Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

365 Hari Selepas Kau Pergi

Setahun kehilangan orang tersayang yang gak mudah


Sehabis salat Zuhur siang tadi, aku memejamkan mata. Tepat selepas membaca surah Al Fatihah kemudian aku menangis kencang.

Dalam batin aku berkomunikasi sama Bapak Eyang. Aku curhat panjang lebar. Aku menumpahkan segalanya. Aku (masih selalu) merindukannya.

Sosok yang selalu tenang. Beliau yang selalu mengayomi, enggak pernah berkata sembarangan dan menyakiti hati orang lain. Sikapnya yang selalu hangat enggak pernah sekalipun bikin aku kesal. Tiap tutur kata dan perbuatannya selalu baik.

Kasihnya selalu sama rata dan sama adil, meskipun enggak semuanya jadi cucu kesayangannya Bapak Eyang. Aku enggak pernah merasa dibeda-bedakan. Bapak eyang selalu memberi nasihat baik yang sama dan selalu ada membantu siapa pun yang membutuhkan. Satu penyesalan terbesarku karena mungkin aku belum bisa bahagiain Bapak Eyang dan enggak memberikan effort waktu yang banyak dulu sebelum Bapak Eyang berpulang ke rahmatullah.

Saat menangis dan curhat sama Bapak Eyang, sebelah kanan kerasa panas, terasa seperti ada yang "datang" dan aku balas mengusap area kananku.

Bapak Eyang, 365 hari yang enggak mudah selepas kehilanganmu. Aku bahkan enggak tau lagi harus ke mana lagi menuju. Duniaku enggak terasa sama lagi selepas kau pergi dari dunia ini.

Siapa lagi yang akan aku tuju saat aku butuh nasihat hangat tanpa penghakiman. Saat aku butuh didengarkan. Saat aku butuh pelukan dan usapan hangat dari tangan hangat Eyang. Saat nanti aku bersanding dengan pasangan hidupku kelak di pelaminan, aku juga ingin Bapak Eyang hadir di sana. Selain kedua orang tuaku, Bapak Eyang adalah orang yang paling aku sayang sepenuh hatiku.

Kenyataan kepergianmu dari dunia ini setelah 365 hari berlalu tetap saja masih sulit untuk aku cerna.
Kepergianmu membuatku enggak pernah bisa lagi jadi utuh. Selalu ada lubang kehampaan yang enggak bisa diisi apa pun. Meskipun sudah setahun aku belajar memahami diri dan bertumbuh dengan segala luka dan kehilangan yang pernah hadir menyapa dalam hidupku.

Walau aku dan yang lain seolah kembali biasa aja dan melanjutkan hidup, tapi kehilangan kami gak pernah hilang. Bapak Eyang selalu jadi rumah, tempat kami datang dan "pulang".

Kematian adalah sebuah hal yang hakiki. Setiap manusia pada saatnya nanti pasti akan berpeluang juga ke pangkuan Sang Pemilik kehidupan. Namun, gimana caranya buat bisa balik baik-baik aja.

Berkali-kali aku putar rekaman suara saat aku menelepon Bapak Eyang dulu. Entah apa yang membuatku merekam panggilan telepon itu, tapi justru panggilan itu jadi berarti sekarang. Aku masih bisa mendengar suara Bapak Eyang yang bahkan sekarang gak bisa lagi aku denger.

Sapaan "Teh" dari suara paraunya enggak bisa lagi kudengar. Aku tau bapak eyang juga tau kalau aku begitu menyayangi dan merindukannya. Selalu.

365 hari yang enggak mudah, tapi ternyata berhasil aku lalui. Aku tau kita hanya terpisah dimensi, tapi Bapak Eyang akan selalu "hidup" dalam kenangan di dalam pikiran dan hati ini. Salam rinduku selalu untukmu, Eyangku.
Mita Oktavia
Mita Oktavia Lifestyle Blogger yang suka menulis, melukis, bermain game, dan bertualang | Penawaran kerja sama, silakan hubungi ke hello.mitaoktaviacom@gmail.com

Posting Komentar untuk "365 Hari Selepas Kau Pergi"