Kurang lebih tujuh belas tahun yang lalu aku datang ke sini.
Kota yang begitu asing bagiku. Namun, seingatku masih begitu sejuk karena banyak pohon yang tumbuh. Aku tidak begitu ingat dan belum benar-benar tahu bagaimana rasanya pindah. Apakah aku sedih karena terpaksa meninggalkan kampung halaman--tempat di mana aku dilahirkan? Atau apakah aku malah bahagia karena akan memulai kehidupan baru di tempat lain yang barangkali lebih baik? Entahlah. Aku tak ingat dengan pasti. Aku hanya ingat tahu-tahu aku ada di rumah baru bukan lagi di rumah eyang, aku tahu semua itu karena melihat dari album foto yang masih mama simpan dengan rapi.
Terus terang, terkadang aku pun masih diliputi heran. Mengapa ingatan aku sewaktu kecil terasa begitu pendek? Tak banyak kejadian dan kenangan yang aku ingat dengan jelas. Semuanya samar. Hanya segelintir hal saja yang berhasil aku ingat dengan jelas. Sialnya, justru perisitiwa traumatis lebih membekas dibanding kenangan masa kecil lainnya yang bisa saja menyenangkan. Ah, menyebalkan!
Meski begitu, anehnya samar-samar aku ingat kenangan bersama rumah ini. Walau memang terasa seperti potongan puzzle yang harus dengan sabar aku susun satu persatu.
Rumah yang selama ini kutinggali bernama rumah nomer 34. Aku pindah ke rumah ini saat masih kecil, sementara adikku masih bayi. Setelah pindah, aku menjalani masa taman kanak-kanak dan sekolah dasar layaknya anak lain pada umumnya.