Kilas Balik 2024: Tahun untuk Menyelami Diri Lebih dalam & Kembali Pulang ke Tuhan
Kilas Balik Tahun 2024 (photo by Lum3n/pexels) |
Terus terang di kilas balik di tahun 2024 ini aku lebih bingung untuk menuliskan apa. Bukannya tidak ada sama sekali, tapi justru banyak hal yang terjadi di dalam kehidupanku di tahun 2024. Dibandingkan di dalam kilas balik pada tahun-tahun sebelumnya yang aku lebih mudah menyelami diri dan berbagai kejadian yang terjadi. Di tahun ini aku lebih banyak hah heh hoh-nya karena memang terlalu banyak kejadian dan begitu roller coaster yang aku rasakan. Dari akhir tahun 2023 lalu menuju pertengahan tahun aku masih merasakan nyamannya dan vibes yang enak sekali. Ada satu manifestasi yang langsung kejadian tidak perlu menunggu lama. Berbagai rezeki dan kemudahan hidup yang datang silih berganti. Aku bersyukur sekali dan merasa penuh sekali karena keberlimpahan hidup yang datang. Awalnya aku pikir keberlimpahan hanya datang pada hal-hal baik. Ternyata aku salah besar! Tahun ini memang membuatku banyak belajar dan kian menyadari. Kalau pemahaman yang selama ini aku pegang kurang tepat. Masih harus perlu dibedah satu persatu, kemudian diranjut kembali satu demi satunya hingga jadi satu pemahaman utuh yang penuh dengan kebijaksanaan.
Pada satu titik di hidupku akhirnya aku baru sadar kalau keberlimpahan hidup yang diterima, tidak harus selalu soal kebaikan, hal-hal yang bikin senang, berbagai kemudahan serta hal-hal yang hanya di konteks "kesenangan duniawi" semata. Ternyata ujian, cobaan, masalah, trigger juga ada keberlimpahan dariNya. Sebab, dari hal-hal itu lahir pelajaran, hikmah yang berujung kebijaksanaan dalam memandang seseorang, maupun berbagai kejadian yang terjadi di dalam kehidupan kita. Di sanalah kita ditempa untuk menjadi pribadi yang lebih baik termasuk dalam cara pandang serta hal-hal yang harus kita lakukan. Termasuk pilihan-pilihan yang harus diambil di dalam kurikulum jiwa.
Kalau aku gambarkan timeline perjalanan kilas balik tahun 2024 mungkin akan seperti ini:
Akhir tahun hingga pertengahan tahun, vibes energi enak yang aku rasakan. Berbagai manifestasi yang aku ‘tarik’ dan visualkan di tahun lalu, pelan-pelan menemukan jalan untuk menghampiri hidupku. Alhamdulillah, aku dapat pekerjaan baru setelah kembali merasakan badai lay off. Aku memanifestasikan bertemu dengan “the right partner” & “soulmate” di pertengahan tahun benar-benar dipertemukan dengan orang baru yang entah mengapa meski baru bertemu sudah seperti mengenal lama. Bahkan, setelah aku sadari lagi, sosoknya ini sudah hadir di mimpiku dari tahun lalu. Meskipun aku belum melihat wajahnya hanya postur tubuhnya dan “rasa” setiap kehadirannya ini familiar.
Belum lagi saat akhirnya betulan bertemu secara fisik pun pada saat sebelumnya aku juga mendapat clue tentang pertemuan ini.
Tahun 2024 ini juga tahun pertamaku menginjak usia yang baru, memulai 30 tahun pertamaku. Ternyata menjadi dewasa tidak semenakutkan itu. Aku justru menikmati hari-hariku menjadi mbak-mbak usia 30 tahun yang masih berusaha bertahan dan berjuang di dalam hidupnya. Ternyata tidak harus juga memaksakan diri untuk "terlalu" menjadi dewasa karena sudah menginjak usia yang baru--30 tahun. Ternyata tetap bisa asyik menjadi diriku sendiri apa adanya. Diriku yang mungkin kadang masih sulit menata emosi, masih berjuang untuk menjadi highly sensitive person (HSP) yang lebih baik supaya tidak selalu menyerap, tapi punya batasan yang ajeg terhadap diriku sendiri dan terhadap orang lain.
Aku menyadari kalau tahun 2024 adalah tahun untukku lebih menyelami diri lebih dalam dan kembali pulang ke Tuhan. Memang bukan secara "fisik", tapi ternyata secara kesadaran, pikiran, dan jiwaku. Aku kembali memilih untuk kembali ke cahaya dan berani merangkak keluar dari kegelapan diriku dan hal-hal yang harus aku selesaikan dengan baik; segala kesakitan, trauma, amarah, benci, dendam yang mungkin tanpa sadar sudah mengakar dalam dan terlalu lama aku bawa ke mana-mana, termasuk juga ternyata melekat di dalam tubuh fisikku juga. Tahun ini pun lagi-lagi aku mendapat pelajaran jiwa tentang kemelekatan. Kemelekatanku pada tanggung jawab untuk harus selalu mampu untuk menjadi "tulang punggung keluarga" yang baik. Mengabaikan diriku, perasaan, dan hal-hal yang aku pikirkan demi orang lain. Aku terlalu sering melekat juga pada harus menjadi "aku" yang bisa diterima dan menyenangkan semua orang. Padahal tidak seperti itu. Kemelekatan pada hubungan juga dengan orang lain. Termasuk kemelekatan pada ekspektasiku juga.
Menjelang akhir tahun, justru Tuhan memberikan jalanku buat kembali pulang padaNya. Lewat konten 3 fakir tentang lapisan relationship aku kembali menyelami satu demi satu lagi hal yang sebenarnya belum khatam aku kaji dan maknai. Pelan-pelan juga Allah menuntunku untuk kembali kepada diriku yang sejati. Hatiku digerakan untuk kembali melanjutkan membaca buku tentang hidup berkesadaran penuh lalu penutupnya lewat konten 3 fakir tentang tujuh lapisan relationship.
Sedikit aku berikan rangkuman tentang 7 lapisan relationship itu seperti ini:
▪︎Lapisan pertama tentang "aku" dan ego "keakuan". Merasa harus "aku" yang diuntungkan yang lain tidak. Pokoknya "Aku" adalah di atas segalanya.
▪︎Lapisan kedua mulai tidak berbicara hanya tentang "keakuan" dan mulai melibatkan orang lain di sana. Merasa "aku" dan "orang lain" harus sama-sama diuntungkan. Masih ada keinginan timbal balik saat berbuat kebaikan.
▪︎Lapisan ketiga ini mulai menyadari serta melibatkan Tuhan di luar Aku. Di lapisan ini hubungannya masih adanya keterpisahan antara hubungan si Aku dengan Tuhannya, serta hubungan si Aku dengan orang lain.
▪︎Lapisan keempat ini mulai menghadirkan Tuhan untuk pertumbuhan diri sendiri & pertumbuhan serta kebaikan dengan di luar "aku". Ada kesadaran kalau hubungan "Aku" dengan di luar "Aku" adalah sarana atau jembatan menuju Tuhan & bukannya tujuan. Jadi sarana inilah yang membuat hubungan "Aku" dengan Tuhan membaik.
▪︎Lapisan kelima tentang melebur menjadi satu dengan semesta. "Aku" dan "orang lain" itu "satu" hanya yang berpisah adalah jasad fisiknya saja. Bisa dikatakan di dalam lapisan ini, hubungan dengan Allah tercermin pada hubungan "aku" dengan sesama manusia.
▪︎Lapisan keenam tentang eksistensi "aku" dan yang "di luar aku" sudah melebur dengan Tuhan. Bisa jadi seperti "aku" sudah melepaskan kemelekatan pada menginginkan apa-apa dan hanya bersyukur kepada Tuhan. Bisa disebut kembali ke Allah. Egonya udah lebur di lapisan keenam ini.
▪︎Lapisan ketujuh ini bisa dibilang tidak bisa didefinisikan. Allah bukan lagi sebuah "konsep", tapi sudah bisa dirasakan. Sederhana, tidak bisa dikonsepkan, tidak bisa didefinisikan. Sudah tidak ada limitasi lagi hubungan kita dengan Tuhan.
Sebelum kembali pada cahayaNya, Aku sempat merasa hilang arah dan kehilangan diriku sendiri sampai berujung burn out, berkali-kali berpikir untuk log out dari hidup, berkali-kali menangis di kantor, di KRL bahkan di rumah. Kondisi ini aku alami selama 5 bulan. Puncaknya, saat aku akhirnya memutuskan berobat ke psikolog online karena aku merasa butuh pertolongan profesional. Aku merasa stagnasi di dalam hidupku juga serta merasa lelah sekali self healing sejak tahun 2021, tapi merasa tidak sembuh-sembuh. Tenggelam dalam frustasi, bahkan hingga insomnia dan menuju depresi. Aku merasa lelah secara fisik dan mental dihimpit trigger dan masalah yang datang dari keluarga dan kantor. Aku merasa ini seperti "mengulang pola" di tahun 2020 yang aku sempat juga merasakan perjuanganku dengan diri sendiri dan isi kepala sendiri. Lelah secara mental hingga secara fisik.
Setelah melakukan berbagai cara, ternyata Allah menuntunku untuk menuju cahaya dan kembali pulang padaNya. Aku menemukan "aha moment" kalau ternyata aku tidak hidup dengan berkesadaran, kembali ke survival mode sehingga aku tidak menikmati hidupku. Ditambah juga aku juga lupa tentang lapisan hubunganku dengan Tuhan dan hanya fokus pada lapisan hubunganku pada manusia saja.
Menjelang akhir tahun akhirnya aku banyak belajar untuk melepaskan; dari mulai meditasi hingga bersih-bersih dan membereskan kamar. Aku ingin membereskan yang tampak oleh mataku juga yang ada di dalam pikiran dan jiwaku. Termasuk segala kotorannya yang ada di sana. Aku juga belajar untuk kembali hidup dengan penuh kesadaran. Setiap langkahnya, setiap tarikan napas, setiap yang aku lakukan aku sadari, aku nikmati, dan aku syukuri. Aku juga belajar untuk memaafkan diriku dan semua orang yang telah menyakitiku di masa lalu. Aku melepaskan juga amarah, benci, dendam yang aku punya dan bawa selama 30 tahun ini.
Aku menutup buku tahun 2024 dengan mengucap "alhamdulillah" atas segala pelajaran, pertumbuhannya, keberlimpahan, dan kebijaksanaannya. Di tahun ini pun aku lebih clueless tentang manifestasi. Entah kenapa aku merasa seperti tidak punya lagi konsep manifestasi tentang sesuatu hal yang bersifat benda, barang, atau hal-hal duniawi. Manifestasiku akhirnya lebih pada konsep. Kalau tahun 2025 akan jadi tahun yang membawa kesehatan (fisik, pikiran, jiwa), bahagia, kemudahan dalam menjalani hidup dan berbagai kurikulum jiwanya, keselarasan pada diri dan misi jiwaku serta keselarasan pada hubunganku dengan Tuhan dan orang lain, kebaikan-kebaikan yang bertambah dan selalu bertambah. Semoga semua makhluk berbahagia, berkembang, dan mekar dengan caranya masing-masing.🌹🌻
Posting Komentar untuk "Kilas Balik 2024: Tahun untuk Menyelami Diri Lebih dalam & Kembali Pulang ke Tuhan"
Hallo... Terima kasih sudah bersedia mampir di blog saya dan membaca postingan saya. Sempatkan untuk meninggalkan komentar yang relevan dengan isi postingan saya ya sebagai bentuk apresiasi agar saya tetap semangat menulis.
Sekali lagi terima kasih! ♡
Semoga betah mampir di blog saya :))