Tak mampu lagi kuhitung berapa banyak waktu yang kulewati
dengan kesendirian dan kesepian bahkan aku nyaris lupa kapan hari aku dilahirkan.
Waktu itu, tanpa sengaja ada yang meletakan mawar dan sepucuk surat di mejaku.
Didalamnya tertulis, “selamat menempuh
kedewasaanmu. Kelak. Aku ingin kau selalu ingat bahwa ada yang akan terus
mengingat semua hal tentangmu.” Ah, barangkali ia adalah Secret Admirer ku. Berkat hadiah
sederhananya itu aku sedikit melupakan kesedihanku. Aku sangat bahagia. Tapi tak hanya
itu yang membuat hari kelahiranku yang ke 20 tahun semakin semarak, sebab aku
mendapatkan kabar bahwa orang tuaku akan pulang. Sudah sekian lama kunantikan
mereka dengan kerelaan hati meninggalkan urusan bisnis demi kesederhananaan
perayaan hari kelahiran putri mereka yang nyaris tak bermakna namun
sangat berkesan untuknya.
Jika saya menghitung sudah sekian lelaki november yang saya temui. Tapi rata-rata sifat mereka tak jauh beda. Masih misterius dan sedingin hujan yang membuat saya menggigil dan jatuh cinta dalam waktu yang bersamaan. Masih ingat kan kamu? Pada kisah yang saya ceritakan dengan penuh berapi-api bahwa pada suatu ketika saya kembali menemui lelaki november kesekian. Agak lucu memang cara Tuhan mempertemukan saya dengan lelaki november yang satu hingga yang kesekian.
Saya tidak begitu mengenal dia, kami hanya sekedar bertatapan lalu waktu kembali meneruskan langkahnya hingga ia tak menyisakan ruang yang cukup untuk saya dan dia sekedar bertegur sapa. Tapi sejak pertemuan sepuluh detik itu dan kami saling beradu pandang dan dia tersenyum lebar disitu ada suatu perasaan mengalir deras dalam hati saya. Dan saya hanya dapat menikmati suasana itu tak lama. Saya jatuh cinta pada kesederhanaan nya, terlebih pada sepatu abu-abu kumal nya serta kemeja yang baru saya tahu mungkin menjadi kemeja favorit-nya sebab saya seringkali melihat ia mengenakan kemeja lengan panjang yang ia gulung tangan kemeja nya hingga setengah itu dalam hampir seluruh foto yang ia miliki di media sosialnya. Saya tak tahu pasti lelaki macam apa yang tengah saya hadapi itu. Saya pikir saya hanya sekedar menyukainya pada saat itu dan lalu waktu kembali membawa perasaan saya untuknya pergi tapi ternyata tidak sesederhana demikian. Saya semakin ketagihan untuk sekedar tahu kabarnya lewat kalimat demi kalimat yang ia tulis dalam media sosialnya. Saya luluh, semakin larut dalam ketiadaberdayaan diri saya sendiri.
Saya tidak begitu mengenal dia, kami hanya sekedar bertatapan lalu waktu kembali meneruskan langkahnya hingga ia tak menyisakan ruang yang cukup untuk saya dan dia sekedar bertegur sapa. Tapi sejak pertemuan sepuluh detik itu dan kami saling beradu pandang dan dia tersenyum lebar disitu ada suatu perasaan mengalir deras dalam hati saya. Dan saya hanya dapat menikmati suasana itu tak lama. Saya jatuh cinta pada kesederhanaan nya, terlebih pada sepatu abu-abu kumal nya serta kemeja yang baru saya tahu mungkin menjadi kemeja favorit-nya sebab saya seringkali melihat ia mengenakan kemeja lengan panjang yang ia gulung tangan kemeja nya hingga setengah itu dalam hampir seluruh foto yang ia miliki di media sosialnya. Saya tak tahu pasti lelaki macam apa yang tengah saya hadapi itu. Saya pikir saya hanya sekedar menyukainya pada saat itu dan lalu waktu kembali membawa perasaan saya untuknya pergi tapi ternyata tidak sesederhana demikian. Saya semakin ketagihan untuk sekedar tahu kabarnya lewat kalimat demi kalimat yang ia tulis dalam media sosialnya. Saya luluh, semakin larut dalam ketiadaberdayaan diri saya sendiri.
Hallo semua! Apa kabar? Semoga selalu sehat ya, oh iya jangan lupa jaga kesehatan karena di beberapa wilayah di Indonesia cuaca sedang tidak menentu. Kali ini saya mau sedikit cerita, enggak tau ya, saya suka merasa malas aja kalau ada yang bilang, "wah penulis nih, hebat nih pasti jago bla bla bla..." walaupun diam-diam tetap saya aamiin-i dalam hati sih. Cuma saya ngerasa belum pantes aja, iya saya memang suka menulis tapi apakah semua orang yang suka menulis disebut penulis? Jika jawabannya ya, tentu saya masuk di dalamnya. Tapi apakah jika menjadi seorang penulis harus dengan pertanyaan tolak ukur seperti, "berapa buku yang sudah kamu buat?" atau "berapa karya kamu yang sudah terbit?" tentu saya tidak masuk hitungan :D
Walaupun menjadi seorang penulis adalah sebagian besar dari impian saya tapi saya masih merasa belum pantas untuk menyandang gelar itu, terlalu berat rasanya dan itu sedikit menjadi beban tersendiri untuk saya.
Apakah dari sebuah kesukaan biasa bisa menjadi sesuatu yang luar biasa? tentu tidak ada yang tidak mungkin ibarat ada levelnya saya masih di level paling dasar banget. Saya masih perlu dan terus banyak belajar dan berlatih.
Dan sedikit banyak blog ini adalah suatu bentuk penyaluran kesukaan saya tentang menulis, saya hanya merasa sangat puas dan bahagia jika ada saja yang bisa saya 'hasilkan' lewat tulisan entah sekedar curhatan gaje nan enggak penting, tulisan puitis nan melankolis, review film/drama/buku yang pernah saya baca dan tonton atau sekedar sharing tentang apa saja atau apapun itu.
Walaupun menjadi seorang penulis adalah sebagian besar dari impian saya tapi saya masih merasa belum pantas untuk menyandang gelar itu, terlalu berat rasanya dan itu sedikit menjadi beban tersendiri untuk saya.
Apakah dari sebuah kesukaan biasa bisa menjadi sesuatu yang luar biasa? tentu tidak ada yang tidak mungkin ibarat ada levelnya saya masih di level paling dasar banget. Saya masih perlu dan terus banyak belajar dan berlatih.
Dan sedikit banyak blog ini adalah suatu bentuk penyaluran kesukaan saya tentang menulis, saya hanya merasa sangat puas dan bahagia jika ada saja yang bisa saya 'hasilkan' lewat tulisan entah sekedar curhatan gaje nan enggak penting, tulisan puitis nan melankolis, review film/drama/buku yang pernah saya baca dan tonton atau sekedar sharing tentang apa saja atau apapun itu.
Mau cerita dikit soal puisi ini ya haha :D
Sebenernya ini puisi lama banget inspirasinya dateng pas bulan febuari 2013. Entah lagi melankolis yang terlalu atau gimana pokoknya ya gitu deh :D
Terus masih di tahun yang sama, akhir taun 2013 iseng record puisi ini dan baru (sok) berani upload di soundcloud sekarang. Please, jangan komentarin suaranya emang dari sananya jelek kok hahaha
selamat menikmati puisinya ya!
Bagi para penggemar buku terutama buku terjemahan dengan genre young-adult pasti nggak asing lagi sama The Fault In Our Stars, novel yang begitu fenomenal sejagat Good Reads dan sejagat dunia *halah lebay* ini banyak sekali menyedot perhatian banyak kalangan dengan berbagai penghargaan yang digandeng oleh buku ini.
Jujur, saya nggak begitu kenal sama John Green juga nggak terlalu kenal sama terjemahan tapi makasih banget buat Uni Mia, sahabat saya yang sudah membuat saya penasaran setengah mati. Awalnya komentar yang saya keluarkan hanya apaan sih The Fault In Our Stars itu? Sebagus apa sih bukunya? Akhirnya dengan tekad bulat sebulat bola dunia saya ingin membacanya. Dengan berbagai perjuangan akhirnya saya berhasil membacanya. Dan jujur saya langsung jatuh cinta. Awalnya saya skeptis sih, "Apaan sih buku ini? pasti cuman cerita tentang 'kemalangan luar biasa' penderita kanker. Nggak ada seru-serunya." Tapi saya harus menarik kembali ucapan saya. Saya jatuh cinta! Jatuh cinta pada buku TFIOS bukan pada pandangan pertama, tapi saya jatuh cinta pada TFIOS justru karena rasa penasaran saya. Agak gila sih kedengarannya :D
Saya pernah review buku itu, cek aja kesini
Saya akhirnya jatuh cinta pada ketidaksempurnaan dari para tokohnya. Ada Agusutus Waters yang penderita oeteosarkoma tapi suka menaruh sebatang rokok di bibirnya tapi nggak pernah dia nyalain wkwk koplak kan? :D
Jujur, saya nggak begitu kenal sama John Green juga nggak terlalu kenal sama terjemahan tapi makasih banget buat Uni Mia, sahabat saya yang sudah membuat saya penasaran setengah mati. Awalnya komentar yang saya keluarkan hanya apaan sih The Fault In Our Stars itu? Sebagus apa sih bukunya? Akhirnya dengan tekad bulat sebulat bola dunia saya ingin membacanya. Dengan berbagai perjuangan akhirnya saya berhasil membacanya. Dan jujur saya langsung jatuh cinta. Awalnya saya skeptis sih, "Apaan sih buku ini? pasti cuman cerita tentang 'kemalangan luar biasa' penderita kanker. Nggak ada seru-serunya." Tapi saya harus menarik kembali ucapan saya. Saya jatuh cinta! Jatuh cinta pada buku TFIOS bukan pada pandangan pertama, tapi saya jatuh cinta pada TFIOS justru karena rasa penasaran saya. Agak gila sih kedengarannya :D
Saya pernah review buku itu, cek aja kesini
Saya akhirnya jatuh cinta pada ketidaksempurnaan dari para tokohnya. Ada Agusutus Waters yang penderita oeteosarkoma tapi suka menaruh sebatang rokok di bibirnya tapi nggak pernah dia nyalain wkwk koplak kan? :D
Ia pergi. Seorang
diri. Ia berlari berusaha menghentikan waktu namun waktu tak pernah berhenti
terpaku pada suatu titik tertentu. Ada kalanya perjumpaan tak mesti berujung
panjang. Ada kalanya ia merasa letih untuk berlari. Yang terjadi adalah
kesakitan yang terlalu menusuk ke dalam dada. Semakin dirasa, semakin rasa itu
menghujam dan berujung perih.
Ada kalanya yang hanya dapat dilakukan adalah menerima,
entah untuk kemudian mengikhlaskan lalu melepaskan atau sekedar mengalah pada
waktu dan keadaan hanya untuk sejenak. Pernah suatu ketika, ia memaksa untuk
bertahan pada suatu titik persimpangan yang tak berujung haluan. Namun yang
terjadi adalah sebuah rasa yang tak diinginkan. Perlukah mengedepankan egoisme
sendiri? Ia hanya dapat melepaskan. Tak peduli sesakit apa rasanya, tak peduli
seberat apa rasanya. Kebersamaan sudah tiada artinya kembali saat sudah tak ada
lagi kebahagiaan yang dirasakan. Daripada harus memaksakan? Bukankah hakikat
kebahagiaan adalah tiada sebuah kebohongan?
book review
Book Review Shopaholic Ties The Knot #3 : Si Gila Belanja Akhirnya Kawin Juga by Sophie Kinsella

Penulis : Sophie Kinsella
Alih Bahasa : Ade Dina Sigarlaki
Genre : Adult, Romance, Chicklit, Terjemahan
Tebal : 576 Halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan keempat, Januari 2011
Blurb :
Hidup Becky Bloomwood sungguh mulus: dia punya pekerjaan yang menyenangkan, dia tinggal di apartemen Manhattan bersama pacarnya, Luke, dan mereka membuka rekening gabungan (walaupun belum sepakat apakah rok Miu Miu termasuk pos pengeluaran rumah tangga).
Kemudian Luke melamarnya! Dan hidup Becky jadi rumit lagi. Ibunya ingin mereka menikah di Inggris, mengenakan gaun pengantinnya dulu. Ibu Luke ingin mereka menikah di Plaza Hotel New York, dengan pesta mewah, kue pengantin hebat, dan kado-kado luar biasa...
Becky harus mengambil keputusan--tapi sulit sekali! Waktu terus berjalan, padahal ada dua rencana yang sedang digodok di dua negara. Becky pun menyadari dia punya masalah besar...
***
Becky adalah seorang wanita dewasa yang bekerja sebagai konsultan fashion di Barneys yang tinggal bersama tunangannya Luke di sebuah apartemen di Manhattan New York. Luke sendiri memiliki perusahaan bernama Brandon Communications. Becky dan Luke akan menikah, namun menjelang pernikahannya banyak masalah bermunculan. Dari mulai keegoisan Becky yang tidak bisa menentukan akan menikah di Inggris atau di Amerika bahkan terjadi sampai 6 minggu menjelang pernikahan mereka, Juga konflik yang terjadi antara Luke dan Ibu kandungnya Elinor yang sudah terpisah sejak lama dengan Luke pasca orang tuanya bercerai.
Saya menikmati jalan hidup Becky dalam buku ini, bagaimana dia menjalani hari-hari setelah bertunangan dengan Luke sekaligus menyiapkan pesta pernikahaannya. Selain kalap belanja, saat menjelang pesta pun Becky sempet kalap. Ia bahkan menginginkan dua pesta perinikahan sekaligus di dunia negara dan dua benua yang berbeda, antara di Oxshott Inggris dan New York karena Becky tidak berhasil memilih salah satunya.
Hallo!! Apa kabar? entah berapa puluh abad lamanya gue nggak buka blog.
Alasan pertama komputer gue sempet sakit, seminggu lebih lah nggak bisa di
nyalain terus juga sibuk *alibi klasik* sebenernya ini late post sih hahaha
soalnya ldk nya juga udah dari bulan februari lalu *nyengir lebar*
Jadi gini, selasa 25 Febuari 2014 kemaren, gue sama anak-anak club gue di fakultas 'beranda
pers' yang baru ngejalanin ldk kan, gak jauh-jauh sih di KRB, tapi sebenernya
gue gak begitu peduli mau di kampus kek, mau dimana kek ldk nya yg penting gue
berharapnya sih asik-asik aja acaranya dan pengalamannya yang penting.
Menjelang LDK gue sama sekali nyantai bener, H-3 gue baru bungkus kado, H-2 gue
baru bikin tas plastik nah pas H-1 gue baru niat bikin tali kepang biru putih
sama id card. Dan pegel bener beroh bikin tali kepang itu haha terakhir kali
LDK juga udah berapa taun yang lalu kan. Tapi asli dah entah kenapa gue nyantai
banget ngejalaninnya wkwk entah emang gue yang selama liburan jadi super apatis
atau gimana walau perasaan was-was dan deg-degan sih ada gue gak munafik
:D
Terus Hari H pun tiba, cuaca lumayan mendukung banget loh, iya buat tidur
:D ujaaaaan gede banget kan, gue mau berangkat pun dirundung rasa malas
wkwk
gue berangkat rada ngaret dikit dari target ya kumpul kan katanya jam 9
harus udah disana yakan tapi kalo telat katanya dapet sanksi apaan sepik doang
:p
Tapi alhamdulillah sih, sengaret-ngaretnya gue masih tepat waktu bahkan gue
nyampe tuh setengah 9 *kerajinan* :D
gue sempet kesel sih sama babang angkot yang ngetem lama bener rasanya
pengen banget gue ambil tuh kemudi terus gue nyupir sendiri *gegayaan* tapi
alhamdulillah gue masih bisa sabar ngadepin babang angkotnya.
Udah nyampe di KRB nya gue bener-bener kyk org bego planga-plongo nyari
orang karna masih sepi bgt untungnya ada si muti :D
udah tuh ketemu sama yang lain, nungguin orang lagi, skip aja deh ya haha
:D
Terus udah kumpul semua kecuali si rika, ya gila aja beroh dia dtg dr
bekasi. =,=
akhirnya kita ke masjid tuh buat siap-siap, di kasih materi dan sharing
gitu sama senior beranda. Setelahnya kita dibagi kelompok gue ke Pos-pos, dan
dapetlah gue kelompok 2 alhamdulillah sih sekelompok sama Niki dan Rasyid, gak
terlalu perlu waktu lama buat adaptasi karena kita emang udah pada kenal hahaha
nah kelompok 2 alias kelompok gue rute posnya itu 2-3-1, dan sepanjang
perjalanan diisi dengan debat rasyid dan niki soal pengalaman mereka ldk himni
gue sih cuma ketawa aja dengernya :D
nyampelah di pos 2 yang baru gue tau itu pos ketahanan mental. Ada 3 senior
semester 6 yang nguji dan WOW BANGET DEH! Akhirnya kita disuruh nampilin
yel-yel pake lah yel-yel yang dibuat niki waktu ldk himni kemaren wkwkwk pas
udah gitu disuruh wawancara si kakaknya kan eh buat nentuin segala gambreng dan
kampretnya gue kebagian pertama dong! Oh damn! yaudalah ya gue terima nasib,
akhirnya gue coba tuh wawancara kakak 1 gagal, kakak 2 gagal, karena kirain gue
wawancara jabatan mereka yang sekarang eh taunya yang dulu berhubung gue lupa
wkwk gue ingetnya jabatan si kakak 3 yaitu editor yaudalah ya berbekal
ke-sok-tau-an yang gue punya gue mulai melontarkan pertanyaan-pertanyaan
spontan ke si kakak 3, bukannya nanya beranda gue malah nanya dia suka baca
buku atau gak, genre favorite apa, pengalaman yang didapet apa wkwkwkwk saat
itu yang ada pikiran gue cuman bodo amat yang penting gue nanya, apa aja sebisa
mungkin gue tanya. Dan alhamdulillah 5 pertanyaan terjawab :D setelahnya kita
disuruh bikin tulisan tentang hasil wawancara kita dalam wkt 5 menit, mampus!
gue inget2 tuh apa aja inti yang gue tanyain wkwk dengan berbekal sedikit
ngarang akhirnya gue untai tuh kalimat demi kalimat gak mikir bener apa gak
yang penting dapet 1 paragraf 5 kalimat.
Dan udah tuh di kumpulin, jadi katanya kalo dapet TTD kita semua berhasil
dan lolos, dan dengan awkwardnya gue ngiranya kalo salah satu gak dapet gak
bakal lolos, dan gue udah sempet hopeless dah tuh pas liat rasyid dan niki gak
dapet TTD tapi pas liat yang punya gue alhamdulillah ada TTD-nya, dan ditanya
kan tuh sm si kakaknya, "Lolos ga?" kita semua bengong saling tatapan
dan rasyid dan niki bilang, "Enggak" terus si kakaknya bilang,
"Enggak? dapet TTD gak?" dengan polosnya gue jawab "Dapet"
terus niki sama rasyid malah nyalahin gue kenapa ga bilang wkwwkwk ya mana gue
tau kan kirain gue kalo satu gak dapet TTD semua ga dapet gataunya kalo satu
dapet TTD SEMUA LOLOS wkwkwk kocak ge! :D