Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Book Review - Orange by Windry Ramadhina


Judul Buku : Orange 
Penulis : Windry Ramadhina 
Editor : Christian Simamora 
Tebal : 286 Halaman
Penerbit : Gagasmedia
Tahun Terbit : Cetakan pertama, 2008 


Blurb : 
Ia mengunci pintu dibelakangnya, lalu bersandar lemas disana. Sesaat, ia seolah dipaksa menyadari sebuah kenyataan. Konyol rasanya, bercinta dengan Diyan di dalam kamar yang penuh dengan kenangan mengenai Rera--Siapapun dia. Ah, dirinya kesal setengah mati, 


Faye ditunangkan. Tanpa dasar cinta, murni karena alasan bisnis. Calon tunangannya, Diyan, adalah eligible bachelor yang paling diinginkan di Jakarta. Laki-laki yang tak bisa melepas kenangan masa lalunya dengan seorang model cantik blasteran Prancis. 
Harusnya hubungan mereka hanya sebatas ikatan artifisial saja. Tapi cinta, ego, dan ambisi yang rumit mendorong mereke ke situasi yang lebih emosional. Situasi yang mengharuskan mereka memilih dan melepaskan. 

Pertanyaannya : apa... dan siapa?

***
Kalau saya boleh meminjam kata-kata Faye, Oh Shoot! itulah kalimat pertama yang saya lontarkan kala membaca blurb di belakang kover novel ini. Ekspetasi awal saya novel ini bener-bener genre dewasa dan melulu soal hubungan sensualitas atau apalah itu karena kata "Bercinta" yang identik lah sama hal-hal yang berbau demikian :D 

Tapi nyatanya nggak, loh. Walau untuk kali ini blurb yang saya temukan tidak berbeda jauh dengan isinya. Ada sebuah plot dimana Faye memang bercinta dengan Diyan. LOL 
tapi nggak dijelaskan dengan detail ya kerena memang ini bukan novel yang berbicara melulu tentang selangkangan toh? *abaikan* :D

Ini novel Windry pertama yang saya baca, akhirnya saya berkesempatan juga membaca karya penulis Indonesia dan tentu penulis dengan novel-novelnya yang cukup digemari banyak orang. Novel Orange ini adalah novel debut Windry sebagai penulis. FYI aja sih xD
Dan ya, untuk novel debut dan novel perkenalan saya dengan karya windry novel ini cukup memuaskan bagi saya. Ada kata kunci utama dalam novel ini : Orange (alias Jeruk), Pertunangan, Fotografi, Masa lalu, Kenangan. 

Novel ini bercerita tentang seorang fotografer wanita bernama Fayrani Muid yang bisa dibilang penampilannya cuek. Kaos, celana jeans, dan rambut yang dibiarkan dikuncir dua serta mobil jeep yang dibawanya cukup menguatkan kesan ke-cuek-annya si Faye ini. Saya suka panggilannya Faye. 
 Faye ini berasal dari keluarga orang kaya dan terpandanglah, keluarga Muid yang punya saham-saham franchise di Indonesia tapi Faye lebih memilih fotografi dibandingkan bisnis. Dan suatu keajaiban karena orang tuanya tidak menentang pilihan Faye untuk kuliah hingga ke New York demi  fotografi. Orang tua yang bijaksana I think haha
Suatu ketika Faye dijodohkan dengan Diyan Adnan, seorang eksekutif muda terpandang dari keluarga Adnan oleh orang tua mereka. Dan sebagai anak yang baik mereka menyetujui permintaan orang tua mereka (yang awalnya) dengan terpaksa. Sementara itu, disisi lain Diyan sudah setahun patah hati karena gagal menikah dengan Rare--seorang model cantik blasteran Prancis yang lebih memilih egonya untuk meneruskan kariernya di dunia modeling dan meninggalkan Diyan. Bisa ditebak deh ya tuh, Diyan gagal move on gitu deh tapi nyari pelarian akhirnya dia sibuk kerja. 
Disisi lain, Diyan memiliki seorang adik bernama Zaki Adnan yang nyaris tak diakui lagi oleh keluarganya karena lebih memilih design dibandingkan bisnis dan kemudian menidirikan perusahaan advertising kecil-kecilan bersama ketiga temannya--Simon, Adam, dan Thea. Faye berkerja menjadi seorang fotografer junior di Erod Martin Studio yang karya-karya fotonya tentu tidak diragukan lagi hasilnya. Hingga suatu ketika Zaki bertemu dengan Faye yang tak lain tunangan kakaknya kemudian jatuh cinta pada sosok unik Faye, sedangkan Diyan masih tidak bisa melupakan cinta lama yang belum kelarnya bersama Rare. 

Duh, takut spoiler nih haha x)) 
Intinya saya suka saat plot dimana Diyan dan Faye pergi ke Kauman, Yogyakarta. Saat-saat dimana mereka berdua terlibat dalam obrolan kaku yang dibuat-buat senyaman mungkin. Saat-saat dimana Zaki menemani Faye menyelamatkan klise foto di gudang bawah tanah saat banjir. Tapi ada saat yang begitu menyebalkan dan jujur I dont like that so.. haha saat-saat dimana Diyan begitu plin-plan kemudian menemui Rare. Saat-saat Rare dan Faye bertemu di coffee shop. Saat-saat Diyan dengan gampangnya menemui Rare padahal jelas-jelas Rare sudah meninggalkannya. Dan masih banyak hal yang bikin gregetan lainnya. 
Saya nggak tahu, entah kenapa karakter sempurna Diyan saya akui memang begitu memikat terlepas daripada sikap plin-plannya tentu haha Pssssssssstttt.... Endingnya happy ending kok... Untungnya demikian, saya jadi puas dan lega dengan kelangsungan nasib Faye :)))))
Nama Ibunya Diyan itu Indra Adnan, saya pikir dia cowok awalnya haha dan nama Diyan kan cocoknya untuk perempuan ya? terbalik gitu masa x)) 

Oh iya, saya masih menemukan typo yang bertebaran dan kalimat yang terpotong karena gambar ilustrasinya pada halaman 56. Terlepas daripada design bukunya yang kata kebanyakan orang nggak bagus, tapi saya hargai hasil karya designernya karena membuat sebuah design itu nggak gampng (mewakili curahan hati para designer. LOL) 

Terlepas daripada nama unik-unik itu yang terasa terbalik. Terlepas dari sikap naif Faye yang terkesan gampangan dan terlalu naif membiarkan Diyan memilikinya seutuhnya padahal menikah aja belum. LOL

Walaupun terbilang novel jadul tapi masih dapat dinikmati dengan baik. Overall, Saya suka novel ini. Terlebih kepada Faye! Oh shoot, Faye. You Rock!! I Love You!!

Dialog dan kalimat favorite yang berhasil saya temukan di Orange ini : 
Setengah mengantuk, Faye bergumam pelan, "Padahal, aku membeli jeruk ini untuk mama."

Diyan tertawa. Ia bertanya pada gadis itu, "Lalu, kenapa kau habiskan?"

Gadis itu memasukan jeruk kedalam mulutnya. "Aku makan jeruk seperti Zaki merokok," jawab Faye mulai meracau. "I'm addicted to orange."

"Segitu sukanya dengan jeruk." Diyan menanggapi. Pandangannya tidak lepas dari majalah dipangkuannya.

Faye mengangguk pelan. "Suka sekali. Seno sampai sengaja membuatkan menu apricot orange tea untukku."

"Oh ya?"

Sekali lagi Faye mengangguk. "Jeruk itu seperti hidup, Yan," ujar gadis itu. Suara Faye mulai terdengar parau. "Bittersweet," kali ini gadis itu hampir tidak terdengar, "seperti..."

Ucapan Faye terputus. 

"Seperi apa?" tanya Diyan, namun ia tidak mendapat jawaban. Dialihkannya perhatiannya pada Faye dan ia mendapati kedua mata gadis itu sudah terpejam. Faye tertidur dengan jeruk di tangan yang belum habis dimakan. (Hal. 143)

 "Mereka berdua sama-sama terlalu kekanak-kanakan. Terlalu egois untuk melepaskan ambisi mereka masing-masing. Dan karena itu, kini mereka kehilangan cinta. Cinta yang cepat atau lambat pasti akan mereka lepaskan." (Hal. 242)


Barangkali, kalau saya jadi Faye perut saya akan sangat sakit jika makan jeruk sebanyak itu haha

Harusnya saya menyematkan 4 bintang tapi minus satu jadi 3 bintang karena sikap Diyan yang plin-plan dan saya gak suka hahaha :D


Mita Oktavia
Mita Oktavia Lifestyle Blogger yang suka menulis, melukis, bermain game, dan bertualang | Penawaran kerja sama, silakan hubungi ke hello.mitaoktaviacom@gmail.com

4 komentar untuk "Book Review - Orange by Windry Ramadhina"

  1. Ini novel young adult atau dewasa mot?

    BalasHapus
    Balasan
    1. YA sih, tapi mungkin masuknya ke chicklit juga :))

      Hapus
  2. aku suka banget novel ini...
    dan berujung malakin temen yg punya karena udah mulai susah di cari..
    Nice review mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini, aku juga boleh minjem temen sih sebenernya heheh *yaah jadi buka kartu xD *
      Tapi emang bagus sih menurutku untuk sebuah novel debut :))

      Hapus