Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bukit Halimun: Eksplorasi di Kawasan Gunung Salak Halimun




Di Minggu Sore yang sedikit mendung, Aku dalam puncak kepasrahan ketika berbagai rencana tak kunjung berjalan sesuai harapan. Jemariku lincah mengetikan berbagai kata dalam kolom pencarian di instagram. Dari satu akun ke akun lain, dari satu tagar ke tagar lain sampailah aku berjodoh dengan sebuah tempat baru. Nah, tempat ini tuh ternyata lagi jadi tempat wisata hits di Bogor. Nama tempatnya adalah Bukit Halimun. Lokasinya berada di Gunung Sari,  Kecamatan Pamijahan, Bogor,  Jawa Barat.  Perjalanan ke sini hanya sekitar dua jam waktu tempuhnya dari rumahku di keadaan jalanan yang lancar. Aku memutuskan untuk pergi demi untuk menyegarkan pikiran dan batin yang sangat butuh liburan sekaligus menggunakan jatah cuti. Berangkatlah Aku pada 26 Agustus 2019 pagi hari.

Perjalanan awal dari rumah sampai di IPB masih tanpa bantuan petunjuk arah karena masih kawasan situ mah Lazu apal dong. Hahaha. Nah, setelah lewat IPB barulah kami menggunakan bantuan Google Maps. Jalan masih lurus terus di Jalan raya Leuwiliang-Bogor. Tiba di belokan jalan raya Bojong Rangkas – Cicadas dan masih lurus terus. Dari belokan awal yang masih di jalan raya sampai ke lokasi bukit ini ternyata cukup jauh. Masih lurus untuk sampai di Jalan Raya Gunung Salak Endah dan masih ke Jalan Gunung Picung. Kuperkirakan sekitar 30-40 menit sampai di dekat kawasan Taman Nasional Gunung Salak Halimun (pokoknya ada semacam kayak gapura masuk gitu) jalanannya lurus dan berkelok, yang kanan kirinya pohon pinus, ada juga beberapa warung di pinggir jalan, sekilas mirip kayak di Puncak Bogor. Ketika melewati jalanan ini tercium sekelebat aroma belerang. Lazu bilang katanya di bawah sana itu ada kawah ratu. Wah, pantas saja ada aroma belerang yang kuhidu.



Setelah sekitar satu tengah jam perjalanan, motor Kami tiba di semacam gang masuk. Di sebelah kanannya terdapat spanduk lumayan besar bertuliskan "Bukit Halimun" lengkap dengan beberapa foto yang menggambarkan keadaan wisata yang di sana seperti apa, ada beberapa wahana yang bias digunakan untuk berswafoto.

Melihat gang masuknya, Aku dan Lazu saling melempar tatap karena baru awal loh sudah disambut dengan jalanan yang lumayan terjal. Alhasil kami turun dari motor dan mendorong motor. 😂



Masih awal sudah mendaki? Waaaah, seru sekali bukan?
Sekitar lima menit mendaki, kubilang pada Lazu, "udah gapapa kalau bisa naik motor, kamu aja yang naik motor aku nanjak sendiri aja". Bukan tanpa alasan aku berkata begitu. Ada dua pertimbangan; pertimbangan motor yang enggak akan kuat kalau dipaksa untuk boncengan untuk nanjak dan Lazu yang masih pemulihan kaki paska kecelakaan.

Jinjja daebak perjalananya, Gaes! Aku ngos-ngosan, euy! Sudah lama aku tidak olahraga selain 'parkour' di kereta pas jam sibuk atau lari-lari di tangga stasiun pas transit pindah jalur. Merasakan kegiatan luar ruangan dengan menanjak bukit ternyata luar biasa sekali~ senangnya udaranya bersih dan bikin segar.😂
Nih ya, kugambarkan sedikit tentang jalur yang Aku dan Lazu lalui… Jadi sepanjang perjalanan sepi sekali. Jalan setapak menanjak ada yang landai ada juga yang berbatuan dengan di sisi kanan dan kirinya itu hanya ada pohon, dan ada juga lahan kosong gitu yang kuperkirakan sih kayak kebon. Kalau di awal yang tak jauh dari gang sih masih kayak ada sebuah rumah gitu dengan kolam di depannya. Makin naik, makin sepi dan enggak ada apa-apa selain jalan dan pohon saja.

Jalur menanjak menuju Bukit Halimun, ini masih enak jalannya ada juga yang bebatuan


Sekitar 20 menit berjuang menanjak lengkap beserta mendorong motor, kami tiba di lahan yang cukup landai. Tak jauh dari tempat kami berdiri ada sebuah gubug kecil. Di sekeliling kami hanya ada pohon, di kejauhan ada kebun gitu, dan di atas tampak ada bukit, dan sama sekali enggak ada orang yang bisa ditanya. Aku sudah tidak kuat berjalan menanjak lagi, akhirnya memutuskan untuk beristirahat. Istirahat sejenak versiku adalah dengan memakan sepotong lontong, sebuah bala-bala, dan minum. Monmaap, perutku tak bisa diajak kompromi lagi karena laper cuy! Ya wajar kan ya karena belum sarapan sementara energi sudah terkuras untuk menanjak dan dorong motor.😂


Lagi istirahat, tak lupa mengabadikannya dalam foto, hehehe


Sewaktu istirahat sejenak, kudengar dari kejauhan ada suara mesin motor yang tengah dipacu. Semakin lama suaranya kian kencang dan seolah terasa mendekat. Sambil menajamkan pendengaranku, aku bilang pada Lazu, "kok kayak ada suara motor gitu ya?"

Dan taunyaaa...

Ada seorang Bapak yang naik motor. Alhamdulillah, ada orang ternyata.
Penasaran kami tanya saja.
"Punten pak, ke bukit halimunnya masih jauh?"
"Lumayan, masih sekitar satu kilo lagi"
 "Oh iya, nuhun, pak."

Setelah percakapan singkat itu, Bapak itu pun berlalu menuju ke atas bukit dengan motornya dan terlihat mudah sekali. Emang beda ya yang udah kelas pro nya tuh ++++++ bawa motornya berasa kayak bawa motor di jalanan beraspal yang mulus. Lancar sekali, tanpa hambatan! *prok…prok…prok* hebat, euy!
Terus aku iseng nyeletuk ke Lazu, "ini lucu sih ya kalau ternyata di bukitnya eh taunya ketemu bapak yang tadi lagi". Lalu aku dan Lazu cekikikan melempar berbagai candaan untuk melepas lelah sejenak. 
Tapi jujur ya sesepi jalanan saat itu,  terus tau-tau ada suara motor yang memecah keheningan sama sekali enggak terlintas di benakku soal horor-hororan loh wkwkwk padahal sering banget kan tuh aku tuh dengerin podcast horor. 😂
Kenapa ya? Apa lelah bikin aku malah lebih fokus untuk gimana pun caranya biar sampai. Alhamdulillah keadaannya demikian kalau enggak ya pasti aku akan sangat kesulitan untuk menghilangkan pikiran kurang mengenakan itu. Lagian ya aku niat pergi emang pengin menyegarkan diri dan pikiran jadi dibawa seneng dan positif aja kali ya pikirannya juga. Jadi pikiran negatif termasuk tentang horror-horor-an pun terempas begitu saja.

Setelah beristirahat sejenak, Aku dan Lazu pun memutuskan melanjutkan perjalanan.
Mendaki bukit lewati jalan berbatu~ lengkap dengan mendorong motor dan kadang ditinggal karena Lazu yang bawa motornya. 😂
Bener deh, rasanya Aku jadi bertekad pengin bener-bener bisa nyetir motor juga biar kalau menemui keadaan itu lagi teh akunya gitu yang bawa motor ya kaaaan. Meskipun senang-senang aja aku nanjak,  tapi dustalaaah kalau kubilang aku gak cape. Tetep saja cape, tapi emang seseru itu hahaha.

Nanjak.... Berhenti, ambil napas, nanjak.... Berhenti begitu lagi aja terus sampai alhamdulillah kami menemukan juga jalan yang lumayan bersahabat dan bisa dilalui motor dengan berboncengan, tapi hanya sesaat! Akhirnya aku mesti turun lagi nanjak dan dorong motor hahaha. Nih ya...  Jalur ke bukit ini tuh masih alami sekali. Jalanan tanah dan banyak batu-batuan keras. Makanya bikin jalannya susah dilalui. Memang awalnya Aku dan Lazu masih maksa buat tetep boncengan nanjak naik pakai motor, tapi aku mencium aroma seperti benda terbakar yang ternyata bau oli dari motor Lazu. Makin kasian aja sama motornya juga jadi biarkuuuuu yang mengalaaaah~ Aku terima~

Alhamdulillah setelah perjalanan panjang itu, akhirnya sampai juga dan bener aja dong ada Bapak yang ketemu kami tadi di bawah, di jalan yang lumayan landai sewaktu kami beristirahat.😂
Dan bapaknya menatapku penuh tatapan iba, mungkin muka lelah aku sangat mengundang simpati. Ya monmaap, muka cape nanjak mah kan gimana lagi ya… Pan emang enggak bisa dibagus-bagusin.
😂 Badanku juga sudah berpeluh keringat. Jadi kebayang dong ya muka juga sudah tidak terkontrol pasti. Hahaha….
Lazu di mana? Jangan ditanyaaaa... Dia mah sudah duluan sampai di atas karena naik motor. Begitu aku sampai, Lazu cuma cengar-cengir aja. Monmaap yaaa bapaknya enak ya banyak naik motor. Gausah cengar-cengir semringah liat orang kecapean nanjak😏
Tanpa pikir panjang, pandanganku langsung tertuju pada satu titik. Apalagi selain tempat duduk dong! hahaha Aku pun langsung mengempas ke kursi kayu yang ada di sana. Akhirnyaaaaaa Alhamdulillah ya Allah sampai juga!
Lazu sudah semangat saja mau langsung ke jembatan.
Dengan lantang kubilang, “NTAR DOLOOOOOO ISTIRAHAT DOLOOOOOOO!”
Aku dan Lazu pun duduk dan melanjutkan makan gorengan yang sempat tertunda di perjalanan tadi... Sempat ada sedikit drama karena kami perebutan keroket. Ya monmaap keroket cuma dikit dimakan dua-duanya sama bapaknya terus teu disisain kitu buat akunya? :(
Untungnya masih ada sisa sebiji. Atulaaaah tau gitu mah pesen weh itu semua jangan ada yang lainnya. Sebel enggak sih, ya Allah….😂

***

Setelah perut sudah terisi dan kenyang akhirnya kami pun turun ke jembatan untuk berfoto dan menikmati pemandangan.




         Monmaap kebanyakan foto aku sendiri karena Lazu sok-sokan enggak mau difoto sendiri, tapi pas foto berdua mah mau dia. Hahahaha.




          Setelah dari jembatan kami turun ke bawah, ke wahana semacam rumah hobbit gitu buat foto lagi. Iya, aku doang yang foto hahaha.

Bertamu ke rumah hobit

          Dan tau gak apa? Jadi lokasi rumahnya itu ada di atas eh kami malah turun tangga ke bawah, otomatis ya naik tangga lagi dong ya kan. Padahal akses tercepatnya itu dari jembatan. Dan kalau dari jembatan tinggal lurus doang. Cerdas sekaliiii ya bukan? 
Ada jalan tercepat, malah ambil jalan yang susah dan akhirnya balik lagi dengan kudu naik tangga. Menyesatkan emang nih bapak yang satu ini kalau jadi petunjuk jalan.😒 *natap sinis ke Lazu*.



Sesudah dari rumah hobit, rasanya belum puas maka aku kembali ke jembatan lagi untuk menikmati suasana. Dari  atas jembatan, pemandangan yang tersaji di depan mata itu bagus. Sungguh sayang sekali dilewatkan. 

Pemandangan dari atas bukit

Saat menikmati pemandangan, dari kejauhan Aku dan Lazu melihat ada kawanan babi hutan sedang menyebrang di jalan yang tadi kami lalui.

“Ih itu babi hutan lagi nyebrang jalan kan ya?” kata Lazu.
“Lah iya ya, tadi kita lewat situ kan ya?”
“Iya”
“Ih yaampuuuun tadi kan aku jalan nanjak di situ, sendirian pula kamunya kan duluan. Alhamdulillah banget tadi enggak ada. Kalau enggak ya aku ketemu mereka gimana coba bisa diserang kan ya kalo misalnya mereka merasa terancam.”
“Ya kalo kamu ketemu babi hutan dan diserang, aku tinggal.”
“JAHAAAATNYA” *sambil natap sinis*

Ya Allah alhamduliah banget pas banget kami lewat gak ada. Kebayang enggak sih aku yang nanjak sendiri sedangkan lazu udah duluan di atas taunya ketemu babi hutan? Bukan tidak mungkin kan ya aku berpotensi bisa diserang kalau misalnya mereka merasa terancam. Bener-bener alhamdulillah... Waktunya tepat dan Allah senantiasa melindungi.


Setelah puas eskplor setiap sudut yang ada di Bukit Halimun, dan utamanya berfoto di jembatan dan rumah hobit, Aku dan Lazu memutuskan untuk pulang. Dan perjalanan pulang sangat lancar dan terasa cepat. Ya, jelas tinggal turun bukit aja atuda. Hahahaha. 
Main sebentar ke Bukit Halimun aku senang sekali, selain bisa menyegarkan pikiran juga mengobati sekali kerinduanku akan ketinggian. Sudah sejak lama aku tidak mendaki gunung, dan rasanya rindu sekali. Semoga segera bisa mendaki ke Gunung lagi ya! Aamiin.

***


Sedikit informasi, Bukit Halimun ini masih terbilang baru. Biaya masuknya ini ada dua, biaya masuk kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS)-nya sekitar Rp25.000 untuk dua orang, dan biaya masuk pas di bukit halimunnya Rp10.000 per orang. Kalau temen-temen mau ke sini aksesnya  lumayan mudah kok karena sudah dijangkau oleh Google maps. Enggak bakalan kesasar, pun kalau amit-amit kesasar tanyakan pada warga sekitar. Pasti mau pada bantu kok. Dan menurutku jauh lebih informatif juga kalau bertanya langsung ke warga sekitar. Istilahnya ya mereka yang pegang kawasannya, jadi pasti lebih paham.

Baca juga: Di balik Keindahan Danau Quarry Jayamix Bogor

Sebelum pulang,  sempat bertanya ke Bapak yang jaganya (orang yang sama yang kami temui di tengah perjalanan) bahwa tempat ini baru ada sekitar dua bulan. Makanya nih ya pas aku mau cari-cari informasinya di gugel belum ada sama sekali yang mengulas, maka sangat minim sekali informasi. Bener-bener baru ramai di instagram aja. Biasa sih ya jamaah IG, kalau ada tempat baru yang hits ajaaa langsung deh gercep. Hahahaha… dan Enggak apa-apa kok. Menurutku bagus juga bisa jadi membuat perekonomian warga sekitar mungkin jadi terbantu karena adanya wisatawan yang datang. 

Cuma tolong ya... Buat temen-temen yang mau datang ke sini janji ya sama aku, kalau kalian bakalan jaga perilaku (termasuk jaga kesopanan), dan kalian juga bisa kok membantu menjaga tempat ini dengan tidak membuang sampah sembarangan. Sedih akutuh kalau melihat tempat sudah bagus malah dikotori tuh. Maka, jangan dikotori dan dirusak ya, Guys! :')

Sekian cerita perjalananku kali ini. Kesanku terhadap perjalanan itu sih seru dan menyenangkan sekali!  

Semoga ceritaku menghibur dan sedikit informasi yang kuberikan dapat membantu.... Selamat menepi dari keramaian, selamat merehatkan pikiran! 

                                                                                                                  



Mita Oktavia
Mita Oktavia Lifestyle Blogger yang suka menulis, melukis, bermain game, dan bertualang | Penawaran kerja sama, silakan hubungi ke hello.mitaoktaviacom@gmail.com

4 komentar untuk "Bukit Halimun: Eksplorasi di Kawasan Gunung Salak Halimun"

  1. Adududududuuuh, nikmatnya ngetrip bareng orang terkasih. Terkadang ga penting tujuannya ke mana, yang terpenting adalah teman yang menemanimu selama perjalanan itu. Acikiwir.

    BalasHapus
  2. Eh menurutku mahal loh itu harga tiketnya. Harusnya sih cukup 5.000
    Ya soalnya pemandangan doang, ya sama rumah hobbit

    Tapi yaweslah ndak papa kalo mahal, yang penting seneng, hoho

    BalasHapus
  3. Wah ada rumah hobbitnya ya di sana, anyway jembatan gantungnya keren bangeeet.Aaaah pasti seru kalau jalan-jalan bareng ke sanaaa

    BalasHapus
  4. Wahaha perjalanannya lumayan menantang juga ya mulai dari berangkat sampai ke lokasi tujuan, tapi syukurlah kalau ada digoogle maps jadi orang-orang yang juga ingin menikmati lokasinya gak susah tinggal ikutin yang ada di maps..

    BalasHapus