Suatu ketika di bulan Maret, Gue
mendapati sebuah pesan singkat dari sahabat Gue—Lazu. Isinya adalah mengajak Gue
ke Gunung Gede pada tanggal 5-6 Mei 2016 bersama sahabat-sahabat yang lain. Gue sempat
bimbang. Gue begitu menginginkannya entah sejak kapan. Itu seperti sebuah mimpi
besar bagi Gue bahkan sudah masuk dalam “daftar mimpi” Gue sejak lama. Gue pun
memutuskan untuk berpikir sejenak. Gue hanya bingung, bagaimana cara meminta
izin pada orangtua. Padahal jelas-jelas, mereka sudah pasti menentang keras
keinginan Gue itu. Jangankan untuk izin, setiap menonton tayangan di Televisi
yang menyangkut tentang Pendaki dan gunung, mama hanya dapat geleng-geleng
kepala karena merasa ngeri. Entah sejak kapan. Entah karena apa. Sebagian besar orangtua pasti masih menaruh perasaan was-was terhadap gunung. Tentu Gue memaklumi
kekhawatiran orangtua Gue. Gue tahu, mereka selalu mengingkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Kekhawatiran itu bisa saja adalah cara mereka untuk melindungi
anak-anak mereka yang begitu mereka sayangi. Di lain sisi, keinginan besar Gue
sudah terlampau besar. Tak terbendung lagi.
Beberapa hari berselang, Lazu
mengabari lagi untuk mengonfirmasi apakah Gue jadi ikut atau tidak karena mau booking SIMAKSI pendakian. Akhirnya
bismillah, Guepun mengiyakan. Gue berpikir, “izinnya gimana nanti deh. Yang
penting ada SIMAKSInya dulu.” Lazu juga bilang, kalaupun enggak jadi ya enggak
apa-apa. Baiklah. Singkat cerita, kurang lebih sebulan Gue mulai mempersiapkan
diri. Karena Gue tahu, meskipun banyak
yang bilang gunung gede-pangrango cukup ramah bagi pendaki pemula, tapi
tetap saja segala sesuatu harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, bukan?
Hehehe. Gue mulai rutin olahraga, baik
itu jogging kecil maupun lompat karet. Kenapa karet? Karena lompat tali sudah
terlalu mainstream. Bohong deh! Karena yang ada di rumah itu, jadi pakai saja
yang ada di rumah. Ahahaha. Oh iya, saat mempersiapkan diri, pelan-pelan Gue
izin ke mama. Itupun bilangnya masih “mau
camping”. Mama nanya segala macem Gue bilang “di Gede, Cibodas.”
H-10 hari sebelum berangkat, Gue
mulai semakin gusar. Entah kenapa Gue belum
bisa to the point dengan bilang, “mau
naik gunung” pada orangtua Gue. Rasanya susah sekali. Mungkin karena Gue takut
jika tak mendapat izin, padahal Gue kadung menginginkannya. Pelan-pelan, Gue
meminta izin lagi, kali ini Gue berusaha menyelipkan pesan yang ingin Gue
sampaikan, meski tetap bahasanya diperhalus. Hahahaha. “Mita mau camping, tapi
nanti naik-naik gunung gitu. Tapi jalannya udah enak kok,” kata Gue pada
akhirnya. Rasanya seperti pecah telur juga.
Bapak menanggapi, “emang campingnya
enggak ada yang lebih enak tempatnya?”
“Enak kok itu, entar kita bangun
tendanya juga di atas. Di tanah landai gitu.”
Hening. Gue berpikir positif saja
bahwa pasti diizinkan. Entah dapat keyakinan dari mana.
Oh iya, soal izin. Terkadang, orangtua Gue enggak bisa
berbuat banyak kalau memang Gue sudah memiliki keinginan yang kuat. Bedanya,
kali ini Gue enggak kekeuh pas minta
izinnya. Malahan Gue yang cenderung melunak. Meminta izinnya pun pelan-pelan. Pelan tapi pasti, pikir Gue.
Meski seringnya kekeuh,
Gue pribadi menganggap izin orangtua itu sakral. Tanpa izin dari mereka, Gue
merasa ragu untuk dapat melangkahkan kaki lebih jauh lagi. Jadi, tanpa izin
orangtua sama dengan rencana lebih baik Gue batalkan. Seperti itu. Makanya gue udah siapin hati dan mental kalaupun emang gue harus batal pergi kalau enggak dikasih izin. Bakal nyesek sih pasti, tapi mau gimana lagi? :)
Entah karena memang sudah takdirnya, akhirnya izin pun Gue
kantongi juga. Alhamdulillah. Mama dan Bapak banyak berpesan, “hati-hati ya,
Teh di sana. Jaga sikap. Jaga ucapan. Selalu inget sama Allah. Kamu itu tamu. Jangan
macem-macem.”
Gue pun mengangguk mantap, “Iya, pasti.”
Sebuah senyum mengembang sempurna di wajah Gue. Gue bahagia.
Dalam hati, “Alhamdulillah,
Makasih ya Allah. Makasih Ma, Makasih Pak.”
***
Hari H pun tiba. Gue masih menjalankan
Ujian Tengah Semester (UTS). Untungnya utsnya di pagi hari, jadi Gue masih
punya banyak waktu untuk mempersiapkan diri. Termasuk packing barang-barang yang
sudah Gue persiapkan sebelumnya.
Rabu, 4 Mei 2016 malam, Gue bersama
sahabat-sahabat Gue pun berangkat dari rumah fitria sebagai titik awal
perjalanan kami ke Gede. Ternyata kami akan mulai pendakian dari jalur Gunung
Putri dan Turun ke jalur Cibodas. Baiklah. Gue manut saja karena enggak ngerti
juga. Ahahaha. Gue percaya saja pada mereka yang sudah memiliki pengalaman dan
lebih mengerti. Perjalanan dari Bogor menuju Pos pendakian Gunung Putri sedikit
terhambat karena macet. Berhubung bertepatan dengan long weekend. Ya, you knowlah jalur puncak gimana.
Ehehehe. Lumayan juga kami mesti
berpegal-pegal ria di dalam mobil karena memang penuh dengan orang dan carrier.
Ahahaha. Sempat berhenti sebentar di sebuah supermarket, untuk belanja barang keperluan
tambahan sambil meluruskan kaki.