Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terjebak Kelabu

Ia  pergi. Seorang diri. Ia berlari berusaha menghentikan waktu namun waktu tak pernah berhenti terpaku pada suatu titik tertentu. Ada kalanya perjumpaan tak mesti berujung panjang. Ada kalanya ia merasa letih untuk berlari. Yang terjadi adalah kesakitan yang terlalu menusuk ke dalam dada. Semakin dirasa, semakin rasa itu menghujam dan berujung perih.

Ada kalanya yang hanya dapat dilakukan adalah menerima, entah untuk kemudian mengikhlaskan lalu melepaskan atau sekedar mengalah pada waktu dan keadaan hanya untuk sejenak. Pernah suatu ketika, ia memaksa untuk bertahan pada suatu titik persimpangan yang tak berujung haluan. Namun yang terjadi adalah sebuah rasa yang tak diinginkan. Perlukah mengedepankan egoisme sendiri? Ia hanya dapat melepaskan. Tak peduli sesakit apa rasanya, tak peduli seberat apa rasanya. Kebersamaan sudah tiada artinya kembali saat sudah tak ada lagi kebahagiaan yang dirasakan. Daripada harus memaksakan? Bukankah hakikat kebahagiaan adalah tiada sebuah kebohongan?

Perasaan itu hanya bisa dirasakan, siapa peduli bahwa ada orang yang mengikrarkan perpisahan diantara adanya kebersamaan tapi nyatanya pedih yang kemudian dituai? Siapa peduli pada pengorbanan perasaan seseorang jika memang hanya sebuah bentuk kesia-siaan? Tak ada yang salah dan patut disalahkan, hanya takdir dan jalan kehidupan yang mesti dipegang.

Walaupun menyakitkan, siapa yang akan tahu jika memang kebenaran perasaan yang akan menampakan wujudnya?
Penyesalan pasti menghadang, tak peduli sekuat apa keegoisan. Jika sudah melepaskan, seharusnya beban menghilang perlahan.
Semoga, keegoisan tak melulu berujung kelabu... 

Karena tak ada hujan yang abadi, kelak, hujan akan mempersilahkan pelangi untuk menampakan keindahannya. Sekarang ataupun nanti, Ia takan pernah lelah menanti...

Kota Hujan, 22 Maret 2014




Mita Oktavia
Mita Oktavia Lifestyle Blogger yang suka menulis, melukis, bermain game, dan bertualang | Penawaran kerja sama, silakan hubungi ke hello.mitaoktaviacom@gmail.com

1 komentar untuk "Terjebak Kelabu"

  1. Hiks sedih dan menyakitkan tapi karakter tulisannya bicara tentang ketegaran

    BalasHapus