotel. Alhamdulillah
saat itu kami dapet bapak supir taksi yang baik banget dan ramah. Duh, tapi
lupa namanya siapa. Akhirnya kami sempet minta nomer bapak itu biar gampang aja
misalnya pas pulang nanti kita langsung mesennya ke dia.
Saat itu kami
menginap di Hotel Surya yang letaknya di dekat pusat kotanya, daerah pecinan
gitu. Persis mirip kayak di Suryakencana, Bogor. Hahaha makanya saat kami di sana
rasanya kayak pulang ke rumah deh. Hotel murah yang cukup lah. Dua malem
menginap di sana betah-betah aja gue. Bersih juga, meski agak-agak sepi saat
kami datang. Nah, untuk kamar hotel sendiri gue udah bawel banget dari sebelum
berangkat. Saat gue tau menjadi satu-satunya cewek yang ikut ke Belitung, Gue
udah minta buat gue minta buat pisah kamar, karena sebagai perempuan, gue juga
butuh ruang privasi sendiri hahahaha. Kami memilih kamar AC yang tidak pakai
kamar mandi di dalamnya. Awalnya gini kan, Ucup sama Gilang sekamar. Gue kamar
terpisah, dan Juya juga di kamar terpisah. Terus gue ngusulin kenapa enggak
mereka bertiga aja sekamar ya kan biar bisa hemat budget gitu kan. Lagian ternyata ada dua tempat tidur terpisah gitu
di setiap kamarnya. Alhasil gue bilang angkut aja itu kasur yang ada di kamar
gue dan pindahin ke tempat mereka.
Jujur awalnya gue emang agak-agak takut sih sendiri. Di
tempat baru dan asing, sendirian pula ya kan. Apalagi gue tuh apa ya agak-agak
kurang bisa ke tempat baru. Agak sensitif gitu anaknya. Alhamdulillah pas ke Belitung
kemarin sih aman-aman aja, malahan betah gue. Mungkin karena gue selalu bawa
positif kali ya. Beberapa kali kalo gue lagi iseng di kamar karena sendirian dan daripada bengong
enggak ada kerjaan ya kan gue selalu menyelipkan kegiatan membaca beberapa ayat
dari aplikasi al-qur’aan digital di HP gue, selain nontonin video drama korea
atau acara korea yang udah gue persiapkan ataupun video call sama orangtua di
rumah. Alhamdulillah itu sangat ampuh melawan kesepian gue karena di kamar
sendirian hahaha. Berbanding terbalik dengan kamar sebelah gue yang rame terus
soalnya mereka bertiga dan cowok semua pula. Yaudah kan tuh pada bisa
ngobrol-ngobrol. Dan lagi kadang juga gue suka kumpul sama mereka di kamar
sebelah sehabis pulang dari seharian eksplor dan sebelum tidur. Andaikan gue
cowok, gue pasti emang pengin tidur di situ ramean sih hahahaha soalnya
keadaannya beda banget. Di kamar gue mah hening bangeeeeeet, di kamar mereka
mah rameee.
***
Jatuh Cinta Pandangan Pertama pada Belitung
Oh iya di hari
pertama di Belitung gue sempet jet lag
cenderung kayak orang pelongo. Hahahaha. Kenapa coba? Kan gini ya sampe di
hotel kan tuh. Gue merasanya udah siang banget kan semacam udah tengah hari
karena terik banget. Kirain gue sudah masuk waktu dzuhur, dengan pedenya ngeloyor
lah gue ke kamar mandi ambil wudhu dan mau solat. Saat itu gue enggak ngecek
hape juga sih salahnya. Eh, pas gue sadar, dan ngecek hp taunya masih jam 11.00
WIB. Hahahaha pantesan Juya, Ucup, dan Gilang pada agak aneh gitu liat gue,
cuman enggak ada yang nanya atau negor, pada lempeng aja. Ditambah gue juga
udah pede banget lagi enggak pake nanya-nanya. Jadi keliru deh hahahaha. Sama-sama
masih di waktu indonesia bagian barat, tapi gue merasa jet lag masa hahahaha kan kocag (iya pake g saking kocaknya
hahahaha).
Nah setelah beberes
dan bebersih, akhirnya kita nyewa motor ke pihak hotel dan langsung ngeluyur ke
luar buat main. Pantai pertama yang kita tuju adalah Pantai Tanjung Tinggi.
Berbekal dua motor, dua helm, dan google maps, kita pun menuju ke Pantai itu.
Awalnya gue kira tuh deket ya, taunya jauuuuuuuuuuuuuuuuuuuh banget. Ternyata
tuh dari pusat kota, kita ke pinggirannya banget. Ada kali puluhan Kilometer
perjalanan kemarin (berlebihan, tapi emang jauh sih hahaha). Jalanannya itu
panjang banget naik turun berliku. Mungkin perjalanna kemarin sejauh gimana
juga enggak kerasa karena jalanan yang lancar banget, malahan sepi. Jadi waktu
tempuh menggunakan motor juga jadi sangat cepat. Suasanya tuh bener-bener enak
deh. Rasanya tuh nyaman banget menghadapi suasana sesepi itu. Ada sih beberapa
warga sekitar yang juga jadi pengguna jalan saat itu, tapi jarang gitu. Hanya
saja di sini kalau kalian kayak kami gini, harus ekstra hati-hati ya. Warga di
sana tuh entah karena terbiasa atau gimana bawa kendaraannya tuh kenceng
banget. Jangan ngebayangin kencengnya di perkotaan ya, hahhaaha karena kencengnya
di sana tuh rasanya beda hahaha. Oh iya di sana enggak ada angkutan kota
(angkot) kayak di Bogor atau di beberapa kota lain, apalagi transportasi online ☹ jadi gue sarankan kalau kalian ke sana, ada baiknya sewa kendaraan gitu deh biar gampang aja mobilitas buat liburannya.


Kita ke Pantai Tanjung Kelayang, tapi ternyata
itu pantai yang biasa dinikmati untuk wisata pulau. Ketika itu, kami datang
terlalu sore sehingga kami hanya menikmati suasana di pinggir pantai dan
memutuskan untuk kembali lagi ke pantai itu keesokan harinya untuk berwisata
pulau. Ini juga kami ketemu sama seorang
ibu yang menawarkan sewa perahu, pelampung dan alat snorkelling. Akhirnya kami
janjian untuk datang besok pagi.
Waktu sudah semakin
sore, saat itu ada satu destinasi yang searah dua pantai yang telah kami
kunjungi. Yap, tujuan kita selanjutnya adalah ke Pantai Bukit Berahu. Akhirnya kami memutuskan untuk ke situ dan
menikmati senja di sana. Ternyata pantai itu ada di sebuah resort gitu, hahahaha. Pantes pantainya tuh kayak private. Jadi pas kami ke sana, emang
lebih kayak liburan pribadi gitu. Ada beberapa orang penghuni resort di sana kayaknya sih, tapi enggak
merasa terganggu juga. Keadaan pantainya pun enggak terlalu rame. Makanya gue bersyukur
banget saat itu kami memilih tempat untuk menikmati senja yang tepat. Pas kita
ke sana juga enggak mahal-mahal banget, kena biaya retribusi sebesar Rp10.000
atau Rp15.000 gitu, maaf, agak lupa hahaha. Untuk sampai ke pantainya sih
lumayan olahraga ya karena harus menuruni tangga karena letaknya yang di bawah.
Gue dan Juya menikmati suasana di pinggir pantai, duduk di pasir putih dan
memandang laut di hadapan. Sesekali gue mengabadikan pemandangan indah itu
lewat kamera hape, dan beberapa kali kami pun berfoto bersama. Sementara, Ucup
dan Gilang ‘punya dunia mereka sendiri’ juga. Hahaha mereka memilih untuk
berenang di pantainya sambil sesekali berfoto. Saking menikmatinya suasana tak
terasa maghrib pun datang.
Setelah itu, kami pun
memutuskan untuk pulang kembali ke Hotel. Di sinilah drama dimulai. Kami pulang
tepat pas maghrib yang artinya sangat kesorean. Awalnya mah pede-pede aja ya
kan, taunya keadaan jalan sangat tidak memungkinkan. Enggak ada lampu jalanan,
jalanan pun gelap dan sepi banget, dan kita pun kesasar! Mungkin pelajaran juga
bagi kami sih, kalau main jangan sampai maghrib. Kalau bisa ya maghrib sudah
sampai di tujuan dan enggak kelayapan di jalan.
Beruntungnya warga di
sana tuh baik dan ramahnya kebangetan deh. Selama di sana sering banget kami
bertanya jalan, dan mereka pun dengan sabar memberikan arahan dan menunjukan
jalan yang benar. Saat itu, kesasarnya kami juga enggak drama-drama banget sih,
soalnya merasa se-nyasar-nyasarnya di sana kan wilayahnya kecil ya, jadi pasti
ketemu-ketemu juga hahahaha dasar XD
Badan udah lelah
rasanya karena menempuh perjalanan panjang dan sempet kesasar pula hahaha. Alhamdulillah,
sampai juga di hotel. Kami pun langsung istirahat-istirahat lucu, bebersih, dan
langsung cuuuuuuuuuus buat cari makan. Sekitar jam 19.30 WIB kami keluar hotel dan menelusuri
pusat kota Belitung. Nah, yang menarik di sini tuh ya. Di daerah hotel kami
menginap tuh jam 7 malem aja tuh udah sepiiiiiiiiiiiii banget! asli,
bener-bener beda banget sama Bogor yang mana jam 7 malem tuh masih rame-rame
aja. Makanya gue agak shock sih sama
keadaan itu. Di daerah itu aja, tapi kalau di pusat kotanya mah masih rame
banget. Padahal jarak dari tempat kami menginap ke pusat kota juga enggak jauh.
Dari siang kami memang
belum pada makan. Kami memutuskan untuk jalan ke pusat kota yang enggak terlalu
jauh dari hotel. Setelah mencari ini itu, pilihan kami pun jatuh ke rencana
awal yang kami ingin makan makanan khas Belitung yaitu Mie Atep dan ternyata
enak bangeeeeeeeeet. Cocok lah di lidah gue. Sayang sekali enggak gue
dokumentasikan karena enggak bawa hp. Hp gue lagi dicharge di hotel ☹ jadi mie atep itu, menurut gue ya semacam kayak mie dipadukan sama asinan karena rasanya seger. Mi
kuning, tauge, kentang rebus, udang, potongan timun, emping, dan kuahnya yang
seger karena agak asem. Beuuuuuuh, MANTAP! Asli ya, itu mie atep nagih banget! Jadi
kangen mie atep kan gue jadinya ☹
Setelah kenyang, kami
pun memutuskan untuk belanja kebutuhan untuk di hotel, khususnya stock makanna
dan cemilan. Hahahaha. Hal berbeda yang enggak gue temui selama di Belitung
lainnya adalah tidak adanya satupun supermarket! Di sana masih mengedepankan
toko-toko kelontong. Mungkin itu dilakukan untuk lebih mensejahterakan dan
mendukung usaha-usaha rumahan. Beda lah sama di Bogor yang hampir tiap beberapa
meter tuh pabalatak supermarket yang belakangnya mart mart ituloooh hahaha.
***
Terpikat Eksotisme Belitung
Selasa, 1 Agustus 2017.
Pagi-pagi sekali Gue, Juya, Ucup, dan Gilang udah bangun dan bersiap karena
tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang terbatas untuk menimati indahnya Belitung.
Berbekal dua buah motor hasil menyewa ke hotel tempat menginap, motor kami pun
melaju menyusuri jalan raya Belitung. Sebelum pergi, kamipun mengisi amunisi
motor dan perut kami. Akhirnya kami bertemu dengan nasi juga, setelah kemarin
sama sekali enggak makan nasi. ☹

Selesai makan, kami pun
bersiap menyurusi jalanan Belitung yang mana panjang dan jauh berkilo-kilo
meter, tapi enggak kerasa karena saking lancarnya tanpa macet, minim lampu
merah juga. Sesampainya di Tanjung
Kelayang, kami pun langsung bersiap memakai pelampung dan naik ke atas
salah satu perahu nelayan untuk jelajah pulau. Kalau enggak salah, sewanya itu
satu perahu. Semakin banyak orangnya, semakin murah harga sewa per-orangnya.
Berhubung cuma berempat saja, harga sewa perahunya lumayan kerasa hahaha satu
orang kena sekitar Rp75.000, sewa pelampung+alat snorkelling kena sekitar
Rp50.000.
Kami pun wisata pulau
menaiki perahu untuk wisata pulau. Pulau pertama yang kami singgahi adalah Pulau Pasir (nah, ini lah kenapa wisata
pulau mesti pagi-pagi karena kalau udah siang tuh pulau pasirnya udah enggak
ada. Udah tenggelam dan bersatu dengan lautan gitu), Pulau Burung atau Pulau Garuda (sayangnya itu pulau hanya bisa
dinikmati dari atas kapal saja. Pulaunya sendiri itu ada kayak batu besar dan mirip
seperti burung) hingga ke Pulau Lengkuas
untuk naik ke atas mercusuar yang terkenalnya itu. Keadaan pulau saat itu cukup
ramai, tapi tidak terlalu. Kami pun berfoto-foto dan duduk di pinggir pantai. Gue
menemukan ada satu spot bersantai yang ajib banget. Biasa saja sih, di pinggir
pohon, di sebuah kursi kayu sederhana, tapi viewnya itu bagus, mana semilir
anginnya juga berasa banget yang berhasil bikin gue ngantuuuuuuuuuk parah. Cuaca
terik Belitung siang itu jadi enggak terlalu berasa. Hal yang mengecewakan di
sini buat gue adalah harapan untuk naik ke atas mercusuar untuk melihat dan
menikmati eksostisme alam Belitung dari atas pupus sudah. Ternyata mersucuarnya
tengah dalam masa perbaikan. Menurut informasi yang berhasil dikumpulkan oleh
Ucup dari penjaga di sana adalah mercusuarnya itu baru aja selesai di cat dan
masih basah yang menyebabkan harus ditutup untuk sementara. Jujur aja gue
sangat kecewa, ya tapi apa boleh buat. Gue hanya harus berpuas hati foto-foto
di depan mercusuar aja. Gue menghibur diri dengan berkata pada diri gue
sendiri, “oh mungkin itu jadi pertanda kalau gue harus balik lagi ke Belitung
suatu saat nanti. Kembali menikmati nyamannya suasana di sini, plus MASUK DAN
NAIK KE ATAS MERCUSUAR”.
Setelah keadaan udah
lebih adem, kami pun memutuskan untuk melanjutkan ke destinasi selanjutnya.
Agenda yang akan kami lakukan adalah Snorkelling di lokasi yang tak jauh dari Pulau Lengkuas, tepatnya di
belakangnya. Menurut abang-abang perahunya, itu merupakan spot yang paling
bagus buat snorkelling. Gue makin gusar, entah kenapa gue merasa ngeri, tapi
penasaran perihal snorkelling. Begitu perahu kami memecah kencangnya ombak, dan
perahu kami bergoyang-goyang di situ gue merasa pusing banget. Mendadak gue
bener-bener takut sama laut dan ombak. Gue pun memutuskan enggak jadi nyebur
buat snorkelling. Ucup udah paling pertama nyebur dan kayaknya dia menikmati
banget hahaha. Gue pun semakin ragu, tapi pada mendesak gue, “coba aja dulu
sebentar, sayang banget kalau udah nyewa peratalannya, tapi enggak dipake. Kalau
misal enggak bisa, ya langsung naik.”
Gue nolak, “enggak
apa-apa kok udah bayar juga, enggak mau snorkelling,”
Dan atas desakan banyak
orang, termasuk pacar gue sendiri yang mana dia ternyata enggak ikut
snorkelling (dan itu salah satu alasan yang bikin gue jadi ragu buat
snorkelling. Gue bener-bener takut, dan gue merasa gue enggak akan aman karena
enggak ada yang jagain).
Dengan ragu dan sangat
takut gue pun nyebur, duh, mana gue eneg banget pula, baru kali itu gue nyoba
kacamata snorkelling dan asli enggak nyaman banget. begitu turun, gue masih
megang tangga kayu perahu. Perahu pun goyang-goyang kena angin dan ombak.
Nah, juya minta tolong
ucup buat jagain gue, ya emang sih dia jagain, tapi tetep aja rasa takut gue
lebih besar.
“mit ayo
coba, jangan takut, ke sebelah situ," kata Ucup masih berusaha meyakinkan.
Gue pun
megangin ucup dan berenang (lebih tepatnya mengapung sih hahaha) ke arah agak
jauh dari perahu. “cup, jangan jauh-jauh ih.”
Dan ucup pun
memasukan kepalanya ke dalam air. Enggak lama, “mit, coba liat deh ke bawah,
bagus banget kayak di akuarium.”
Gue pun
berusaha mencoba dan emang bagus banget, tapi malahan bikin gue makin panik
karena ituuuu dalem bangeeeeeeeeeeet, gue enggak bisa liat dasarnya, eh maksud
gue kaki gue enggak bisa napak ke bawah, beda sama di kolam renang. Gue pun
panik, dan ngegeleper-geleper saking takutnya. Ombak juga makin kenceng. Saking
takutnya, gue emang sampe nangis.
“Ah, udahan….”
Cuma itu, gue pun kembali berpengangan sama tangga perahu dan ombak makin
kenceng menggoyangkan perahu dan…. “BUKKK!” dahi gue jadi sasaran perahu itu. Gue
kepentok tangga perahu yang mana kayunya itu keras banget. “Sakit….” Gue cuma
bisa mengaduh pelan. Dengan seluruh tenaga yang masih tersisa, gue pun naik ke
atas perahu dan emang nyaris jatoh karena kepeleset. Iya, gue emang sampe
nangis. Dan gue baru tau ternyata gue setakut itu sama air, terutama lautan
yang berombak. Gue takut karena gue enggak bisa berenang, gue takut tenggelam. Dan
gue baru tau itu jadi salah satu ketakutan terbesar yang baru gue ketahui….
Juya pun
berusaha menenangkan gue. Dia keliatan khawatir banget sekaligus merasa
bersalah. Dan jujur aja ya, saat itu gue emang agak sebel sama orang-orang di
sekeliling gue karena memaksa gue, padahal gue udah nolak. Kalau dipikir-pikir
lagi ya sekarang, gue kalau enggak begitu enggak akan punya pengalaman
snorkelling. Ya meskipun emang jadi pengalaman pertama dan menakutkan banget
akhirnya. Gue enggak tau sih bakalan mau snorkelling lagi atau enggak ☹
pengalaman menakutkan itu masih membayangi banget soalnya.
Beberapa saat
kemudian, gue cuma bisa menikmati lautan dari atas perahu dan melihat dua lumba-lumba temen gue snorkelling. Ada sih satu hiburan banget pas saat
si Gilang mulai nyebur dan snorkelling hahahaha soalnya dia lebih parah dari
gue ternyata. Hahahaha. Dia enggak bisa pake kacamata snorkelling itu, dan
bilang kalau dia enggak bisa napas. Hahaha terus, dia juga ternyata enggak bisa
berenang juga (atau takut?) dan ngedadah-dadah minta tolongin dia. Dan ucup pun
nolongin. Jujur aja ya, bukannya gue ngetawain penderitaan
orang lain, tapi itu hal konyol banget dan patut ditertawakan sih. Terlebih melihat
tingkah mereka berdua yang seperti
berduet kekonyolan hahahaha.
Selesai snorkelling,
kita menuju pulau selanjutnya, dan lumayan jauh juga. Entah karena efek masih
shock atas kejadian tadi, atau emang karena kena angin kenceng banget+baju
basah abis snorkelling, ombak juga kenceng yang bikin perahu goyang-goyang
parah. Gue pun merasa sangaaaaaaaaaaat pusing dan mual. Hanya saja enggak
sampai jackpot sih. Soalnya memang gue enggak pernah punya penyakit mabok
kendaraan gitu. Sampai di pulau selanjutnya
Pulau Batu Berlayar, gue pun
udah merasa lebih baik karena berhasil sedikit melupakan kejadian menakutkan
yang telah menimpa gue. Setelah istirahat, nikmatin suasana, dan foto-foto kita
pun lanjut ke destinasi terakhir, yaitu Pulau
Kepayang (Pulau Babi). Enggak banyak yang bisa dilakukan memang untuk wisata
pulau itu selain menikmati suasana, snorkelling, dan foto-foto.
Tak terasa,
sore pun datang. Kami pun selesai untuk berwisata pulau. Sebenernya cukup puas
sih ya, dengan harga segitu emang bener-bener bisa sewa perahu hampir seharian.
Terlebih, satu perahu segede itu cuma diisi kami berempat. Bener-bener kayak
private trip hahaha. Setelah berlabuh di
pantai, kami pun turun dari perahu dan berniat untuk pulang kembali ke hotel. Baju yang basah kuyup
sehabis snorkelling bisa kering lagi dengan sendirinya gitu hahaha thanks to angin laut!
Perjalanan hari itu melelahkan dan sangat
produktif hahaha karena bisa jelajah berbagai pulau menarik dan eksotik di
Belitung. Kami pun bersiap pulang kembali ke hotel. Rencana malamnya sih kami
ingin mampir ke pusat kota dan membeli beberapa buah tangan untuk keluarga
ataupun teman di Bogor, sekaligus mencari makan. Enggak banyak oleh-oleh yang
bisa gue beli, hahaha maklum keadaan dana terbatas. Gue hanya beli sebungkus
kopi khas belitung (gue lupa namanya apa, tapi itu kopi ada kafenya gitu, dan
ternyata enak banget kopinya. Harum, enak, dan bagi gue penderita maag itu
enggak bikin nyiksa lambung sih), keripik apa gitu rasa rumput laut, cokelat,
sama satu biji notes kecil yang covernya pantai tanjung tinggi (ini sih buat
gue sendiri hahaha soalnya lucu, dan biar bisa mengenang belitung aja tiap gue
nulis atau nyatet-nyatet sesuatu di notes itu), dan keripik pisang! Hahaha (jauh-jauh
ke sana ujung-ujungnya beli itu, aduh keripik pisang is maaaa laaaffff XD). Sementara
Juya beli beberapa bungkus kopi untuk temen-temen kantornya, dan orang di
rumah. Ucup dan Gilang juga enggak beda jauh sih, rata-rata pada beli kopi dan
makanan gitu. Bedanya Ucup juga minat buat beli gantungan kunci yang isinya
pasir warna-warni di botol kecil gitu, dan gue enggak ikutan beli itu kayak
ucup, padahal itu lucu paraaaaaaaaah. Gue dan Juya pun menyesal hahaha.
Setelah selesai kami
pun kembali ke kamar masing-masing. Iya, gue balik ke kamar gue sendirian,
sedangkan mereka ke kamar yang isinya mereka bertiga. Hahaha. Sengaja, kami
untuk tidur lebih awal karena besok harus bangun pagi-pagi mengejar jadwal
penerbangan pagi sekitar jam 07.00 WIB.
***
Terima kasih Kenangan Indahnya, Belitung. Sampai Jumpa lagi!
Gue bangun subuh, lebih
dahulu kebanding alarm yang gue pasang. Sebenernya ada satu alasannya sih
hahahaha setelah itu gue pun mandi dan bersiap-siap. Gue jadi yang paling
pertama dan paling niat dengan udah rapi, wangi, dan kece duluan. Kamar juga
udah rapi seperti ketika gue datang. Sementara kamar sebelah masih pada
berantakan dan sibuk nyiapin ini itu. Sebenernya kami udah janjian sama bapak
supir taksi yang waktu kedatangan nganterin kami dari Bandara ke Hotel untuk
dijemput jam 06.00 WIB, dengan pertimbangan menurut bapak itu jarak dari hotel
ke bandara hanya memakan waktu setengah jam. Bapaknya itu pun sudah tepat waktu
dan menunggu di depan hotel, sementara kami belum siap. Lebih parahnya sih ya
si Gilang yang belum siap karena masih mandi. Mana pake acara nyanyi-nyanyiian
dulu lagi. omaygaaaaat… serasa di rumah sendiri yes…. 😐 akhirnya dengan
digedar gedor dan dibilangin suruh cepetan soalnya nanti ketinggalan pesawat, kami
pun memutuskan untuk menunggu di dalam taksi. Setelah semua lengkap, kami pun
langsung meluncur ke Bandara…. Benar saja, suasana jalanan Belitung memang
sepiiiiiii banget, sekalipun di kotanya dan pagi hari. Benar-benar lancar jaya
dan aman terkendali. Setengah jam perjalanan kami habiskan untuk mengobrol santai
dengan bapak supir taksinya yang sayangnya namanya gue lupa, maafkan pak ☹
banyak hal sih yang jadi bahan obrolan kami, tapi sebagian besar ya tentang
Belitung. Tentu saja, yang bikin kami penasaran adalah tentang budayanya,
keadaan masyarakatnya, dan lain-lain yang diceritakan dari perspektif bapak itu
sebagai warga lokal di sana. Tak terasa, kami pun tiba di Bandara dan
alhamdulillah tepat waktu. Setelah check
in, lalu kami menunggu di ruang tunggu dan ternyataaa pesawat kami delay, hahaha soalnya dari monitor yang
memasang informasi bahwa pesawat kami belum juga tiba. Hampir setengah jam kemudian
pesawat kami tiba, dan beberapa menit kemudian kami pun bersiap naik ke pesawat
untuk pulang kembali ke “dunia nyata” kami. Benar-benar memang, Belitung
rasanya seperti surga kecil yang ada di dunia. Indah banget, bikin betah, dan
bikin berat untuk pulang. Gue bahkan merasa seperti ingin tinggal di sana deh
rasanya. Hahaha. “Sampai jumpa lagi, Belitung! Terima kasih!.”
Perjalanan pulang di
pesawat tak semenegangkan ketika berangkat. Gue melalui take off pun dengan aman terkendali, tidak sekhawatir ketika
berangkat, namun tetap hati dan mulut gue enggak berhenti merapal doa. Pemandangan
dari kaca jendela pesawat memang cerah, tidak seberawan sewaktu berangkat,
bahkan silau karena posisi matahari yang kayak dekat dengan mata hahaha. Enggak
banyak yang bisa dilihat memang. Lagi-lagi hamparan lautan awan, dan tetap saja
membuat gue terus bersyukur. Lama-lama gue pun merasa ngantuk dan memejamkan mata,
tapi bukan tidur. Gue pun mendengar pengumuman dari speaker pesawat bahwa sebentar
lagi pesawat akan tiba di Bandara Soetta. Mata gue pun kembali terjaga, dan
begitu gue melihat ke kaca jendela pesawat tampak pemandangan di luar sana itu
masyaallah indaaaaaaaaaah bangeeeeeet! Pemandangan city view yang pertama kali
gue liat secara langsung dengan mata kepala gue sendiri. Kayak mimpi, serius. Biasanya
kan gue melihat pemandangan itu hanya via game membangun kota atau GTA, itupun
kalau karakter yang gue mainkan itu lagi naik pesawat. Terus yang gue liat ini
beneran. Nyata. Bukan game! Takjub bener deh gue hahaha emang norak sih ya,
maklumlah pengalaman pertama bagi gue, makanya gue sangaaaaaaaaaaat excited.
Pesawat pun landing
mulus, dan alhamdulillah, Hai, Jakarta! Hai, realitas! Kita bertemu kembali. Setelah
ke luar Bandara kami pun ke shelter Damri untuk pulang kembali ke Bogor. Setelah
kurang lebih dua jam perjalanan, akhirnya kami pun tiba di Bogor. “HAI TUGU
KUJANG! HAI MACETNYA BOGOR! AKU KEMBALI…”
Setelah tiba di
Terminal Damri Bogor, kami pun berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing. Gue
dan Juya menuju parkiran motor untuk pulang ke rumah dengan riweuh-nya karena barang bawaan banyak
banget! hahaha. Tak lupa mampir sebentar ke Bakso Malang dekat kampus langganan
gue. Karena kurinduuuu bakso malang dan pengin makan yang seger-seger gitu. Nyampe
rumah pun agak-agak jetleg. Gue jalan kayak melayang gitu. Pandangan mata gue
juga jadi agak kabur, dan gue merasa kok ya Bogor sepanas itu sih. Bener-bener
mesti menyesuaikan lagi. hahaha. Padahal di Belitung juga terik banget, tapi
enggak tau kenapa malah merasa panas banget di Bogor, mungkin karena di sana
semilir anginya lebih kencang jadi enggak terlalu kerasa-kerasa panas amat.
Kenangan Belitung itu
terlalu indah dilupakan…. Dan maafkan kalau postingan ini jadi panjaaaaaaaaang
banget dan jadi lamaaaa banget buat gue selesaikan dan posting. Gue terlalu
bersemangat untuk menceritakan pengalaman seru ini, dan gue juga memang tipikal
orang yang detail sekali kalau cerita. hehehe....
Oh iya, gue mau berterima kasih banget buat Juya, yang udah mewujudkan impian gue buat ke Belitung yang udah ada sejak dahulu kala. Kata dia, "Ke Belitung itu jadi hadiah karena udah beres sidang ya." Terbaik lah memang, laki-laki satu itu :)
Gue juga mau makasih sama Ucup dan Gilang karena udah jadi teman seperjalanan yang bodor lah. Ada aja kelakuan mereka berdua yang 'ajaib' dan bikin ngakak dan bikin rame. Jadi pergi cuma berempat pun enggak berasa sepi.
Total pengeluaran selama gue di sana sekitar lebih dari Rp500.000, tapi masih kurang dari Rp1juta. Itu terdiri dari ongkos, sewa perahu+alat snorkelling, makanan, jajan, oleh-oleh. Itu belum termasuk tiket pesawat PP, penginapan, sewa motor+bensin yang ini semua disponsorin sama Juya.
Pssttt…. Gue ngetik cerita ini di word, dan tau enggak kena berapa
halaman? 14 halaman (Spasi 1,15) dong! *penting banget buat diceritain juga,
hahaha!*
Bonus: Foto narsis kita berdua hahaha ![]() |
Muka-muka bahagia! yang satu bahagia dapet liburan gratis, yang satu bahagia bisa kasih hadiah ke "yang tersayang"nya *ciyee gitu* |
Terima kasih sudah bersedia
membaca! Semoga ada ya manfaatnya meskipun mungkin sedikit banget, ehehehe…. Dan
kalaupun Belitung juga jadi salah satu destinasi impian yang pengin kalian
kunjungi semoga segera terwujud ya! 😊
***
P.S : [Pertanyaan yang enggak penting-penting amat] by the way,
ada yang bisa jelasin ke gue enggak kenapa setiap pesawat mau jalan, para
kru-kru bandaranya tuh selalu melambaikan tangan gitu ke arah pesawat? Entah
kenapa kok gue malahan merasa horor ya ngeliatnya. Semacam ngasih salam
perpisahan gitu masa sih kesannya. Gue enggak tau sih itu maksudnya apa,
makanya penasaran. Hahahaha. Apa cuman sekedar buat ngasih tanda doang, memang
begitu prosedurnya, atau gimana? Tolong jelaskan padakuuuuuh. Hahaha sampai gue
membuat postingan ini pun, gue masih didera rasa penasaran. Itu gue
menyadarinya pas pulang sih, di Bandara H.A.S Hanandjoeddin.
44 comments
Kapan dong kesana lagi :D
ReplyDeleteNunggu diajak lagi aja dulu sih kita mah 😋😜
Deletewah so sweet. jadi pingin ke belitung euy. Untuk PS nya belum bisa jawab nih, jadi penasaran juga. Anyawy iya bener istilahnya critical eleven, soalnya ada novel nya. hehe
ReplyDeleteNah iyaaa itu hahahha aku lupa istilahnya XD
Deletesumpeeeh aku ngakak baca cerita pas naik pesawatnya, etapi bukan ngejek loh,cuma keinget pengalamanku pas pertama kali naik pesawat, kurang lebih ya sama kayak yang kamu ceritain.
ReplyDeleteetapi nggak cuma pertama kali naik pesawat aja sih aku deg-degan dan gusarnya. kayaknya tiap naik pesawat deh, kalau dirimu terhibur liat ke bawah ada pemandangan laut yang indah, aku tetep aja was-was. kalau ada apa-apa dan jatuh ke laut gimana?? gitu deh mikirnya, kayaknya karna kebanyakan liat berita pesawat jatuh deh aku hahhahahhaa
Hahahahhahaha emang jadi pengalaman lucu yang bikin ngakak sih ya akhirnya :D
DeleteTapi saat itu emang penuh drama banget. Emang segala sesuatu pengalaman pertama selalu adaaaa aja ya ceritanya. Berkesan gitu hahaha
ahhahahahaa...hahahhahaaaaa
ReplyDeleteMbak nih, ada-ada saja. Malah kepikiran horornya ahhahahaaa
kayaknya mereka itu sebenarnya mau kasi ucapan selamat jalan, gitu aja mbak :D
Iya, aku tuh suka gitu emang hahahaha ada aja pikiran anti mainstreamnya wkwkwk
DeleteIya.. Tulisan yang panjaaang..hehehe...tapi tau gak, Mbak? Saya baca setiap katanya loh! Soalnya ceritanya seruu...banyak sekali tempat wisata yang bisa dikunjungi di Belitung ya...
ReplyDeleteDuuh...kapan ya, saya bisa ke sana dan bisa menikmati keseruan seperti rombongan Mbak Mita ...
Iya, ternyata emang panjang banget ya, Mbak. Aku mah gitu emang kalau udah nyeritain pengalaman dan cerita perjalanan suka kalap :D
Deletemakasih loh, Mbak kalau setiap katanya dibaca banget haha
Hayuuuk, Mbak ke sana. Plesiran sama keluarga juga pasti seruuuu :))
Keren nih sekalinya pertama terbang langsung ke Belitung, sering dapet cerita tentang keindahan Belitung bahkan tema pun ada orang sana, tapi belum kesampaian aja nih menginjakkan kaki di tanahnya laskar pelangi
ReplyDeleteAlhamdulillah banget makanya nih, Mbak. Padahal enggak pernah mikir bakalan ke mananya kalau dapet kesempatan bisa naik pesawat nanti, taunya Belitung hahaha
DeleteCerita tentang take off pesawat bikin aku mual berasa ada dipesawat rasanya aku mabok jadi nggak berani naik pesawat, padahal ingin btw belitungnya emang cantik banget yaa jadi mupeng ingin kesana juga
ReplyDeleteHayuuuk ke sana juga, Mbak. Aku waktu itu enggak mikir mual sih, cuma ngeri aja hahaha
Deletetaunya emang penuh drama, tapi ternyata enggak seseram yang aku bayangkan
Ternyata ada banyak spot wisata di Belitung ya. Bisa nih cerita perjalannya mbak Mita saya contek sebagai itinerary jika nanti ke sana. Lengkap banget kayaknya wisata yang dijelajah dalam waktu yang lumayan singkat.
ReplyDeleteHayuuuuk Mbak ke sana. Itu juga sebenernya enggak semuanya aku eksplor. Terbatas waktu dan biaya wkwkwk
DeleteAku malah jadi pengin nyebur ke air bacanya, kayanya seger XD eh aku jadi penasaran kalau pertama naik pesawat, soalnya tuh aku phobia ketinggian, naik kora2 atau rollercoaster aja takutnya gimana gitu, kalo di pesawat kayak apa yak XD
ReplyDeleteIya segeer nih, Mbak. Wah, bingung juga ya kalau phobia ketinggian. Mungkin bisa diakalin dengan jangan liat ke luar jendela pesawat, dan tidur selama perjalanan hahahah
Deleteaslinya sih enggak kerasa, Mbak. Cuma pas take off sama landing dan kalau kena awan sensasinya berasa
Aku juga yang namanya snorkeling kadang takut nganyut. Apalagi pakai pelampung malah ngerinya bisa terombang ambing dan ga bisa balik ke kapal huhu.. makanya berani snorkeling kalau di daerah yang ga berombak aja. Itupun ga lama. Pencitraan aja hehe
ReplyDeleteSnorkelling di daerah yang gak berombak tuh di mana ya, Mas?
DeleteKali aja aku juga lebih berani gitu. Hahaha soalnya pengalaman pertama kemaren snorkelling malah dapet horornya aja :(
Ah.. belitung. Aku ingin sekali-kali ke sana. Sempat ada kesempatan tapi waktu itu, aku lagu ada kewajiban juga jadinya gak bisa. Sediih.
ReplyDeleteItu cerita soal kepanikanmu naik pesawat itu wajar juga. Apalagi baru pertama kali. Jangankan kamu, aku aja yang berkali-kali naik pesawat, sering panik kalo ada turbulensi. Mungkin, ini karena efek nonton dokumenter soal peristiwa kecelakaan pesawat kali ya. Lagian paniknya sejak tabrakan Air Asia itu.
Ohya, mungkin akan lebih joss jika dibagi per bagian gitu kak. Panjang banget tulisannya. Jujur.
Walah, aku malah enggak berani nonton kayak begitu. Asli hahahaha makin horor kali ya?
DeleteAku dulu begitu, Kak. Bikin berpart-part, tapi akhirnya enggak lanjut dan mentok di tengah jalan hahaha akhirnya aku bikin jadi satu part dan ternyata panjang banget ya :(
aku pernah sepesawat ama orang yang takut ketinggian dan lebih parahnya laginpake turbulensi. Orangnya sampe teriak teriak dan bikin panik banyak orang. Untung semua aman terkendali.
ReplyDeleteSemoga saya punya kesempatan lagi menikmati belitung yang sekarang. Kabarnya udah lebih rapi dan bersih. Duhhh jadi pengen denger lagu laskar pelangi
Walah hahahaha parah juga ya -_-"
Deleteuntungnya aku enggak sampai teriak-teriak hahaha
hayuuuk ke Belitung lagi, Kak
Jalan2nya bneran produktif karena dlm waktu dikit bs ke byk tempat. Aku jg kalau diminta main air ya mikir2. Gak bs renang juga sih, hahaha
ReplyDeleteKalo soal naik pesawat, ya pasti rasanya selalu nano-nano ya
Hahahaha karena waktu yang kita punya terbatas banget, Mbak. Mungkin kalau lebih lama, lebih santai hahaha
Deletewaaah ternyata aku tidak sendirian. Aku pikir akunya aja yang lebay karena gabisa renang hahaha. Soalnya beberapa temenku selow aja snorkelling karena mikir pakai pelampung, tapi entah kenapa kemaren aku tetep aja merasa horor :(
Pantainya cakep mbak, ada batu-batu gede juga gitu... nuansa baru..
ReplyDeleteIya, tjakep banget, Kak emang pantainya <3
DeleteYa ampun... Pas ke Bangka kemarin juga gue pertama kalinya naik pesawat Mit. Hahaha...
ReplyDeleteExcited + takut, jadi satu. Tapi pas udah sampe di tempat tujuan, rasanya senang banget dan lupa kalo tadi di pesawat sempet ketakutan.
Liburannya seru ya, walaupun lo cewek satu-satunya. Semoga bisa liburan seru-seruan lagi Mit. Seseru yang di Belitung.
Wah sama ya, Bel. Emang nano-nano yak rasanya wkwkwk
DeleteAamiin.
Gue juga enggak sangka kalau tetep seru meski gue cewek satu-satunya hahahaha
dulu setelah selesai baca buku laakar pelangi aku langsung ngarep bisa jalan-jalan ke pulau belitung juga mba, tapi sampe sekarang belum kesampean hehe
ReplyDeleteSemoga segera kesampean ya, Mbak. Aku pun dari SMP penginnya, tapi baru kesampean setelah lulus kuliah malah hahaha
DeletePengen banget ke belitung, sejak tau pesona keindahannya dari film laskar pelangi, sampe sekarang jadi penasaran ingin kesana. Semoga aja saya juga kesampaian kesana ya mbak :)
ReplyDeleteAamiin. Semoga ya, Mbak :)
Deleteaaaaa bacanya T_T jadi pengen ke belitung, tapi tapi belum berburu tiket murah T_T
ReplyDeletehiks semoga tahun ini bisa ikut piknik ke sini ah
Hayu, Kak Erina ke siniiiiih jugaaa
DeleteBelitung emang indah banget..lautan dan bebatuan juga peninggalan sejarah ..angin bikin kepincut..
ReplyDeleteImpian kita sama he2
Belitung emang terkenal akan keindahannya..laut..pantai..dan bebatuan...
ReplyDeleteJuga tentang sekolah laskar pelangi ..
Semoga kelak bisa kesana
Aamiin, semoga ya, Mbak :)
DeleteKu merasakan apa yang kamu rasakan mba saat naek pesawat pertama kali. Emang bikin super jantungan hahahha
ReplyDeleteSeruu banget liburan gitu sama temen2, ke belitung pula. Duh jadi iri wkwkwkw. Semoga ku bisa ke belitung juga lah ntar hehehe
wkwkwk ternyataaaaaaa banyak juga yang merasakan hal yang sama hahaha
DeleteAamiin, semoga ya kak :)
Keren. Udah lama pengin ke sana belum kesampean huhuhy
ReplyDeleteSemoga segera ya, Kak bisa ke sana juga :)
Deletewidih... secara garis besar, pantai dan laut emang ngangenin dan bikin mood booster naik bertubi tubi ya kak. ngga bisa dipungkiri deh keseruannya. selamat berlibur
ReplyDeleteHallo... Terima kasih sudah bersedia mampir di blog saya dan membaca postingan saya. Sempatkan untuk meninggalkan komentar yang relevan dengan isi postingan saya ya sebagai bentuk apresiasi agar saya tetap semangat menulis.
Sekali lagi terima kasih! ♡
Semoga betah mampir di blog saya :))