Membangun Kesadaran Bersama Bergerak Berdaya untuk Lindungi Bumi Tercinta
Kamu sadar tidak kalau sejak akhir April sampai saat ini matahari terasa lebih terik dan cuaca lebih panas dari biasanya? Alhasil, membuat diri sering berkeringat dan berkali-kali membuatku harus sering mengoleskan tabir surya. Ternyata cuaca panas ini tidak hanya dialami oleh Indonesia, tapi juga di negara-negara lain di wilayah Asia yang bahkan mengalami gelombang panas dengan suhu mencapai 40℃.
Seperti yang dilansir dari katadata.co.id (diakses pada 19 Mei 2023) bahwa suhu panas yang sedang terjadi di wilayah Asia secara klimatologis dipengaruhi oleh gerak semu matahari. Namun, lonjakan panas yang terjadi di wilayah sub-kontinen Asia Selatan, kawasan Indochina dan Asia Timur pada tahun 2023 ini termasuk paling signifikan lonjakan kenaikannya. Para pakar iklim menyimpulkan kalau tren pemanasan global dan perubahan iklim yang terus terjadi hingga saat ini berkontribusi menjadikan gelombang panas semakin berpeluang lebih sering terjadi.
Tak hanya perubahan suhu yang tiba-tiba melonjak signifikan, perubahan cuaca yang jadi tidak menentu, kemarau yang bisa lebih panjang atau curah hujan yang tinggi serta biota laut seperti paus yang terdampar dalam keadaan mati pantai menjadi contoh nyata bahwa ancaman perubahan iklim sudah di depan mata dan semakin mengkhawatirkan. Disadari atau tidak, emisi karbon menjadi salah satu penyebab perubahan iklim yang terjadi saat ini. Sebelum lebih jauh, mari membahas sedikit tentang emisi karbon.
Apa sih Emisi Karbon itu?
Emisi karbon merupakan gas yang dikeluarkan dari hasil pembakaran senyawa karbon yang kemudian dilepaskan ke atmosfer. Proses pelepasan ini bisa terjadi secara alami maupun akibat dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan manusia. Ya, aktivitas seperti pembakaran bahan bakar fosil, industri energi, sektor industri dan transportasi. Tak hanya itu saja, bahkan hingga ke sektor rumah tangga juga dapat mengambil alasan meningkatnya emisi karbon.
Dampak Buruk dari Emisi Karbon
Emisi karbon memiliki dampak yang signifikan pada perubahan iklim dan lingkungan secara luas yang terjadi di dunia. Tak terkecuali di Indonesia yang sudah terlihat juga dampak serius dari emisi karbon. Berikut ini adalah beberapa dampak utama emisi karbon terhadap lingkungan, yaitu:
Pemanasan Global
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, pemanasan Global terjadi akibat emisi karbon, terutama dalam bentuk gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2). Pemanasan global dapat menyebabkan peningkatan suhu global yang akhirnya mengakibatkan perubahan iklim yang signifikan, termasuk peningkatan cuaca ekstrem, naiknya permukaan air laut, dan perubahan pola curah hujan. Hal ini tentu saja tidak dapat dibiarkan, sebab dapat mengganggu ekosistem alami, mengancam keanekaragaman hayati, dan mengakibatkan hilangnya habitat.
Perubahan Ekosistem
Peningkatan suhu global berdampak pada perubahan ekosistem di seluruh dunia. Beberapa spesies mungkin tidak mampu beradaptasi dengan perubahan iklim yang cepat, menyebabkan migrasi atau kepunahan. Ekosistem seperti hutan, terumbu karang, dan tundra terancam oleh perubahan suhu yang tidak wajar. Hal ini dapat menjadi gangguan dalam sistem rantai makanan. Dampak perubahan ekosistem yang mulai terlihat saat maraknya pemberitaan banyaknya ikan-ikan besar yang terdampar dalam kondisi mati di pantai-pantai di Indonesia.
Gangguan Kehidupan Bagi Biota Laut
Penyerapan karbon dioksida oleh laut menyebabkan peningkatan keasaman air laut. Ini berdampak pada organisme laut seperti terumbu karang, moluska, dan fitoplankton yang membangun kerangka kapur. Menyedihkannya, perubahan kimiawi ini mengancam kehidupan laut dan mengganggu rantai makanan serta ekosistem laut.
Gangguan Sumber Daya Alam
Emisi karbon juga berdampak pada perubahan pola curah hujan yang anomali. Beberapa daerah mungkin mengalami kekeringan yang lebih sering dan intens, sementara daerah lain mungkin mengalami banjir yang parah. Perubahan pola cuaca ini berdampak negatif pada pertanian, ketersediaan air, dan keberlanjutan sumber daya alam.
5. Gangguan Kesehatan
Emisi karbon juga berdampak pada kesehatan karena senyawa karbon yang dihasilkan menjadi polusi udara yang bisa mengganggu kualitas udara bersih. Ancaman gangguan kesehatan, seperti infeksi saluran pernapasan bisa saja terjadi bila kualitas udara bersih kian berkurang.
Kondisi Lingkungan Indonesia Saat Ini
Dampak emisi karbon yang sudah mulai terlihat, jelas sangat mengkhawatirkan. Fakta dan kondisi lingkungan Indonesia saat ini bisa dibilang ikut menambah kekhawatiran yang menyumbang emosi karbon terhadap bumi. Inilah fakta kondisi lingkungan Indonesia yang terjadi:
Indonesia yang dikenal memiliki kekayaan alamnya yang indah, ternyata memiliki salah satu tingkat deforestasi tercepat di dunia. Hal ini tak lepas dari kegiatan penebangan liar, pembakaran lahan, ekspansi perkebunan kelapa sawit, pulp, dan kertas, serta pertambangan ilegal merupakan faktor utama deforestasi di negara ini. Deforestasi berdampak pada hilangnya habitat satwa liar, degradasi tanah, dan emisi gas rumah kaca. Masyrakat Indonesia harus mulai menjaga hutan Indonesia dari kebakaran hutan dan lahan serta deforestasi.
Indonesia adalah salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Namun, banyak spesies tumbuhan dan hewan yang terancam punah akibat hilangnya habitat, perburuan ilegal, dan perdagangan satwa liar. Upaya konservasi dan perlindungan terhadap spesies-spesies ini haruslah terus dilakukan.
Beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta dan Surabaya, menghadapi masalah serius terkait polusi udara. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor, industri, dan pembakaran limbah merupakan faktor utama polusi udara. Polusi udara berdampak negatif pada kesehatan penduduk dan kualitas lingkungan.
Pencemaran air menjadi masalah serius di Indonesia, terutama di perkotaan dan daerah industri. Limbah industri, limbah pertanian, dan kurangnya sistem pengolahan air limbah yang memadai menyebabkan pencemaran sungai dan laut. Pencemaran air berdampak pada kehidupan akuatik dan kesehatan manusia. Jujur aku termasuk kaget saat sedang jalan-jalan dan singgah di salah satu toilet umum di Jakarta dan mendapat airnya berbau logam dan terasa lengket. Sangat jauh sekali kondisinya dibandingkan dengan air di Bogor.
Indonesia terpengaruh oleh perubahan iklim, termasuk peningkatan suhu rata-rata, peningkatan frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem, serta naiknya permukaan air laut. Dampak perubahan iklim termasuk penurunan produktivitas pertanian, kerusakan infrastruktur, dan risiko banjir serta kekeringan. Ini sudah terjadi juga di beberapa wilayah di Indonesia. Kekeringan, longsor hingga banjir bandang yang berdampak kerugian yang tidaklah sedikit.
Pengelolaan limbah masih menjadi tantangan di Indonesia. Banyak daerah di negara ini masih menghadapi masalah pembuangan sampah yang tidak teratur dan kurangnya infrastruktur pengolahan limbah yang memadai. Hal ini menyebabkan pencemaran tanah, air, dan udara. Contoh nyatanya di wilayah-wilayah dekat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan di wilayah dekat kali yang mana masih saja terjadi penumpukan sampah dari warga yang masih dengan 'enteng' melemparkan sampah sembarangan ke kali.
Indonesia memiliki ekosistem terumbu karang terluas di dunia. Namun, tekanan dari kegiatan manusia, seperti penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan, polusi, dan perubahan iklim, telah menyebabkan kerusakan pada ekosistem terumbu karang.
Pemerintah Indonesia dan berbagai organisasi serta masyarakat sedang melakukan berbagai upaya untuk mengatasi tantangan lingkungan ini, seperti melalui peraturan lingkungan yang lebih ketat, pengembangan energi terbarukan, konservasi alam, dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan.
Di tengah beberapa fakta menyedihkan tentang kondisi lingkungan Indonesia, sebagai masyarakat yang bermukim di Indonesia, aku rasa inilah saatnya yang tepat! Ya, kita harus sama-sama #BersamaBergerakBerdaya untuk melakukan langkah-langkah kecil yang dilakukan secara masif sehingga bisa menjadi langkah besar yang membawa perubahan ke depannya, bagi masyarakat dan bagi bumi tercinta.
Langkah Nyata #UntukmuBumiku yang Bisa Dilakukan
Banyak langkah nyata yang bisa dilakukan untuk bumi tercinta kita yang bisa dimulai dari rumah–dari diri kita sendiri serta dari hal-hal kecil, seperti:
Membeli makanan secukupnya dan habiskan makanan tanpa sisa. Ini langkah kecil, tapi bisa sangat berguna untuk mengurangi sampah sisa makanan. Langkah ini sudah mulai aku terapkan dan sudah aku beritahukan juga pada keluarga dan orang-orang terdekatku. Lebih baik mengambil secukupnya makanan, bila memang kurang bisa ditambah. Daripada lapar mata di awal yang membuat akhirnya makanan jadi tidak dimakan dan berakhir ke tempat sampah.
Membawa wadah makanan dan minuman serta tas belanjaan sendiri untuk mengurangi penggunaan plastik. Ini juga sudah mulai diterapkan dalam keseharian aku.
Mengurangi pembelian pakaian. Aku sudah lupa juga sejak kapan aku mulai jarang membeli pakaian sebab aku lihat-lihat pun di lemari masih banyak pakaianku yang masih bagus dan sangat layak pakai.
Membuang sisa bahan makanan seminimal mungkin. Ini sudah mulai diterapkan. Meskipun belum sampai penggunaan sisa bahan makanan yang masih bisa dimanfaatkan bisa untuk direbus dan dibuat kaldu. Namun, aku pernah melihatnya video tutorialnya dan sangat menarik untuk dicoba.
Mulai menggunakan panel surya sebagai pengganti penggunaan listrik yang merupakan penggunaan energi terbarukan. Ini belum aku terapkan, jadi salah satu caranya dengan aku menghemat penggunaan listrik di rumah. Namun, bila nanti aku sudah memiliki rumah sendiri, terpikirkan ingin mempunyai panel surya sendiri untuk sumber energi lain yang dapat dimanfaatkan.
Memilih menggunakan transportasi publik dibandingkan dengan membawa kendaraan pribadi, bisa juga menerapkan untuk Bike to Work atau penggunaan sepeda sebagai salah satu alternatif untuk meminimalisir penggunaan kendaraan pribadi.
Menghemat penggunaan air dan listrik di rumah bila tidak digunakan. Yes, aku agen perubahan di rumah, hahaha. Selain demi menghemat pengeluaran untuk pembayaran keduanya setiap bulan. Aku juga menghemat listrik dan air demi bumi agar energi dapat disimpan. Di beberapa wilayah di Indonesia bahkan masih terbatas akses akan air bersih dan listrik.
Bisa dimulai dari mulai aktif berkegiatan berkebun di rumah. Selain berkontribusi dalam penghijauan lingkungan juga dapat menjadi sebuah upaya untuk ketahanan pangan di rumah.
Belilah produk-produk lokal yang selain membantu perekonomian petani juga dapat mengurangi hasil panen yang gagal terjual serta mengurangi konsumsi produk impor.
Bisa dimulai dari mulai mengompos sisa-sisa sayuran yang bisa dialihkan menjadi pupuk organik, membuat Eco Enzim, atau untuk pakan Maggot dibandingkan harus membuang begitu saja sampah organik yang hanya akan berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang akhirnya malah menumpuk.
Mengurangi pemakaian alat-alat elektronik dengan mencari hobi yang bisa mengurangi aktivitas dari pemakaian alat elektronik dan energi yang tidak perlukan. Misalnya, berkebun, melukis, membaca buku, dan ikut aktif menjadi sukarelawan dalam aksi perubahan untuk lingkungan.
Aktif dan ikut mendukung adanya kegiatan Bank Sampah. Di beberapa lingkungan aku yakin sudah ada Bank sampah yang menjadi salah satu solusi dalam pengelolaan sampah. Sampah-sampah anorganik dapat didaur ulang dan dimanfaatkan kembali sebagai kerajinan tangan dibandingkan harus berakhir begitu saja di TPA. Selain itu juga kita bisa memulai dengan mengurangi penggunaan sampah dengan membawa wadah sendiri.
Mengedukasi dan meningkatkan kesadaran dimulai dari lingkungan terdekat seperti keluarga terlebih dahulu. Berikan pengertian dan ajak untuk terlibat dalam aksi nyata yang dilakukan.
Kebijakan yang Dapat Mengurangi Mitigasi Perubahan Iklim
Bila langkah aksi nyata pencegahan yang dilakukan dimulai dari diri sendiri dan rumah sebagai lingkungan terdekat yang memungkinkan bisa dijangkau dengan mudah. Menurutku, perlu juga adanya kebijakan-kebijakan yang dapat mengurangi mitigasi perubahan iklim ini. Ambil beberapa contoh, bila ingin mengurangi emisi karbon yang dihasilkan karena polusi udara kendaraan pribadi, maka perlu dibuat sistem transportasi publik berkelanjutan yang dapat digunakan oleh masyarakat luas. Bukan hanya di daerah kota saja.
Ambil contoh kecilnya seperti di negara Australia yang menyediakan bis yang jangkauannya sampai ke dekat rumah. Sementara di Indonesia sayangnya akses transportasi publik ini belum merata, masih ada kesenjangan antara wilayah kota dengan kabupaten. Dari titik poin turun kendaraan umum dengan lokasi rumah pun masih jauh, alhasil orang akan lebih memilih transportasi pribadi yang lebih fleksibel dan efisien untuk mobilitas.
Selain itu, untuk sarana prasarana jalan pun harus dibangun lebih memadai, seperti tersedianya halte bis yang memadai serta jalur khusus sepeda yang tidak dimonopoli oleh kendaraan bermotor atau bahkan dibuat untuk parkir kendaraan pribadi. Trotoar yang luas dan nyaman untuk pejalan kaki sehingga orang tidak akan merasa malas berjalan kaki. Larangan tegas juga untuk pengendara bandel yang mengambil hak atas pejalan kaki dan pesepeda.
Kebijakan lainnya yang bisa dikeluarkan penyediaan sewa lahan untuk masyarakat bertani, khususnya di wilayah perumahan yang tidak semua memiliki lahan di depan rumah. Indonesia bisa mencontoh negara Jerman yang pemerintahnya menyewakan lahan untuk berkebun bagi warganya. Aku rasa sebetulnya banyak yang ingin mencoba untuk mulai berkebun, tapi punya keterbatasan lahan.
Kebijakan terakhir yang ingin aku hadirkan bila memang aku bisa menghadirkan kebijakan itu adalah membuat meratanya akses terhadap air yang bersih serta listrik ke wilayah-wilayah pelosok Indonesia. Supaya mereka juga dapat berdaya atas hak informasi, pendidikan, dan kesehatan mereka yang lebih terjamin.
Dalam hal pengelolaan sampah kebijakan yang harus ada juga pengadaan kegiatan bank sampah merata di seluruh wilayah, serta kebermanfaatan yang jelas untuk hasil sampah-sampah anorganik yang bisa didaur ulang dan dikreasikan menjadi barang yang bernilai guna.
Menurutku juga perlu adanya kebijakan adaptasi perubahan iklim, seperti menerapkan kebijakan dan program adaptasi yang melibatkan pemetaan risiko, perencanaan tata ruang yang berkelanjutan, pemulihan ekosistem, dan perlindungan terhadap masyarakat yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, khususnya di daerah-daerah pertanian, pesisir pantai, hutan, dan dekat pertambangan.
Perlu adanya kerjasama internasional, seperti mengintensifkan kerjasama internasional untuk mengurangi emisi karbon secara global, transfer teknologi, dan mempromosikan keberlanjutan secara global. Melibatkan Indonesia dalam perjanjian iklim internasional dan berpartisipasi aktif dalam upaya mitigasi dan adaptasi global.
Kebijakan-kebijakan ini yang jika berhasil diimplementasikan dengan serius dan konsisten, dapat memberikan kontribusi signifikan. Ya, untuk mengurangi mitigasi risiko perubahan iklim. Namun, penting juga untuk melibatkan berbagai pihak dalam membuat berbagai kebijakan ini, termasuk pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, dan masyarakat umum, dalam proses perencanaan, implementasi, dan pemantauan dari kebijakan tersebut hingga ke depannya.
Penutup
Langkah aksi nyata yang dilakukan serta kebijakan-kebijakan yang harus diambil untuk mengurangi mitigasi risiko perubahan iklim yang haruslah dilakukan bersama. Baik dari tingkat masyarakat maupun para stakeholder di Indonesia. Sebab, dampak yang besar dimulai dari langkah kecil yang sebaiknya dilakukan bersama-sama dibandingkan dilakukan sendirian. Bergerak membuat perubahan dan berdaya dalam segala sektor yang mendukung keberlangsungan hidup ke depannya. Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kamu apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar di bawah ya!
Memang harus bareng ya agar masalah teratasi dan kelestarian bumi terjaga
BalasHapusEnggak nyadar kalau sejak april. Taunya di Semarang ya panas mulu, padahal di kota lain banjir. Memang harus banget nih jaga kelestarian alam bareng2
BalasHapusterimakasih sharingnya kak, sekaligus reminder nih buat kita agar melindungi bumi dengan hal-hal yg bisa kita lakukan.
BalasHapusSudah speechless saya. Dan sekarang malah ekspor pasir laut diizinkan lagi. Entah kapan manusia akan sadar dan berbenah.
BalasHapusDampak yang paling berasa banget belakangan ini tuh sebenarnya pemanasan global. Makin hari makin terasa beda aja cuaca di tempatku tinggal yang beberapa tahun lalu tuh cukup sejuk -- karena memang jadi kota dan kabupaten buat vakansi warga jeketi -- dan berkabut di sekitraran komplek perumahan, eh sekarang boro boro. Malam aja udaranya gerah banget.
BalasHapusKalaupun ada angkot yang sampai deket kompleks, sayangnya belum banyak trayeknya. Semoga alat transportasi kita ini semakin banyak dalam memenuhi kebutuhan masyarakat untuk bepergian ya mbak. Dengan begitu, bisa meminimalisir penggunaan kendaraan pribadi
BalasHapusAamiiiiinnn. Aku rasa ini pr banget ya bagi negara kita. Secara kalau sampah masih bisa lah kita pilah pribadi. Tapi kalau angkutan umum yang nggak bisa menjangkau pelosok, kita bisa apa selain pakai kendaraan pribadi?
HapusAlam memang butuh kesadaran kita agar lebih awet dan lestari. Kesadaran dibentuk dari kebiasaan kita sehari-hari. Semoga kebiasaanku bisa membantu menyelamatkan bumi dari emisi karbon
BalasHapusPengin bisa berkebun tapi apalah daya, rumah sempit ga ada lahan tanah. Pandemi kemarin mencoba bercocok tanam di pot, tapi malah gagal.Ga ada bakat berkebun deh diriku.
BalasHapusSebenernya banyak loh yaa ternyata yang bisa kita lakukan bareng2 untuk bumi kita tercinta ini, asal mau aja. Meskipun langkah kecil, tapi kalo dilakukan bareng2 pasti akan ada perubahan ke arah lebih baik ya kan?
BalasHapussekarang aku klo belanja juga nge pas pas banget, apalagi klo sayuran dan bahan-bahan basah yang cepet busuk, eman-eman banget klo kebuang sia-sia dan jadi sampah
BalasHapusMemilih menggunakan transportasi publik masih sangat sulit dilakukan di Bali, huhu
BalasHapussayang banget kadang bus Teman Bus di Bali yang kosong melompong gak ada penumpangnya
padahal itu bisa jadi alternatif mengurangi emisi karbon..
Selain diet kantong plastik, aku juga berusaha untuk menghabiskan semua makanan dan juga selalu hemat penggunaaan air dan listrik. Banyak hal yang bisa dilakukan dari kebiasaan di rumah
BalasHapusSedih banget kalau ingat betapa pemanasan global di permukaan tempat kita tinggal ini sudah berdampak dan memberikan banyak kerusakan. Semoga upaya kit meski terlihat kecil tapi bisa memberikan manfaat ya
BalasHapusPoin no 8.. aku sedang memulainya mbak. Dan aku rasa ini hal yang dampaknya sebenarnya dirasakan oleh kita secara lsg kebaikannya
BalasHapusBumi tempat tinggal kita bersama
BalasHapusSudah saatnya kita semua #BersamaBergerakBerdaya untuk menjaga bumi agar tetap lestari
Jujur capek sih kalo liat kelakuan manusia ajaib yang gak sadar kalau merusak lingkungan. Tapi daripada marah2, mending kita mulai sadar dari diri sendiri aja ya
BalasHapusBumi kita makin renta. Mulai banyak bencana yang sebenarnya itu juga karena ulah manusia. Ayo mulai skrg jgn sampe buang sampah sembarangan, hemat listrik dan mulai menanam pohon di pekarangan rumah. Kalo ga bs, minimal pny bunga2 yg bs menghasilkan oksigen dan menyerap karbondioksida.
BalasHapusSemoga tulisan ini membangkitkan semangat generasi muda untuk ikut berpartisipasi
BalasHapusSebab generasi muda yang bakal jadi contoh generasi mendatang
bisa dibilang gak sulit2 amat ya sebenarnya utk ikut berpartisipasi mengubah kebiasaan utk bumi yg lebih sehat, mulai dari kurangi naik kendaraan pribadi, jalan kaki, bawa selalu tumbler, or bawa tas belanja
BalasHapusSahabatku ada yang sepenuhnya uda berganti ke tenaga listrik. Dari mulai rumahnya yang berpanel surya (dan tentunya ini gak mudah dan gak murah) sampai kendaraannya. Selama kita belum bisa melakukan hal ini, langkah kecil lainnya dimulai dari kelola dan pilah sampah. Semoga langkah konsisten secara bersama ini bisa bantu jaga bumi menjadi lebih baik.
BalasHapusSepakat sekali kalau melindungi bumi tercinta kita ini bukan tanggung jawab segelintir orang saja, tetapi memang butuh kesadaran semuanya untuk bergerak dan berdaya dalam menjaga bumi agar tetap terawat dengan baik
BalasHapusLangkah nyata menjaga bumi harus dimulai sejak dini ya, Kak. Kami di rumah selalu membiasakan makan secukupnya, pun dengan masak. Termasuk ketika makan di luar, selalu pesan secukupnya. Sebagai orang tua, pantang mubazir jadi saya pesannya belakangan biasanya
BalasHapus