Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hati-hati di jalan

hati-hati di jalan tulisan tentang perpisahan pasangan yang sudah bersama selama bertahun-tahun


Ada kalanya pertemuan tidak harus selalu berakhir pada satu titik tujuan yang sama.


Ada kalanya pertemuan telah selesai dan berakhir di satu titik persimpangan di ujung perpisahan.


Ada kalanya pertemuan terjadi memang untuk proses menjadi teman seperjalanan, tapi saat ada di persimpangan jalan, dan ada banyak keraguan yang terjadi.


Mungkin pada akhirnya tujuan yang harus diambil di depan sana, ternyata berbeda. Meskipun awalnya terpikirkan tujuan yang sama.


Begitulah kehidupan, sesulit dan seberat apa pun yang harus ditemui pada akhirnya juga akan bisa dihadapi, dilalui, dan berakhir untuk dikenang di satu masa di depan.


Mari duduk sejenak bersamaku. Akan aku ceritakan satu kisah ini, aku pernah mencintai orang dengan sebegitunya selama lebih dari 6 tahun.


Aku pernah menyayangi seseorang dengan begitu dalamnya.


Aku pernah juga berbahagia dan dicintai sebegitunya. Tentu saja aku tidak akan pernah melupakan kenangan ini.


Dia yang selalu mengisi hari-hariku, dia selama ini kupanggil teman seperjalanan–dan tadinya kuharap sampai perjalanan ke depan juga.


Dia yang pernah kubagi mimpi-mimpi dan harapan aku tentang masa depan.


Namun, bila apa yang aku telah usahakan sudah terasa tidak berarti apa-apa lagi, harus apalagi yang aku lakukan selain memilih menyerah?


Aku pikir ada beberapa hal kesamaan  yang bisa akan memudahkan jalan dan tujuan untuk menyatukannya menjadi “kita”.


Namun, ternyata semua itu masih terlalu sulit dan berat dilakukan oleh aku maupun kamu.


Di tengah perjalanan yang sudah terjadi, banyak sekali perbedaan yang sulit dipahami. Berkali-kali sudah aku berusaha untuk mencoba memahaminya, tapi selalu berujung pada sebuah kegagalan.


Keinginan, harapan, dan sudut pandang yang nyatanya banyak bedanya seolah sulit untuk dicapai satu kesapakatan sama.


Bagaimanapun intuisi telah menuntunku jauh pada satu titik ini pada akhirnya. Aku berterima kasih akan hal itu.


Meskipun tentu hatiku pun tidak begitu saja kembali merasa baik-baik saja dengan cepat. Aku pun ikut merasa patah dan hancur juga. Meskipun hal ini sudah aku pikirkan matang-matang sejak lama.


Seberapa pun aku bisa menduganya atau menebaknya dengan sangat baik, tapi realita yang harus aku hadapi tetap saja terasa berat.


Tidak ada yang pernah mau apalagi menginginkan hadirnya sebuah perpisahan terjadi pada tiap-tiap pertemuan yang  terjadi. 


Tentu saja setiap pertemuan yang terjadi ingin berakhir pada satu tujuan yang sama. Namun, ya sudahlah.


Apa yang terjadi memang mungkin sudah harus terjadi. Yang terjadi biarlah terjadi.


Nasi sudah menjadi bubur, tinggal aku berikan saja topping lainnya agar bubur yang baru ini menjadi lezat untuk dinikmati.


Itu hanya kiasan, tapi kupikir itu sangat masuk akal dengan keadaanku yang saat ini. Aku ingin bahagia dan membahagiakan diriku sendiri, setidaknya untuk saat ini.


Aku ingin lebih menghargai diriku sendiri dengan lebih baik.


Aku ingin kembali fokus pada diriku sendiri, mengesampingkan perasaan-perasaan yang hanya menarikku pada vibrasi energi rendah.


Bukan untuk membenci atau apa, aku mencoba untuk memaafkan apa pun yang terjadi.


Memaafkan diriku, memaafkan pula segala patah yang harus aku hadapi. Sebab aku yakin akan ada tunas-tunas baru yang tumbuh nantinya setelah semua kesulitan ini berhasil aku lalui.


Proses bertumbuh ini pasti berat dan mungkin akan menyakitkan juga, tapi aku yakin aku pasti bisa. Meskipun entah harus berapa lama, tapi aku memasrahkan semuanya pada Tuhan. Aku hanya ingin mengikuti alur skenario dariNya.


Aku tidak akan pernah bisa menghapus segala hal yang sudah dan pernah terjadi. Pada akhirnya semua itu tetap akan kekal dalam kenangan. 


Di dalam kehidupanku yang sekarang aku pernah bertemu dengan jiwa seperti dia yang tentu pernah juga mendewasakan diriku.


Satu jiwa yang membuatku pernah merasa dicintai dalam tiap-tiap kebersamaan dan tawa yang pernah hadir di antaranya.


Satu jiwa yang mungkin berkali-kali pernah membuatku patah dengan dalamnya juga.


Satu jiwa yang membuatku bisa merasakan banyak kisah di dalamnya.


Bahwa aku tidak pernah menyesal untuk memilih pertemuan dan mungkin termasuk di dalamnya juga perpisahan dengan jiwa sepertimu di kehidupanku saat ini.


Aku menuliskan ini untuk diriku sendiri di masa depan atau mungkin untuk jiwaku di kehidupan yang akan datang. 


Aku di masa yang akan datang mungkin tidak akan pernah mengerti tentang aku yang saat ini menuliskan ini. Namun, nanti aku akan menyadari bahwa ada berbagai pelajaran hidup berharga yang bisa dituai. 


Pembelajaran dari pengalaman pahit yang harus dihadapi dan pada akhirnya membentuk diri untuk menjadi versi terbaiknya nanti.

 

Bertahun-tahun telah menjadi “kita” dan pada akhirnya harus kembali menjadi “aku” tentu bukan sebuah hal yang mudah dilakukan.


Aku harus kembali mencari diriku yang pernah hilang. Aku dengan segala keanehannya. Aku dengan segala mimpi-mimpinya. Aku dengan semua tentang aku–hal-hal yang aku suka maupun aku benci. Aku harus kembali mencari lagi ke dalam untuk menemukan diriku sejati. Diriku yang paling 'murni'.


Aku harap aku bisa menemukan  kembali diriku dengan lebih baik. Kembali bisa menemukan kebahagiaan dengan hanya diriku atau kelak bersama jiwa baru yang aku temui lagi dalam perjalanan di kehidupan ini untuk menuliskan satu kisah yang baru yang lain–tentang segala proses tentang tumbuh dan berkembang.


Terima kasih banyak atas segalanya. Aku mencintaimu, maka aku memilih melepaskanmu untuk yang terbaik bagi “kita”. Hal-hal yang sudah tidak selaras yang sudah kurasakan sejak lama. Butuh keberanian lebih memang untuk memutus pola usang drama tak berkesudahan ini.


Aku sudah merasa lelah bila harus terus akan saling menyakiti dalam sebuah kebersamaan yang perlahan mulai redup dan mungkin bisa saja menghilang kapan saja.


Kuharap dan kudoakan yang terbaik juga untukmu. 


Selamat kembali melanjutkan perjalanan, aku!


Selamat kembali melanjutkan perjalanan, kamu!


Hati-hati di jalan. ðŸ™‚



____




*credit photo: Jayden Yoon Zk/unsplash

Mita Oktavia
Mita Oktavia Lifestyle Blogger yang suka menulis, melukis, bermain game, dan bertualang | Penawaran kerja sama, silakan hubungi ke hello.mitaoktaviacom@gmail.com

Posting Komentar untuk "Hati-hati di jalan"