Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

"Dicubit" Tuhan

Hallo semuanya apa kabar? Minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin ya semuanya. Maaf kalau ada salah-salah kata, salah-salah perbuatan. Atau ada postingan yang menyinggung hati kalian mohon dimaafkan ya. Soalnya selama ini kan saya kalau posting suka sesukanya. Kadang nyeleneh kadang bener. Itu aja bahasannya kadang gue, kadang saya, kadang aku. Ya, suka-suka sesuai mood dan kebutuhan *halah* XD

Jadi gini, sebenernya ini bukan sesuatu hal yang "wah" sih. Bukan juga soal ketupat lebaran, rendang, kentang balado apalagi opor ayam. Momen lebaran kan seringkali dimanfaatkan untuk silahturahmi gitu kan. Malam takbiran kemarin sepulang saya dari pasar dekat rumah nenek saya (Iya, malem takbiran emang gitu kegiatan rutin di keluarga saya, ke pasar terus hunting barang-barang murah. Tapi nggak murahan XD) sedikit tips sih kalau belanja pas banget momennya sama malam takbiran adalah pedagang kan kadang ada yang jualan tempatnya tuh gelap-gelapan, patut diwaspadai, cermatlah membeli dan meneliti sebab kadang barang yang dijual olehnya itu cacat. Entah bolong, atau terkelupas. Ya, walau harga murah bukan berarti kita lepas tangan begitu aja kan? XD

Oke, Back to the topic. Sepulang dari pasar sebenernya hal yang biasa banget. Kumpul keluarga terus ngobrol-ngobrol, bercanda-canda ketawa-ketawa. Momen yang sepele tapi ngena banget buat saya pribadi. Itu aja saya sampai melewatkan film-film bioskop yang bahkan pertama kali tayang di layar kaca televisi. Iya, kalau di rumah nenek saya nggak pernah sempet nonton tv apalagi main game makannya saya meninggalkan sejenak game criminal case kesayangan saya hahaha 



Nah, pas lagi bercanda-canda. Tante saya yang lagi tidur-tiduran sambil ketawa-ketawa tau-tau teriak histeris terus manggil-manggil kakek saya, "BAPAAAAAAK! BAPAAAAAAK! SINI BAPAK." sambil kayak nangis gitu. Ibu saya, Om tante juga sepupu-sepupu saya udah pada "ngeuh" kalau ada kejadian begitu berarti om saya yang udah nggak ada dateng. Saya cuma bisa bengong disitu, masih berusaha mengerti. Jujur, baru kali itu saya melihat dengan mata kepala saya sendiri bagaimana orang yang kesurupan itu. Walau merinding, saya tapi nggak terlalu takut sebab itu adalah arwah yang masih keluarga. Disitu suasana berubah, begitu haru. Mata saya saja sampai berkaca-kaca. Jadi om saya, yang sudah meninggal datang dan meminta maaf kepada nenek dan kakek saya juga pada keluarga. Suasana yang ada begitu haru, saya tahu kehilangan orang yang disayang begitu menyakitkan. Nenek dan kakek saya harus kehilangan anak yang mereka sayangi sedangkan keluarga beliau istrinya kehilangan suami yang begitu dicintai dan anak-anak beliau juga kehilangan figur ayah yang juga begitu mereka sayangi. Terlebih, anaknya yang bungsu itu masih kecil. Disitu pokoknya om saya ngasih pesan-pesan ke kita semua. Bahwa kita semua harus ikhlas dan beliaupun telah ikhlas. Ada satu kalimat sederhana yang begitu ngena yang diucapkan beliau sambil terisak dengan perantara tubuh tante saya, "Ekma sayang bapak, ekma saya mama, ekma sayang semuanya. Ekma sebenernya juga nggak mau pisah, tapi gimana ya emang udah takdirnya begini. Ekma ikhlas, kalian juga harus ikhlas." 

Kejadian itu bikin saya merenung panjang, seakan saya "dicubit" oleh Tuhan. Bahwa gimana rasanya kehilangan dan mengikhlaskan. Dan om saya itu juga berpesan bahwa anak-anak beliau juga masih keluarga. Beliau hanya minta didoakan, anak-anak beliau diingat dan beliau pun diingat. Saya tambah sedih, saat melihat kakek dan nenek saya yang berlinangan air mata. Suasana malam itu begitu haru. Saya bersyukur, malam takbiran pada saat itu kami berkumpul. Walau tidak lengkap tapi suasanya begitu terasa. Kami semua bersalaman dengan om ekma perantara tubuh tante saya. Suasana begitu cair, saat kami semua bersalaman. Bahkan om saya masih hafal nama-nama kami semua padahal saat itu mata tante saya itu ketutup. Saat itu katanya tante saya lagi banyak pikiran makannya gampang untuk "dimasuki".

Selepas shalat Ied, dan saat momen salam-salaman di keluarga. Om saya kembali hadir lagi. Beliau berpamitan akan pulang sambil minal aidinan dengan bude saya karena semalam belum bertemu. Suasana kembali terasa haru. 

Dua hari setelah lebaran, saya baru tahu sewaktu melihat kalender yang terpajang di dinding rumah nenek saya. Disitu tanggal 28 April 2014 dilingkari. Saya baru "ngeuh" bahwa idul fitri bertepatan juga dengan tiga bulannya sejak om saya meninggal dunia. Mungkin, beliau datang untuk sekedar mengingatkan kami dan pas banget momennya sama idul fitri jadi saling maaf-memaafkan.

Untuk urusan "dunia tak kasat mata" saya memang percaya nggak percaya tapi ternyata saya ngalamin sendiri hal itu. Saya tahu, yang namanya keluarga akan saling menyayangi satu sama lainnya. Saling memaafkan tanpa perlu "diminta", saling menolong tanpa pamrih. Meskipun telah berbeda alam, yang namanya keluarga "kontak batin"-nya masih terhubung dengan baik. Dan sebaik-baiknya hadiah yang paling indah untuk mereka yang telah tiada adalah doa. Semoga, kejadian itu bikin saya lebih sayang sama keluarga. Jadi pengingat saya untuk selalu mengingat Allah SWT dan semoga kejadian itu membuat keluarga saya semakin erat persaudaraan dan tali silahturahminya. Kami semua tahu, om telah lebih bahagia disana. Semoga om tenang disisi-Nya. Aamiin.

Buat kalian yang masih memiliki keluarga yang lengkap dijaga ya, jangan disia-siain. Apalagi orang tua. Meskipun bukan saya yang mengalami hal itu, tapi saya pun nggak tahu bagaimana rasanya menjadi sepupu saya itu yang ditinggal oleh ayah mereka di usia mereka yang masih muda, masih remaja. Masih butuh bimbingan dan kasih sayang dari ayah mereka. Terlebih mereka jarang ketemu ayah mereka soalnya ayahnya kerja jauh beda kota dan pulangnya dua minggu sekali. Semoga, mereka pun tumbuh menjadi anak yang hebat yang bisa membanggakan ayah mereka. Lebaran tahun ini yang mengharu biru, ada keikhalasan dan kelapangan dada yang saya rasakan. Selain momen saling memaafkan dan melunturkan segala benci yang ada. Terima kasih ya Allah, udah "nyubit" aku dengan kejadian itu. Aku nggak tahu gimana bisa ngerasa seistimewa itu. Selalu ada hikmah dalam setiap kejadian. Dan aku cuma bisa berucap Alhamdulillah. 

27-28 Juli 2014

Mita Oktavia
Mita Oktavia Lifestyle Blogger yang suka menulis, melukis, bermain game, dan bertualang | Penawaran kerja sama, silakan hubungi ke hello.mitaoktaviacom@gmail.com

6 komentar untuk ""Dicubit" Tuhan "

  1. Ya Allah, Mita :" . Antara terharu dan merinding baca ceritamu, Mit.

    Minal aidzin wal faidzin, Mit :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih ya, aku pun nulisnya sambil berkaca-kaca fibi :")

      Minal aidin wal faidzin juga ya ;))

      Hapus
  2. Sedih kak denger ceritanya, jadi mikir juga nih hmmm

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya makasih, semoga bisa diambil hikmahnya ya :)

      Hapus
  3. Kenapa? Kenapa ini bukan tentang Opor Ayam? Padahal kan Opor Ayam itu enak banget.

    Alhamdulillah keluarga saya masih lengkap, dan tahun ini berkumpul semuanya di rumah kakek.

    Ngomong-ngomong, terlepas dari semua kesedihan yang kamu tulis, menurut kamu, apakah Opor Ayam itu enak?

    BalasHapus
  4. Wah, mba... Dicubit tuhan? dari judulnya aja udah menarik :)
    Btw, blog udah difollow, follback ya

    BalasHapus