Perjalanan ke Belitung pada 31 Juli-2 Agustus lalu itu bermula dari gue
yang sangat sibuk ngurusin perihal skripsi, menjalani jatuh-bangunnya skripsi,
kemudian mengejar waktu sidang sampai rasanya penat sekali. Gara-gara sibuk
itu, gue enggak bisa atau serasa enggak
ada waktu untuk main sebentar merasakan kembali apa yang dinamakan liburan itu.
Sejak terakhir gue curi-curi waktu memutuskan untuk ‘kabur’ sebentar dari
penatnya skripsi dan pergi ke Malang bersama Juya dan Enur.
Sebenernya perjalanan
ke Belitung ini sempet dua kali re-schedule tiket berangkat pesawatnya. Awalnya
tuh ngerencanain berangkat kamis terus ketunda jadi Jum’at, 28 Juli 2017 terus
tetep enggak jadi dan alhamdulillah fix jadi berangkat pada Senin, 31 Juli 2017
dan dapet penerbangan pagi sekitar jam 08.00 WIB. Dari beberapa orang yang
rencana pingin ikut, pada hari menuju keberangkatan yang fix bisa ikutan jadi
cuman berempat doang. Juya, Ucup, Gilang, dan gue—sebagai satu-satunya cewek
yang ikut.
Hari yang dinantikan
pun tiba juga. Awalnya masih bingung kan tuh ke Bandaranya mau naik apa dan
berangkat jam berapa, setelah melewati berbagai diskusi panjang akhirnya kami
pun sepakat janjian di Poll Damri sebelah Botani Square dan memutuskan untuk
naik Damri ke Bandaranya. Lumayan menghemat biaya kan. Waktu janjian jam 03.00
WIB, tapi yang namanya Indonesia ya hahaha berlakunya masih (dan selalu) jam
karet. Gue dan Juya sampai di sana sangat tepat waktu, sesuai jam janjian.
Setelah sekitar setengah jam menunggu akhirnya Ucup dateng, dan kita nunggu
Gilang. Beberapa kali Bis Damri udah berjalan pergi. Beruntungnya bis ini tuh
kayaknya selalu ada hampir tiap menit deh, jadi rasanya enggak akan takut buat
kehabisan bis. Semuanya udah kumpul, tanpa banyak basa-basi kita pun langsung
naik ke dalam bis dan menuju ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK).
Perjalanan dari Bogor
menuju Cengkareng bisa dibilang lancar. Alhasil kita sampai di Terminal
keberangkatan kita pun sesuai prediksi. Setelah foto-foto bentar di luar
bandara, kita pun langsung masuk ke dalam Bandara untuk check-in, saat itu sekitar jam 6.00 WIB. Selanjutnya kita
menghabiskan waktu menunggu informasi pesawatnya sampai atau siap di bandara di
ruang tunggu sambil makan, ngobrol-ngobrol, ngeliatin orang-orang yang lalu
lalang.
Pengalaman pertama naik pesawat udara
Perjalanan ke
Belitung kemarin selain pertama kalinya buat gue untuk menginjakan kaki ke sana
juga jadi pengalaman pertama kalinya gue buat naik pesawat udara. Iya,
perjalanan darat udah sering gue lakuin lah ya, perjalanan laut pernah sih
meski hampir dibilang jarang banget. Dan akhirnya gue bisa juga merasakan
gimana rasanya naik pesawat. Bahagia banget sih, tapi ternyata sempet bikin gue
enggak tenang juga.
Awalnya gue
biasa-biasa aja sih, meski agak deg-deg-an, tapi semakin mendekati waktu
keberangkatan. Gue makin gusar rasanya. Jantung gue makin kencang berdegup.
Jujur gue khawatir banget karena hari itu untuk pertama kalinya gue akan merasakan
pengalaman naik pesawat udara! Memang ada rasa excitednya juga sih. Ya pokoknya nyampur aduk jadi satu lah.
Akhirnya jam 7.00 WIB kita udah dipersilakan nunggu di ruang tunggu yang
disediakan sama maskapai penerbangannya. Sekitar setengah jam kemudian, para
penumpang dipersilakan untuk naik ke dalam pesawat dan gue semakin deg-deg-an!
Masuk ke dalam
pesawat disambut sama para pramugari, lalu kita nyari-nyari kursi, dan pas
banget ternyata gue dapet nomer kursi di bagian sayap pesawat. Saat itu rasanya
gue kayak lagi mimpi loh hahahaha tiba-tiba gue udah ada di dalam pesawat dan
mau naik pesawat. Ke Belitung pula! Waaaaah!
Alhamdulillah gue
dapet kursi yang di pinggir jendela persis. Sesuai apa yang gue harapkan.
Sebelum berangkat pramugari memberikan arah-arahan kepada para penumpang
tentang prosedur keamanan dan keselamatan. Dan gue baru tau kalau misalnya yang
duduk di bagian sayap pesawat itu ‘diminta’ kesediannya sama pihak awak pesawat
untuk membuka pintu darurat ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Makanya yang duduk di pintu itu biasanya harus cowok yang badannya gede, enggak
boleh anak kecil. Makanya si ucup dipindah tempat duduknya dia hahahaha.
Setelah itu waktu take off pun semakin dekat. Jadwal
keberangkatannya jam 8.30 WIB. Himbauan untuk memasang sabuk pengaman juga
sudah terdengar dari speaker yang ada di dalam pesawat. Gue pun udah pake sabuk
pengaman. Dan saat inilah gue semakin merasa deg-deg-an. Pesawat baru jalan
dikit-dikit aja di landasan gue udah komat-kamit merapalkan dzikir. Momen
paling tak bisa tergambarkan oleh gue adalah ketika bener-bener tiba waktunya
pesawat untuk take off.
***