Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bahayanya Self Reward yang Kamu Wajib Tahu!

Bahaya self reward yang harus kamu ketahui


        Saat di jam istirahat aku sempat scrolling Toktok, lalu menemukan sebuah konten di laman for your page (FYP) tentang topik self reward yang enggak sengaja lewat. Tampak seperti konten lucu-lucuan yang related dengan kehidupan anak-anak muda pekerja kantoran. Ini juga ditambah dengan dengan kalimat khas, "Sekali-kali self reward, aah!" yang sama dan diulang berkali-kali. Seolah jadi pembenaran dari kata lain impulsif terhadap keinginan yang dimiliki. 


        Disadari atau enggak, banyak dari kita yang mungkin terjebak di dalam kata self reward. Alih-alih menjadi sebuah usaha untuk mengapresiasi diri sendiri, eh malah bergeser maknanya saat ini menjadi perilaku konsumtif dengan gaya. 


        Kalau aku boleh bilang dengan jujur, persis dengan kata healing yang disamakan artinya dengan jalan-jalan. Padahal jelas-jelas konteksnya tuh berbeda jauh wey! Healing yang sebenarnya itu adalah sebuah proses untuk memulihkan diri supaya seseorang sehat kembali. 


        Kembali lagi ke bahasa soal self reward tadi yang bergeser juga maknanya. Bukannya jadi ajang untuk mengapresiasi diri, malahan self reward sekarang bisa jadi diartikan sebagai melakukan tindakan yang bikin kamu jadi susah sendiri malahan. 


Self reward tidak sama dengan mengatasi stres


        Capek habis kelarin kerjaan yang super rumit, terus kamu bilang mau melakukan self reward. Lelah habis mendapat tekanan di pekerjaan dibilang mau self reward.  Akhirnya, dikit-dikit kamu bilang mau self reward. Tiati, lho, belakangan banyak orang yang terjebak dengan konsep salah kaprah begini👇🏻


Self reward = mengatasi stress❓🤔

Padahal dua hal itu berbeda jauh, lho! 🙅🏻‍♂️


        Kalau memang kamu lagi di titik stres di pekerjaan atau saat menjalani rutinitas terus kamu mikir butuh satu hal yang harus dilakukan. Nah, kamu membutuhkan istirahat dan mengambil jeda sebentar. Bukannya self reward yaa. Jadi, mulailah pahami kebutuhan kamu.


    Zaman masih kerja di Jakarta dahulu, aku sering mendengar cerita teman-temanku yang mengambil cuti untuk diam di rumah, enggak melakukan apa pun. Bukannya pergi jalan-jalan, tapi cuma butuh istirahat di rumah. Bagi mereka, waktu cuti untuk istirahat itu berharga. Setidaknya ada satu jeda waktu untuk memisahkan diri dari rutinitas dan pekerjaan yang menjemukan. Setelahnya pasti akan kembali fresh dan bersemangat kembali bekerja dan beraktivitas lagi.


        Sedangkan self reward itu upaya kamu mengapresiasi diri sendiri setelah berhasil mencapai target yang diinginkan. Memang self reward itu bagus dilakukan, kita bisa memulihkan fisik dan psikis supaya bisa bertahan sama kehidupan keras yang kita jalani. Namun, saat kita enngak punya batasan diri, self reward justru bisa jadi berbahaya, lho! Apalagi kalau sampai bikin kita jadi boros sama keuangan. 😳


        Ini sih malahan jadi perilaku konsumtif yaa enggak sih, Gaes? 


     Kamu memang harus tau kapan waktunya untuk berjuang, dan kapan waktunya untuk istirahat. Kamu juga harus tahu kapan waktunya membahagiakan diri, kapan waktunya untuk berhenti menghamburkan materi. Jadi, harus mulai pertimbangin juga kalau mau self reward yaa. Jangan sampai salah, perhatikan kebutuhan kamu. Apakah memang yang kamu butuhkan itu self reward sebagai bentuk apresiasi diri atau sebenarnya yang kamu butuhkan ya istirahat sebentar untuk mengambil jeda.


        Nah, self reward yang baik itu dilakukan setelah kita menentukan standar atau target dari batas kemampuan diri kita. Misalnya, saat performa kerja kita bagus, ya kita bisa untuk melakukan self reward. Jadi satu hal yang salah itu, saat kerja terus stres dan mulai merasa tertekan, kamu malah bilang ingin self reward setelahnya. Misalnya, dengan kalap belanja, atau pesen makan secara daring bareng temen kantor di jam sore. Terus tiap hari begitu terus. Nah, ini yang bahaya ta. Coba deh perhatikan ini supaya kamu bisa melakukan self reward yang baik kayak gini👇🏻



 Self reward enggak harus soal belanja


        Ini salah satu yang penting untuk kamu perhatikan ya, Gaes! Self reward itu enggak harus soal belanja yaa. Jangan sampai self reward yang tadinya mau kamu lakukan malahan menggiring kamu jadi impulsive buying. Jadikan self reward sebagai cara kamu menghargai diri sendiri, bukannya jadi ajang kamu untuk menghamburkan uang. 


        Apalagi self reward itu bisa dalam cara apa pun sebenarnya, lho! Misalnya saja, kamu sudah berhasil menyelesaikan lima artikel dalam satu hari. Kamu ingin mengapresiasi diri sendiri dengan memberikan kebebasan waktu menonton drama korea atau film favorit kamu selama lima jam dalam satu hari. Jadi, tanpa perlu tergesa-gesa menyelesaikan setiap episode yang kamu tonton dan tanpa diganggu oleh apa pun dan siapa pun.



    Tentukan standar atau target yang ingin dicapai, baru kemudian lakukan self reward sebagai bentuk apresiasi pada diri sendiri 



    Di dalam hidup kamu pasti punya hal-hal yang ingin dicapai, maka kamu harus menentukan standar atau target itu. Ini yang akan memisahkan antara kebutuhan utama dengan self reward yang kamu lakukan. Misalnya, setelah kamu mencukupi kebutuhan utama, kamu punya target ingin membeli rumah impian. Kalau kamu berhasil menabung uang Rp25 Juta dalam satu tahun. Maka, setelahnya kamu bisa melakukan hal yang kamu suka. Contohnya datang ke acara fanmeeting idol atau aktor yang kamu suka sebagai apresiasi bagi usahamu menabung. 


        Enggak perlu yang mahal, tiket yang paling murah juga sudah cukup, asalkan tetap bisa menonton Oppa kesayangan. Usahakan ya memang masih masuk dalam anggaran kamu, jangan sampai berlebihan juga hingga mengambil anggaran lainnya yaa! Kan niatnya juga mau self reward bukannya pembelian impulsif juga yaa, Gaes!



Ingat selalu, emotion focus coping itu enggak sama dengan self reward


        Emotion focus coping bisa dibilang sebagai usaha kamu menghindari stres dengan melakukan hal lainnya. Jadi, kayak cara kamu mengalihkan stres ini menjadi kegiatan lainnya. Sedangkan, self reward yang betul tuh adalah bentuk kamu memberi apresiasi diri setelah berhasil menyelesaikan standar atau target tertentu, meskipun harus susah payah diselesaikan. 


         Self reward yang salah bikin kamu jadi males-malesan dan enggak punya semangat juang. Alhasil, performa kamu jadi enggak baik karena selalu punya alasan untuk menghindari stres dan tekanan yang ada dibandingkan menyelesaikan. Padahal self reward ini bentuk apresiasi karena kamu berhasil menghadapi target yang kamu buat. Bukan karena kamu ingin menghindari masalah hidup yang kamu punya.


       Hati-hati selalu ya, jangan sampai kamu malah menjerumuskan diri dalam bahayanya self reward yang melampaui batasan yaa, Teman-teman! 😊


Mita Oktavia
Mita Oktavia Lifestyle Blogger yang suka menulis, melukis, bermain game, dan bertualang | Penawaran kerja sama, silakan hubungi ke hello.mitaoktaviacom@gmail.com

Posting Komentar untuk "Bahayanya Self Reward yang Kamu Wajib Tahu!"